Di Usia 40, orang akan sering flashback
Benar jika dikatakan begitu memasuki usia 40, seseorang akan banyak flashback pada kejadian di masa lalunya. Memikirkan perilaku di masa lalu yang konyol, bodoh, dan membuang waktu percuma.
Pernah suatu kali saya berpikir, andai bisa kembali ke masa dulu pasti nggak akan ngulangi, pasti begini, pasti begitu.
Tapi sedetik kemudian saya bersyukur, alhamdulillah diberi pemahaman bahwa apa yang sudah terjadi adalah tempaan yang membentuk saya saat ini.
Toh kalau waktu dikembalikan ke masa lalu, berarti tingkat pemahaman juga akan diturunkan dalam posisi usia saat itu.
Ya kalo hanya situasinya dikembalikan tapi pemahamannya berada di pemahaman usia 40 berarti egois dong... Mau enaknya saja... Padahal 'kan itu sepaket.
Ternyata bukan hanya saya yang berpikir demikian, beberapa teman yang juga menapaki usia 40 juga memiliki pemikiran yang sama: andai bisa kembali ke masa waktu itu, nggak mau deh gue sekonyol itu.
Sebetulnya kenapa sih umumnya orang yang memasuki usia 40 berpikir seperti itu?
Ternyata ada alasannya...
Orang di usia 40 itu sudah kokoh secara karakter. Di kepalanya sudah lebih terbayang mau ngapain dan bagaimana caranya. Seperti ada 'peta' di kepalanya. Berbeda dengan usia dewasa muda (sekitar usia 26-35 tahun) yang masih bisa beralih. Di satu sisi memang lebih lentur (baca: fleksibel), tapi di sisi lain seperti kurang punya pendirian.
Karena sudah punya 'peta' itulah makanya orang di usia 40 itu flashback mengenai kekonyolan yang dilakukan di usia dewasa muda-nya.
Pada usia ini juga orang cenderung merasa cukup dan tercukupi, berbeda dengan usia dewasa muda yang masih berambisi meraih ini itu sehingga tidak heran kalau kemudian berpikir bahwa ambisinya di masa lalu itu 'nggak banget'.
Itu penelitian psikolog yang setelah dipikir-pikir ada benarnya...
Meskipun kerap diucapkan sebagai bentuk dukungan atau semangat kepada orang yang sudah memasuki usia "kepala 4", tapi ungkapan ini juga merupakan gambaran bahwa seseorang di usia 40 tahun umumnya sudah memasuki jenjang yang stabil dan matang, terutama secara emosional.
Usia 40 juga disebutkan oleh pada Imam
Bukan hanya ilmu masa kini yang membahas usia 40, hadits dan ucapan para imam besar pun menyebutkannya.
Al-Imam Al-Qurthubi mengatakan bahwa orang yang telah mencapai usia empat puluh tahun, memahami besarnya nikmat yang Allah anugerahkan padanya, kepada kedua orang tuanya sehingga ia pun mensyukurinya.
Pada Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an, 14:218, Imam Malik berkata:
أَدْرَكْتُ أَهْلَ العِلْمِ بِبَلَدِنَا وَهُمْ يَطْلُبُوْنَ الدُّنْيَا ، وَيُخَالِطُوْنَ النَّاسَ ، حَتَّى يَأْتِيَ لِأَحَدِهِمْ أَرْبَعُوْنَ سَنَةً ، فَإِذَا أَتَتْ عَلَيْهِمْ اِعْتَزَلُوْا النَّاسَ
“Aku mendapati para ulama di berbagai negeri, mereka sibuk dengan aktivitas dunia dan bergaulan bersama manusia. Ketika mereka sampai usia 40 tahun, mereka menjauh dari manusia.”
Dan Ibnu Katsir, seorang hafiz, ulama dan pemikir yang lahir pada tahun 1300 M di Busra mengatakan bahwa ketika seseorang berada dalam usia 40 tahun, maka sempurnalah akal, pemahaman dan kelemahlembutannya.
Bahkan malaikat pun berseru kepada mereka yang telah menginjak usia 40
Dalam Kitab Raudhah Al-Musytaq wa Ath-Thariq Ila Al-Malik Al-Khallaq karya Abul Faraj Ibnul Jauzi yang turut diulas oleh Imam Syamsuddin Al-Qurthubi dalam Kitab At-Tadzkirah, disebutkan bahwa tidak ada satu hari pun, di mana matahari terbit dan terbenam, melainkan malaikat maut, Izrail,berseru kepada manusia yang telah mencapai usia 40:
"Hai orang-orang yang telah berumur empat puluh tahun, inilah saatnya kalian mengambil bekal, selagi kalian masih berakal, anggota-anggota tubuh kalian masih kuat perkasa."
Usia 40 memang penanda dan pengingat, penanda kematangan emosi dan pikiran serta pengingat untuk berbekal.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H