Sebelum pandemi COVID-19 melanda, pelaku produsen hidup dalam lingkungan bisnis yang relatif stabil. Pasar global berkembang, rantai pasokan berjalan lancar, dan produksi dapat diatur dengan rencana yang matang. Namun, saat pandemi muncul, landscape bisnis berubah drastis. Proses produksi terhenti atau terganggu akibat pembatasan pergerakan dan penutupan pabrik, sementara permintaan konsumen berfluktuasi secara tidak terduga. Pelaku produsen harus beradaptasi dengan cepat untuk bertahan.
Banyak di antaranya memutar arah produksi untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak, seperti produksi alat kesehatan atau barang konsumen yang diminati selama isolasi. Rantai pasokan menjadi fokus perhatian, dengan produsen berupaya mendiversifikasi atau menciptakan jalur pasokan alternatif guna mengurangi risiko gangguan.
Sesudah menghadapi tantangan awal, beberapa pelaku produsen berhasil berinovasi dan menggali peluang baru. Peningkatan adopsi teknologi dan otomatisasi menjadi semakin penting untuk meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi ketergantungan pada pekerja manual.
Selain itu, perhatian terhadap keberlanjutan dan ketahanan rantai pasokan menjadi prioritas, mendorong produsen untuk mengevaluasi kebijakan bisnis mereka. Dalam bukunya yang lain: The Theory of Business Enterprise, Veblen dalam hal ini juga melihat bahwa perilaku para pengusaha Amerika di masanya telah banyak mengalami perubahan.
Dahulu para pengusaha pada umumnya menghasilkan barang-barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan melalui kerja keras. Tetapi pada masa sekarang laba dan keuntungan sebagian tidak lagi diperoleh melalui kerja keras dengan menciptakan barang-barang yang disukai konsumen, tetapi lewat “trik-trik bisnis”. Produksi seperti ini disebutnya production for profit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H