Setiap orang selalu menginginkan pencapaian kesuksesan dalam berbagai situasi. Namun, di sela-sela proses nya pasti ada masalah.Masalah pribadi maupun sosial. Masalah merupakan suatu hal yang menghambat dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.Oleh karena itu, masalah yang menghambat harus dicari dulu solusinya, bukan tetap terpaku pada masalah.Apabila fokus pada masalah, maka mudah untuk cemas,khawatir dan terburu-buru.  Kesabaran berkontribusi  penting dalam pemecahan masalah untuk tetap bersikap tenang dan berfikir jernih.Â
Pengendalian emosi yang stabil memiliki peran pada regulasi diri dan emosi. Kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri dan emosi dengan melalui kesabaran (Handayani,2014).  Perjuangan utama seseorang dalam mencapai keberhasilan dalam hidup adalah dengan mengubah pikiran  terhadap pemikiran negatif.Pastinya, pemikiran negatif yang muncul mengubah tindakan menjadi pesimis dan tidak mampu meregulasi emosi dengan baik. Â
Kiat meregulasi emosi dengan baik yaitu berpikir positif.Menurut Quilliam (2008:6), berpikir positif adalah suatu kegiatan untuk memfokuskan diri pada hal-hal yang positif dalam situasi apapun bahkan pada situasi yang sulit sekalipun.  Pemikiran yang negatif  secara berlebihan ini mampu membabi buta  memikirkan suatu hal yang membuat dirinya semakin terpuruk.Â
Berbagai perubahan emosi maupun tindakan  yang dialami  kemudian diikuti dengan banyaknya tuntutan  realitas yang dihadapi  dapat menyebabkan berbagai masalah yang muncul.  Maka tingkat regulasi  mempengaruhi cara berperilaku seseorang. Misalnya, dikala marah meledak-ledak  melampiaskan  pada  teman  maka  akan di cap buruk, Karena dinilai tidak mampu mengendalikan emosi. Terlebih jika hal ini  terjadi di dalam dunia pekerjaan  emosi ini menentukan kinerjanya. Sebaliknya jika bersabar dan bertahan terhadap realitas kesulitan , maka dapat mewujudkan keberhasilan dalam mencapai tujuannya.Â
Langkah awal pengelolaan emosi dengan mengenali pemicu  emosi dari berbagai situasi. Memperhatikan perasaan yang timbul yaitu  meluangkan waktu dengan berlatih mindfulness seperti meditasi, yoga. Mencatat situasi dari hal hal yang memicu reaksi emosional dengan membuat jurnal aktivitas setiap hari  yang telah dilalui baik dalam situasi bahagia maupun sedih. Hal ini mampu mengenali arti rasa syukur terhadap kebermaknaan hidup.Â
Mengidentifikasi pola emosi, dengan mengecek catatan jurnal sesudah melakukan aktivitas,misalnya apakah situasi emosi  yang paling muncul dalam kurun waktu tertentu. Misalnya,  bagi perempuan setiap bulan merasakan menstruasi, dalam hal  sensasi emosi negatif yang tidak terkontrol. Mempertimbangkan faktor kelelahan ini dapat memicu reaksi emosi seperti lapar,sakit, lelah. Menjaga kesehatan fisik dari kelelahan aktivitas dengan  beristirahat cukup, memastikan makan-makanan yang sehat. Jika, hal tersebut menganggu kehidupan maka solusinya mencari bantuan kepada psikolog atau terapis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H