Mohon tunggu...
David Usman
David Usman Mohon Tunggu... -

Saya hanya orang biasa, tidak berpihak pada siapa-siapa. Karena cukup saya dan Tuhan saya saja. Saya melangkah juga tidak perlu siapa-siapa, karena ada saya dan Tuhan saya. Insya Allah...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Saudaraku, Apa yang Telah Kau Lakukan pad Ustadz (Kami)?

18 Mei 2013   19:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:22 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara bocah-bocah kecil mengucapkan alif patah A, alif kashrohI, alif dhomah U… A, I, U… mengalun dari Musholla kecil kami. Adalah seorang Ustadz Nursiwan yang sabar membimbing bocah-bocah itu -termasuk aku- mengenal satu demi satu huruf Al-Qur’an. Selesai bocah-bocah itu membaca, giliran anak-anak yang lebih dewasa mengalunkan bacaan Al-Qur’an. Sementara, kami yang bocah-bocah telah selesai tugas hari itu dan saatnya; Bermain! Berlari-lari diantara rehal-rehal bekas kami mengaji, berteriak, bersenda gurau diantara lantunan Al-Qur’an. Beberapa kali sang Ustadz memarahi kami. Sesekali karena marahnya dengan kelakuan kami, sang Ustadz mengambil gagang sapu untuk menakuti kami seolah ingin memukul tapi ia tidak pernah melakukannya.

Kenangan itu melekat di hati kami. Dari seorang Ustadz Nursiwan itulah kami mengenal huruf hijaiyah, membaca Al-Qur’an, Mengenal Bacaan Sholat (dan melakukannya), mengenal kisah-kisah nabi, hingga bermalam di Musholla menggemakan Takbir. Betapa besar jasa seorang seperti Ustadz Nursiwan. Berapa banyak anak terselamatkan dengan mengenal agama nya. Mengenal Halal dan Haram, mengenal Sholat dan Al-Quran. Seandainya beliau meninggal, berapa banyak do’a yang akan diucapkan oleh ratusan anak-anak didiknya?

Saudaraku, adakah anda orang yang lebih bermanfaat dari seorang seperti Ustadz Nursiwan? Atau Ustadz-ustadz lain dimuka bumi ini? Saya pernah juga khilaf dengan mengejek seorang Ustadz yang memiliki kemewahan diluar logika saya. Tapi setelah mengenal dengan Ustadz tersebut, betapa malunya saya. Betapa rendahnya diri saya. Disaat saya hanya mampu membaca Al-Qur’an 1 atau 2 ‘ain sehari, ternyata sang Ustadz yang saya ejek malah membacanya tiap waktu luangnya, ditiap waktu maghrib-nya, ditiap waktu subuhnya.

Disaat saya hanya mampu mengerjakan Shalat malam seminggu sekali, sang Ustadz yang saya ejek malah melakukannya setiap malam. Disaat saya hanya mampu melakukan puasa Ramadhan, sang Ustadz malah telah melakukan puasa sunnah. Disaat saya hanya mampu berzikir setiap selesai sholat, sang Ustadz bahkan melakukan disaat diamnya, disaat bangun tidur, disetiap saat. Disaat saya hanya bisa membaca Al-Qur’an, sang Ustadz telah menyelesaikan hapalannya. Disaat saya hanya mampu browsing di Google mencari Hadist yang saya butuhkan, sang Ustadz telah banyak menghapal hadist-hadist Shahih.

Saudaraku, pernahkan anda mengejek seorang Ustadz dan pernahkah anda koreksi diri juga? Saudaraku, pernahkah anda punya Ustadz yang anda cintai seperti saya mencintai Ustadz Nursiwan? Pernahkan anda belajar bagaimana memperlakukan orang yang bersalah? Pernahkah anda belajar bagaimana bersikap adil?

Hukum selayaknya berjalan dengan aturan Hukum. Hukum akan berjalan baik bila tidak dicampuri dengan kata-kata kotor dan keterlaluan hingga membunuh karakter orang. Hukum juga bukan politik yang dirusak dengan dagelan-dagelan.

Seandainya (Misal) Ustadz kami diatas (Nursiwan) melakukan pelanggaran Hukum, kami akan berdoa semoga Allah menghukum dia dibumi, ketimbang menghukumnya di akhirat. Seandainya Ustadz kami melakukan pelanggaran Hukum, kami akan menjadi barisan terdepan mencari bukti-bukti keterlibatannya. Karena jika ia memang salah, adalah baik baginya untuk menghadapi azab di dunia dan bertaubat sebelum datang azab di akhirat.

Saudaraku, tapi mulutmu terlalu berlebihan menghina seorang Ustadz. Pikiranmu terlalu kotor membayangkan Ustadz dikamar hotel bersama perempuan. Dan tulisan penamu terlalu tajam hingga merobek kertasmu sendiri. Kalian mengubah bara jadi api, dan cinta menjadi benci. Untuk seorang Ustadz, yang dihormati sekian banyak orang, kamu telah menyakiti orang-orang yang mencintainya. Saudaraku, apa yang telah kau lakukan pada Ustadz kami yang juga Ustadz-mu.

Apakah cuma itu bisamu? Mengapa tak menunggu keadilan Allah atas Ustadz-mu? Kenapa tak berdoa semoga Allah memberikan yang terbaik baginya? Dan seandai Allah azza wajalla telah mengetuk palu keadilannya, maka kami akan taat pada ketentuan Allah, sami’na wa atho’na..

Seandainya Ustadz kami (Nursiwan) mendapat perlakuan yang sama, kami juga barisan terdepan yang akan berperang melawan mulut-mulutmu, kami akan berperang menghadapi cacianmu, dan kami akan membalas setiap huruf makian yang kamu tulis. Kami tidak sedang membela siapa-siapa, kami hanya menjaga kehormatan Ustadz kami, yang sebenarnya juga Ustadz semua Umat (Islam). Yang juga Ustadz kamu.

Saudaraku, sadarlah. Sadarlah terhadap apa yang telah kau lakukan dengan Ustadz Kami yang juga Ustadz-mu…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun