TARIU misteri kekuatan supranatural Dayak kalimantan pulau borneo yang sangat sakral.
Adat tariu suku Dayak masa lalu digunakan ketika dalam keadaan akan berperang. Tidak semua orang mengetahui adat ini karena memang jarang dilakukan dan tidak boleh dilakukan sembarangan.
Lalu apa itu Tariu?
Tariu berarti berteriak keras dengan nada yang panjang dengan cara seperti Huuuu…huuuuuu…
Tariu tidak dilakukan sembarangan yaitu dengan melakukan ritual adat tariu. Pada zaman dahulu adat tariu dilakukan dalam rangka pengayauan (Headhunting) berperang mencari kepala musuh untuk upacara nyobeng ( nyabangk ) /notokng. Adat tariu dilakukan oleh seorang Panglima atau tetua adat Dayak sebagai persiapan dalam memulai peperangan. Panglima atau tetua adat akan membacakan mantera-mantera memanggil roh-roh leluhur untuk meminta pertolongan dan kesaktian.
Pertimbangan adat tariu –
Adat tariu dilakukan di tempat keramat pantulak, panyugu, padagi, dio pungo (rumah adat) bila kondisi dalam keadaan genting atau gawat, meskipun begitu tetap bijak mempertimbangkan dan mengamati keadaan maupun kejadian yang sedang atau akan terjadi terutama yang sudah mengancam keberadaan sebagian besar kelompok suku Dayak atau yang akan berpotensi menimbulkan konflik.
Kekuatan magis tariu –
Tariu diyakini merupakan warisan adat leluhur suku Dayak yang ada di pulau borneo yang tidak akan pernah punah. Mantera-mantera yang dibacakan oleh seorang panglima atau tetua adat dan disertai teriakan tariu memanggil kamang / (iblis) dan para roh leluhur, biasanya merasuki peserta/prajurit sehingga menjadi kuat kebal dan sakti, bila jiwa labil/tidak kuat akan sakit atau gila ketika mendengar tariu. Teriakan tariu dilakukan secara bersama-sama dan serentak. Menurut adat dahulu, bahwa roh-roh yang dipanggil saat narik /tariu seolah-olah mendahului ketika saat berperang, sering ditemukan musuh sudah tidak berdaya serta pucat pasi ketika mendengar tariu Dayak dari kejauhan.
-Perlengkapan adat tariu-
Diawali dengan membaca mantera, memotong hewan seperti ayam merah dan anjing sebagai santapan bagi roh-roh gaib, sakti atau kamang tariu. Adat tariu biasanya disertai dengan ritual adat mangkok merah diedarkan di kampung-kampung sebagai media komunikasi dan persatuan untuk siap-sedia berperang. Pada ritual tersebut peserta ada yang meminum darah hewan tersebut dan juga mengoleskannya pada wajah orang-orang yang akan berangkat berperang. Dalam kondisi itu dibuktikan orang akan tahan tidak makan berhari-hari.
Sumber info: tetua adat dayak
Editor. Â #Lemantariu #stepanus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H