Mohon tunggu...
Muhammad Hidayatullah
Muhammad Hidayatullah Mohon Tunggu... Freelancer - Penggiat Alam, Pemerhati Pendidikan dan Lingkungan.

Membiarkan mereka yang termarginalkan merupakan dosa besar bagi kaum terdidik. Mari bersama saling menebar manfaat untuk sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi di Usia ke-77 Tahun Negara, Pendidikan di Mangga Jaya HST Masih Belum Merdeka

18 Agustus 2022   16:59 Diperbarui: 18 Agustus 2022   17:17 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret pendidikan di dusun Mangga Jaya, Hulu Sungai Tengah dengan fasilitas seadanya dan masih belum punya bangunan sekolah./Foto: Komunitas Akar Bukit

Tak ayal, ketiadaan bangunan sekolah membuat mereka melangsungkan di Balai Adat. Pada saat berlangsung aruh ganal (acara suci), mereka terdakang harus numpang di rumah warga atau di luar ruangan untuk kegiatan pembelajaran.

Sebanyak 22 peserta didik yang aktif belajar di Pendidikan Paket A itu. Semangat belajarnya pun begitu tinggi bagai barang mewah yang baru bisa dirasakan oleh warga.

Siang, sore, hingga malam silih berganti para peserta didik mendatangi guru untuk belajar membaca, menulis, berhitung, serta beragam wawasan umum ingin mereka pelajari.

“Walaupun jam mengajar biasanya pagi hingga siang. Akan tetapi, kapan pun mereka datang untuk belajar selalu kami layani,” jelas Uncit Kesuma.

Para peserta didik berbagai kalangan usia nampak sibuk membaca di kelas literasi guru Nurdin/Foto: Komunitas Akar Bukit
Para peserta didik berbagai kalangan usia nampak sibuk membaca di kelas literasi guru Nurdin/Foto: Komunitas Akar Bukit

Sesuai kesepakatan, Nurdin dan Uncit mengajar selama 15 hari dalam sebulan di Mangga Jaya itu. Sedangkan 15 harinya mereka libur untuk kembali ke keluarga di Batu Perahu, serta mengurus kebun dan ladangnya masing-masing.

Kesepakatan itu dibuat dengan pertimbangan akses yang begitu jauh, yakni sekitar 73 kilometer dari pusat Kota Barabai bertepatan dengan perbatasan Kabupaten HST-Kotabaru.. Kemampuan mereka berjalan menuju Mangga Jaya memerlukan dua hari perjalanan melintasi hutan belantara Pegunungan Meratus. Sedangkan orang baru dan masih awam empat hari baru bisa sampai.

Tak ada akses transportasi yang bisa digunakan. Satu-satunya akses hanya menggunakan jalan setapak yang tak jarang bisa bertemu binatang-binatang buas, seperti ular, babi hutan, harimau, bahkan beruang pun masih ada berkeliaran.

“Takut itu pasti ada, tapi dituntut oleh keadaan. Selalu bawa parang untuk berjaga-jaga apabila ada bertemu binatang buas,” tambah Uncit.

Segala ketakutan itu mereka lawan dengan semangat berbagi untuk mencerdaskan anak bangsa sebagai generasi penerus masa depan Mangga Jaya.

Terkadang, dalam diskusi bersama peserta didik sering terdengar beragam cita-cita yang ingin mereka capai. Mulai dari guru, TNI, dokter, pembakal/kepala desa sering mereka lontarkan. Akan tetapi, mimpi itu masih menjadi misteri sebuah tanda tanya besar bagaimana akses mereka untuk mencapainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun