Dirinya ingat, waktu kuliah dulu, ada salah satu dosennya menanamkan pada mahasiswanya untuk selalu ingat bahwa tugas utama guru, salah satunya adalah menemukan bakat-bakat terpendam pada tiap anak didiknya. Ia ingat betul hal itu.
 Ruth sendiri, begitu ditempatkan di Nebes, ia pun menginisiasi sebuah ruang baca yang bernama TBM Nebes. Bukan kebetulan Alpius dan Afsalom sering bermain dan membaca buku di TBM Nebes. Keduanya dikenal memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar.
Itu sebabnya, Ruth datang dengan ide menulis jurnal, sebuah ide yang muncul untuk menyiasati persoalan. Sebab Ruth sering menemukan tulisan anak-anak yang terkadang kurang huruf, atau masih belum tepat dalam menulis huruf-hurufnya. Itu sebabnya ia menawarkan ide menulis jurnal yang isinya cerita dari murid-murid, sehingga bisa memantau kecakapan murid-muridnya dan memberi masukan serta koreksi pada penulisan kata yang kurang tepat.Â
Rata-rata murid-murid menulis setengah halaman buku tulis, tetapi ada yang mampu bercerita secara runtut, ada yang bebas saja menulis apa yang mereka ingin ceritakan.
Setiap malam, ia pun membiasakan untuk membaca tulisan-tulisan pada jurnal yang ditulis oleh belasan orang murid-muridnya. Dari sini, ada pola penulisan yang menyentak kesadarannya, ternyata ada dua anak yang cukup kompeten dalam menulis, mampu membangun sebuah cerita dalam tulisannya. Dua orang ini adalah Alpius dan Apsalom.
"Tulisan keduanya bisa membangun sebuah cerita. Jika murid lainnya hanya menulis kumpulan kalimat, semisal satu kalimat di baris pertama, dan menulis kaimat di baris kedua tetapi tidak saling berhubungan.Â
Ini berbeda dengan Alpius dan Apsalom, mereka bisa menulis cerita dengan kalimat pertama koheren dengan kalimat seterusnya" jelas Ruth.
Singkat kata, Ruth menemukan Alpius dan Afsalom begitu menonjol dalam imajinasi bercerita dibanding teman lainnya. Karena Ruth sendiri bisa mengilustrasi maka ada dua cerita yang dari kedua muridnya ini yang ia ilustrasikan, dan diikutkan lomba.
Sayangnya walau kolaborasi mereka bertiga tidak menang dalam lomba tersebut, Ruth mendapat jalan lain. Ia berjodoh dengan penerbit yang berkenan menerbitkan karya mereka secara digital.