Saya begitu percaya bahwa tak akan banyak dari kaum hawa yang memilih mendaki ke tanah tertinggi sulawesi barat itu. Yang mana harus berhari-hari lamanya mendekam keheningan hutan dan rimba gandang dewata. Namun tidak dengan para perempuan itu yang harus membelah belantara untuk melakukan pendataan serta segala hal mengenai kondisi gunung tersebut. Yah, para perempuan itu telah melewati jalur atau trek panjang, tanjakan terjal nan licin, serta durasi yang lama untuk menyelesaikan misi mendaki gandang dewata sebagai salah satu pendakian tersulit. Kelak data-data pendataan hasil perjalanan menjadi referensi bagi yang membutuhkan.
***
Melihat perempuan yang bersama saya dalam perjalanan mendaki gunung gandang dewata, menyiratkan pesan bahwa perempuan juga tak kalah dengan kaum lelaki dalam aktifitas pendakian gunung yang tergolong sebagai olahraga berat. Mereka juga menegur saya bahwa perempuan juga bisa berkarya dan mampu mengibarkan bendera di tiang-tiang langit negeri ini. Mendadak saya teringat ucapan Junko Tabei, pendaki wanita yang pertama kali menginjakan kaki di atap dunia.
“lihatlah keluarlah, maka gunung akan mengajarimu”
Maka semoga semakin banyak lagi para perempuan yang mencintai naik gunung dan menjadikannya wadah pembelajaran bagi setiap pribadi ke arah yang positif semisal sebagai sarana melatih kemampuan diri dan memupuk kebersamaan dan banyak hal lainnya. Semoga pula semakin mendekatkan kecintaan kepada sang pencipta semesta alam.
- Sebuah jurnal jalan tentang kisah pendakian Gn. Gandang Dewata, Sulawesi Barat
BACA JUGA :
Membaca Heinrich Harrer. Kisah Seorang Nazi, Penulis & Pendaki Tersohor
Pelajaran Extrim Survive Film The Way Back
Memungut Pesan Islami Film Vertical Limit