Mohon tunggu...
D. Rifanto
D. Rifanto Mohon Tunggu... Konsultan - Membaca, menulis dan menggerakkan.

Tinggal di Sorong, Papua Barat. Mempunyai ketertarikan yang besar pada isu literasi dan sastra anak, anak muda serta pendidikan masyarakat. Dapat dihubungi melalui dayurifanto@gmail.com | IG @dayrifanto

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Literasi dan Emosi Anak

14 Oktober 2021   16:07 Diperbarui: 14 Oktober 2021   16:14 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber : Dayu Rifanto
Sumber : Dayu Rifanto

 Seperti yang kita tahu, agar anak menyukai membaca dan memiliki kebiasaan membaca, maka perlu akses buku bacaan beragam di sekolah, di masyarakat melalui perpustakaan daerah, perpustakaan kampung, atau perpustakaan dan taman baca masyarakat. Juga ada aktivitas -- aktivitas menarik minat anak dan menyenangkannya untuk mendorongnya membaca, di mana saja. 

Tapi tak cukup di sana, karena penting sekali ia pun dibentuk untuk suka membaca sedari rumah. Tentu ini semua adalah kondisi ideal, bagaimana jika kondisinya tak ideal, yang membuat anak belum sampai memiliki minat membaca, tetapi bahkan membaca saja, ia kesulitan.

Bagi anak -- anak yang memiliki kesulitan membaca, tentu saja ia menjadi mudah frustasi, jika tidak dibimbing dengan baik. Rasa frustasi ini dapat menyebabkan kecemasan yang meningkat pada diri anak, dan ujung -- ujungnya, hal ini berpengaruh pada harga dirinya. Dan bayangkan, jika anak -- anak juga mendapakan tambahan kesulitan karena mengalami kekerasan di dalam rumah, akibat dampak pandemi berkepanjangan.

Ingatan akan anak itu, hadir kembali. Ia macam membawa kesadaran baru, bahwa situasi pandemi membuat mereka yang rentan secara ekonomi, semakin susah. Dengan dampak ikutan yang luar biasa, dan menyadarkan saya bahwa satu masalah disebabkan oleh akar masalah lainnya yang berkelindan dan tak mudah diurai satu demi satu. 

Walau begitu, saya tetap memimpikan bahwa anak -- anak bisa berada dalam lingkungan yang kaya akan buku dan bacaan, serta didukung orang tua yang membuatnya merasa aman, nyaman dan merasa dicintai terlebih dahulu. 

Dan para orang tua ini juga merasa nyaman dan tenang, karena tahu bahwa daerahnya mendukung perkembangan anak -- anak mereka, dalam rangka menumbuhkan kebiasaan membaca dan belajar sepanjang hayat.


Tiga anak berkerumun
Tertegun melihat ramai orang
Pada sebuah warung
Penuh dengan orang makan

Ibu, bolehkah sa mengambil sisa ini?
Ucap anak berambut kemerahan
Meminta roti hampir basi
Yang tak habis sedari kemarin

Segenggam remahan ia terima
Segera berubah menjadi pelangi
Membawa ceria melupakan derita
Saat senja di sore hari

Lalu anak-anak pun pulang
Membawa bahagia dalam saku bajunya
Melupakan sedih yang kerap berulang
Sebelum bermimpi indah nanti malam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun