Mohon tunggu...
Davieq Fasholla Hakam
Davieq Fasholla Hakam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret

Saya adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret angkatan 2020 yang memiliki hobi menulis cerita, mendengarkan musik, membuat konsep suatu acara atau event dan design grafis.

Selanjutnya

Tutup

Music

Abdi Lara Insani: Kisah Anak Kandung Demokrasi dalam Album Terbaru .Feast

11 Oktober 2022   21:10 Diperbarui: 11 Oktober 2022   21:20 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika dalam cerita mahabharata terdapat tokoh engkuni yang mengillustrasikan masa kekacauan di muka bumi pada zaman kegelapan, begitu juga dengan kisah “Petir di Kepalan Tangan” yang menceritakan kekacauan yang terjadi di earth-3 dengan menampilkan tokoh fiktif pemuda bernama ALI. Kisah ini disampaikan seiring dengan rilisnya album ketiga .Feast “Abdi Lara Insani” pada 22 April 2022 kemarin.

Sebulan sebelum album Abdi Lara Insani rilis, sebuah single “Gugatan Rakyat Semesta” siudah sempat diperkenalkan di muka publik yang juga merupakan bagian dari kisah Ali, tokoh fiksi yang diciptakan .Feast dengan makna penggambaran seorang yang mewakili kekecewaan masyarakat secara kolektif pada figure “pengubah bangsa” yang silih berganti datang namun pada akhirnya selalu mengecewakan dan terkadang lebih buruk dari pemimpin-pemimpin terdahulu.

Total, ada sebelas nomor yang dibawa oleh .Feast dalam Abdi Lara Insani, yakni dibuka dengan “Berhenti di Kotak Pesan Suara”, “Bintang Massa Aksi”, “Camkan”, “Kuping Ini Makin Lalai”, “Lagu Kritik Lagi”, “Gugatan Rakyat Semesta”, “Jaya”, “Orang-orang yang Berubah”, “Jangan Ikut Campur”, “Ali”, dan ditutup dengan “Senin Toko Tutup”.

Album Ketiga .Feast “Abdi Lara Insani” ini merupakan kisah yang menceritakan masa muda dari tokoh “Bento”, lagu yang diciptakan oleh maestro tetua lagu kritik Indonesia, Iwan Fals yang menjadi awal mula ispirasi hadirnya ALI sebagai sosok proto-Bento yang diandaikan dengan kisah Bento sebelum sukses dan menjadi orang besar. 

Maka dari itu, album ini dibuka dengan intro wejangan bertajuk “Berhenti di Kotak Suara” berisikan voice over pesan yang diisi oleh Vincent Rompies sembari diiringi lantunan melodi gitar akustik tentang wejangan pada anak laki-laki bernama ALI yang tengah berjuang dengan keyakinannya dan kisah latar belakang ALI yang diceritakan juga dalam cerita pertama buku “Petir di Kepalan Tangan” berjudul “Hari Lahir Ratu Adil”.

Secara garis besar, album ini menceritakan tentang perjalanan hidup ALI seorang yang sangat vokal dalam mengkritisi kebijakan pemerintah dalam universe earth-03 yang menjadikannya sebagai median seluruh rakyat semesta hingga memiliki julukan sebagai “Anak Kandung Demokrasi”. 

Dalam kisah tersebut, awalnya  ALI seorang pemuda yang memiliki ambisi untuk mewujudkan dunia yang teduh, adil dan bebas dari ketakutan mengawali gerakannya dengan cuitan di media sosial yang menyindir dan mengkritisi kebijakan pemerintah sampai terjun langsung memebela ketidakadilan dengan berupaya meyakinkan salah satu partai yang memiliki kuasa untuk memberi dukungan pada para korban proyek pemerintah. 

Upaya ALI tersebut gagal dan tidak berbuah apa-apa dan menghasilkan kesimpulan yang menyadarkan dirinya bahwa untuk mewujudkan ambisinya dalam mengubah dunia dibutuhkan kawan, jabatan, dan kekuasaan. 

Setelah itu, berlanjut dengan kisah ALI yang mendirikan Partai Ratu Adil yang memiliki tujuan untuk mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa dan tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 

Disini, ALI menduduki posisi sebagai ketua Partai Ratu Adil dan ia juga membangkitkan massa guna melakukan demonstrasi besar-besaran guna menggulingkan kursi kepemimpinan pemerintahan sampai ALI yang dianggap sebagai “Anak Kandung Demokrasi” tersebut menduduki kursi kepemimpinan pemerintahan atas kehendak suara rakyat. 

Tercapailah sudah dalam menduduki kursi tertinggi pemerintahan yang didambakan ALI sang ratu adil dan berjalanlah periode jabatan sang Anak Kandung Demokrasi. Simak kisah lengkap perjalanan ALI dalam buku “Petir di Kepalan Tagan” melalui website https://abdilarainsani.com/.

Selaras dengan isi album Abdi Lara Insani yang berisikan sebelas lagu, cerita dalam buku “Petir di Kepalan Tangan” mengalir dalam menceritakan setiap lagu yang ada dalam album ini. Lagu “Bintang Massa Aksi” yang terasa funky ditelinga dengan alunan electronic music yang menimbulkan kesan musik fresh yang menyihir. 

Dilanjut dengan distorsi gitar yang membahana khas alternative rock dan bass gitar lambat yang tajam yang menjadi intro lagu “Camkan”  sangat membangkitkan audience terlebih sangat kuat untuk bergaung di panggung-panggung raksasa. Musik megah dan lirik-lirik yang lantang dan gagah dihadirkan lewat lagu “Kuping Ini Makin Lalai”, “Gugatan Rakyat Semesta”, “Jaya”, “ALI”, dan “Senin Toko Tutup”. Berbagai pengaruh musik era 90an dan 2000an yang dikemas dengan sound yang megah serta riff gitar yang galak dan terasa membangun semangat tetapi masih ramah di telinga muda-mudi jaman sekarang.

Dalam pembuatannya, secara konsep awal sampai rilisnya album ini memakan waktu yang cukup lama sejak 2015-2022 untuk memutuskan menghadirkan karya yang menceritakan kisah ALI tersebut ke publik. Meskipun musik yang dihadirkan terpengaruh dari berbagai bentuk musik rock, secara garis besar  “Abdi Lara Insani” masih menghadirkan sentuhan khas .Feast dengan mengahadirkan dominasi rif-rif dan tempo medium menuju cepat.

Abdi Lara Insani menawarkan gerangan yang berat dengan riff yang tentunya catchy, musik megah yang disuguhkannya sangat menggedor gendang telinga serta lirik-lirik tajam yang dilantunkannya mampu menghujam nurani politisi. Namun, seberapa efektifkah tema-tema sosial politik yang dihadirkan .Feast ini untuk membuat perubahan signifikan, atau hanya sekedar musik yang bisa menjadi teman untuk bersenang-senang dalam berbagai perhelatan musik di tanah air dan sebagai karya belaka tanpa menghadirkan perubahan nyata di dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun