derit besi-besi tua
oleh Djarot Daya Yuwana pada 09 Oktober 2010 jam 17:32
Kereta,rel,dan derit,simbol trinitas,ya,tri tunggal,takkan bisa dipisahkan.
jasmani,penuntun, dan rasa,takkan bisa lepas dari semua pengecut dan pecundang sepertiku,
aku tahu kau takkan bisa tulus mengikuti ritualku
secangkir kopi pekat,kepulan asap rokok,dan bisingnya derit-derit hasil dari besi-besi yang saling beradu mungkin orang tuaku berpandangan bahwa seorang balita menangis tanpa sebab karena ada iblis yang mengganggu,lalu membawaku ke stasiun
dan berharap kereta-kereta akan mengusir iblis-iblis dari diriku,ah,satire memang,tapi itu terbukti,balita benci akan kebisingan
dan menurutku kereta bukan harmonisasi dan improvisasi nada,tapi mengapa aku tenang begitu mendengar derit,aroma ,dan rampak besi kereta.
di donuts courts samping stasiun,tempat dimana aku mencoba meresapi kereta dan keistimewaanya,cukup baik hati juga pemilik tempat ini,dengan membiarkan aku dan orang-orang ditempat ini duduk sampai berjam-jam tanpa ada pandangan sinis dari pelayan atau kode-kode tengik dari pelayan yang mengekspetasikan bahwa kafe ini akan segera tutup.
aku bukan seorang yang berpengalaman berkunjung ketempat-tempat istimewa sekelas kafe dengan daftar menu tengik dan serombongan orang yang mencoba mendominasi tempat-tempat itu,
ya,lalu-lalang orang entah darimana asal dan apa tujuan mereka merupakan opera alami yang bisa mneghilangkan kegalauan perasaan ini,
secangkir kopi dan berbatang-batang rokok merupakan syarat mutlak ritual-ritualku,hey betapa baiknya anda,pemilik dan pelayan tempat ini,hanya dengan 2500 rupiah untuk kopi ini kau biarkan aku dan orang-orang menikmati dan mengotori tempat anda dari malam sampai pagi menjelangaku berpendapat:ngantuk=iblis,ah ternyata benar pandangan orang tuaku,walaupun jauh dari logis,tapi itu menrut anda para cecunguk yang hanya percaya pada wujud,dan mengabaikan rasa,padahal anda-anda juga pemilik rasa, aku tidak pernah merasakan ngantuk ditempat tersebut,mungkin iblis didalam tubuhku telah terusir lewat derit kereta dan kereta membawa pergi jauh dari tubuhku sewaktu kereta melanjutkan perjalanan menuju kota-kota nun jauh disana.penanda berakhirnya ritualku hanyalah nikotin dan kafein yang tidak bersedia lagi menstimulasi badan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H