Pembahasan yang cukup mendalam mengenai Metafisika  dalam ilmu pengetahuan mampu memberikan banyak sekali wawasan tentang bagaimana Metafisika disebut sebagai hal yang substantive, atau hal yang dapat dikenali sebagai objek dalam menganalisis konsep keilmuan. Kontribusi Metafisika sudah ada dan terletak dari awal, ketika banyaknya teori yang belum mendapatkan fakta dan membutuhkan dukungan dari luar, misalnya Metafisika, sains, kejadian, dan sejarah.
Pengertian Metafisika
Metafisika sendiri dapat diartikan secara bahasa, berasal dari bahasa Yunani ta meta ta physika yang berarti "sesudah fisika". Istilah ta meta ta physika ini pun diambil dari empat belas buku karya Aristoteles, yang ditempatkan sesudah fisika yang terdiri dari delapan buku dan merupakan judul yang diberikan Andronikos dari Rhodes. Walaupun berasal dari karya Aristoteles, yang menggunakan istilah Metafisika ini adalah filsafat pertama, yaitu Proote Philosophy.
Selain berasal dari bahasa Yunani, istilah Metafisika dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Ma ba'd al tha-diah yang berarti "Apa-apa yang ada di balik realitas yang tampak".Â
Metafisika secara istilah memiliki beragam pengertian, mengingat para pemikir terkait Metafisika ini juga mempunyai khas dan cara penafsirannya masing-masing. Dengan demikian, Metafisika adalah cabang filsafat yang membahas persoalan yang sudah ada sebagai sesuatu hal yang ada. Pembahasan yang sangat fundamental memang, sampai menarik perhatian dan menjadi permasalahan di kalangan para filsuf.
Kata Metafisika berasal dari "Meta" dan juga "Fisika". Meta yang memuat arti sesudah, selain, atau sebaliknya. Fisika yang memuat makna nyata, atau alam. Jika digabungkan secara menyeluruh dan ditinjau dari segi Filsfat, arti Metafisika adalah cabang ilmu yang memikirkan hakikat di balik alam nyata tanpa batasan terhadap sesuatu yang bisa dijangkau dengan panca maupun indra.
Ilmu Metafisika bisa menjadi inti dari filsafat karena menurut Aristoteles ilmu Metafisika dapat dikatakan salah satu cabang filsafat terolitis yang membedah masalah hakikat segala sesuatu. Secara garis besarnya, sudut pandang filsafat mengenai kenyataan yang tunggal atau majemuk dapat dikelompokkan antara Monisme dan Pluaraisme, yang di antara keduanya baik Monisme atau Pluraisme masing-masing dapat bersifat spiritualisme atau pun materialistis.
Fungsi Metafisika
Kita pasti bertanya-tanya, sebenarnya apa sih fungsi dari adanya Metafisika tuh? Apalagi di kalangan kita yang baru mau belajar pasti dihadapkan dengan pertanyaan seperti ini. Ketika kita mencari tau di beberapa buku mengenai Filsafat, setidaknya ada dua fungsi Metafisika yang bisa kita temukan, antara lain:
- Memahami Hakikat Realitas
Secara umum, Metafisika juga merupakan bagian dari Filsafat yang membahas tentang ada sebagai ada (being as being). Aristoteles berpendapat, Yang ada dalam arti yang mutlak adalah apa yang  telah terwujud atau ada wujudnya, dan Yang tidak ada hanya dapat menjadi dan dikatakan sebagai sesuatu hal Yang ada secara multlak, jika melalui sesuatu.Â
- Dasar Pengetahuan
Ilmu Metafisika dikatakan juga sebagai ‘induk  semua  ilmu’ karena Metafisika merupakan kunci dan sokongan untuk membedah pertanyaan yang penting dan tidak menemukan jawabannya ketika dihadapi manusia dalam kehidupan. Selanjutnya, Kennick juga mengungkapkan bahwa Metafisika mengajarkan cara berfikir yang serius, terutama dalam menjawab beberapa masalah yang sifatnya enigmatif (teka-teki),  sehingga  melahirkan  sikap  dan  rasa  ingin  tahu  yang  tinggi. Perdebatan dalam Metafisika mampu melahirkan berbagai  aliran, contohnya seperti: Monisme, Dualisme, Pluralisme. Sehingga hal itu memicu proses ramifikasi, berupa lahirnya pencabangan ilmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H