Mohon tunggu...
Davin Rianto
Davin Rianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Ekonomi

Mahasiswa yang pragmatis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Virus Cacat Berpikir: Paradoks Masyarakat akan Hak & Kewajiban

9 Desember 2023   20:31 Diperbarui: 9 Desember 2023   21:13 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika dilihat lagi dari kacamata pendidikan, ketika anak-anak dihadapkan dengan sistem pendidikan yang kurang kompeten, mereka akan tumbuh menjadi melanggar norma dan etika di Indonesia. Dengan tidak mempelajari hak dan kewajiban manusia di Indonesia, anak-anak tidak akan menyadari hak-hak yang mereka miliki dan kewajibannya yang harus dipenuhi.

Intinya, kesalahan terbesar pendidikan adalah penekanan berlebihan pada pengujian standar dan pembelajaran hafalan di sekolah. Gaya pendidikan seperti ini mendorong peserta didik untuk memuntahkan kembali apa yang telah diajarkan daripada berpikir kritis. Oleh karena itu, untuk membentuk logika berpikir yang benar, diperlukan pendekatan dalam pembelajaran yang dapat menjadi panduan bagi pendidik, orang tua, dan pengasuh dalam membentuk karakter anak sejak usia dini. Pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran berbasis proyek adalah beberapa pendekatan yang dapat membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang dapat diterapkan pada berbagai situasi dunia nyata. Dalam hal ini, penting bagi para pendidik untuk terus memasukkan pemikiran kritis ke dalam pembelajaran mereka dan mendorong peserta didik untuk berpikir kritis agar dapat menghindari cacat berpikir atau logical fallacies.

Kesimpulan

Paradoks antara hak dan kewajiban masyarakat Indonesia telah memperlihatkan betapa bobroknya kualitas masyarakat kita. Kita sudah melihat berbagai kasus sosial di Indonesia yang ditanggapi dengan penuh subjektivitas dan penilaian yang tidak adil. Masyarakat dengan mudah menghakimi kasus dan menentukan siapa yang salah dan siapa yang benar. Ketika si tertuduh terbukti tidak bermasalah, siapa yang bertanggungjawab? Hanya nama baik si tertuduh yang hancur berkeping-keping. Hal ini disebabkan oleh virus kecacatan berpikir massal. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari faktor pendidikan masyarakat baik oleh sekolah maupun keluarga. Pendidikan yang baik akan memberikan pola berpikir yang baik, sementara pendidikan yang salah akan memberikan kecacatan berpikir. Kesalahan pendidikan menjadi tersangka utama dari menyebarnya virus kecacatan berpikir ini. Maka dari itu, perlu adanya perhatian lebih dari pemerintah untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia, dimana pendidikan akan lebih difokuskan ke pengembangan pengetahuan dan keterampilan serta minat dan bakat yang dibarengi dengan pengembangan critical thinking sejak dini. Alhasil, siswa-siswi dapat dibekali dengan norma dan etika yang sesuai dengan nilai-nilai di Indonesia, serta hak dan kewajiban di Indonesia dapat berjalan dengan selaras kedepannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun