Mohon tunggu...
djarot daya yuwana
djarot daya yuwana Mohon Tunggu... -

seseorang yang ingin mengetahui segalanya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Derit Besi-besi Tua

21 Oktober 2010   18:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:13 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ya,lalu-lalang orang entah darimana asal dan apa tujuan mereka merupakan opera alami yang bisa mneghilangkan kegalauan perasaan ini,

secangkir kopi dan berbatang-batang rokok merupakan syarat mutlak ritual-ritualku,hey betapa baiknya anda,pemilik dan pelayan tempat ini,hanya dengan 2500 rupiah untuk kopi ini kau biarkan aku dan orang-orang menikmati dan mengotori tempat anda  dari malam sampai pagi menjelangaku berpendapat:ngantuk=iblis,ah ternyata benar pandangan orang tuaku,walaupun jauh dari logis,tapi itu menrut anda para cecunguk yang hanya percaya pada wujud,dan mengabaikan rasa,padahal anda-anda  juga pemilik rasa, aku tidak pernah merasakan ngantuk ditempat tersebut,mungkin iblis didalam tubuhku telah terusir lewat derit kereta dan kereta membawa pergi jauh dari tubuhku sewaktu kereta melanjutkan perjalanan menuju kota-kota nun jauh disana.penanda berakhirnya ritualku hanyalah nikotin dan kafein yang tidak bersedia lagi menstimulasi badan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun