Mohon tunggu...
david sudarko
david sudarko Mohon Tunggu... -

peminat rohani, sosial, edukasi, moralitas, humaniora, dan segala hal yang bernilai kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pesan Suci untuk Generasi Muda (5 Pilar Keteladanan)

25 Februari 2016   12:16 Diperbarui: 25 Februari 2016   12:30 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu saya dengan istri sedang mengantar anak periksa ke dokter. Ketika kami tiba rupanya sudah ada beberapa orang yang mengantri. Sembari mengantri, saya membuka obrolan dengan seorang ibu yang menunggu panggilan dari perawat penjaga. Dari obrolan itu, si ibu mengeluhkan perilaku anaknya yang berusia 16 tahun. Dia bilang anaknya susah diatur, suka membantah. Kata-katanya kasar. Sering membuat luka hati karena tidak jarang memaki ibunya. Sering keluar rumah dan pulang tengah malam. Itupun mulutnya bau alkohol.

Keluh kesah si ibu itu hampir sama dengan keluh kesah seorang Guru SMA yang beberapa waktu lalu bercerita dengan saya. Dimana Guru tersebut mengeluhkan perilaku muridnya. Banyak murid yang suka mbolos sekolah, jarang mengerjakan PR dan tugas-tugas, berkata-kata kotor dan suka mengumpat teman lain. Kerjaannya tiap hari cuma sibuk dengan gadjetnya sendiri. Mereka tidak peduli kebutuhan sosial dan lingkungan sekitar.

Dari kedua cerita mereka, saya hanya berkata dalam hati “memprihatinkan sekali”. Keprihatinan saya ternyata juga pernah menjadi keprihatinan Pengamat politik Tjetje Hidayat Padamadinata, yang pernah disampaikan dalam sebuah dialog Mahasiswa di Universitas Padjajaran (Unpad) pada Tanggal 20 November Tahun 2015. Berikut link liputannya; di sini.

Berangkat dari keprihatinan ini, sebagai seorang mantan pemuda -- saya ingin menitipkan sebuah pesan bagi generasi muda setelah saya. Pesan ini merupakan pesan suci. Iya, pesan suci. Di sebut suci karena pesan ini mengandung nilai-nilai moral yang amat tinggi dan bersumber dari Yang Ilahi. Apa isi pesan suci tersebut? Berikut isi pesan itu:

Menjadi teladan

Generasi muda harus menjadi teladan. Apa itu teladan? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teladan memiliki arti; sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh. Saya jadi teringat dengan peristiwa beberapa puluh tahun yang lalu, saat ibu saya mengajari anak-anaknya cara menyapu dan mengepel lantai supaya kelak dapat melakukannya sendiri. Setiap hari ibu saya menyapu di depan anak tanpa banyak bicara, hanya memberi contoh. Lalu anak melihatnya. Tidak lama kemudian anak-anaknya melakukannya tanpa disuruh. Termasuk saya. Itulah kekuatan keteladanan. 1 tindakan mewakili ribuan ucap.

5 Pilar keteladanan

Ada 5 pilar keteladanan yang harus diupayakan oleh generasi muda, demi membangun masadepan bangsa yang lebih baik.

1. Teladan dalam perkataan

Tidak banyak orang yang menyadari bahwa perkataan atau ucapan itu membawa dampak (pengaruh) yang besar. Menengok ke belakang, menurut sejarah yang ada di dalam Kitab Suci, bahwa alam semesta beserta isinya ini adalah hasil perkataan/ucapan (sabda) dari Sang Pencipta. Betapa sungguh dahsyatnya kekuatan dari perkataan itu. Saya menarik kesimpulan bahwa, perkataan itu membawa dampak besar dalam hal mencipta. Nah, sebagai anak muda – yang memiliki efektivitas produktivitas, banyak potensi, tenaga dan imaginasi (mimpi) yang mampu diwujudkan, maka perbanyaklah berkata-kata/berucap pada hal-hal yang membawa dampak besar ketimbang berucap hal-hal yang hampa dan sia-sia.

Satu contoh; mengatai orang lain; “dasar goblok”. Mungkin bisa diganti dengan memberikan senyum tulus saja. Lalu katakana ”aku memaklumi, dan menerimanya”. Atau tatkala sedang galau dan berputusasa lalu mengeluh dalam hati; “aku tidak berguna”. Mulailah dengan mengganti; “aku pasti berguna, orang lain masih membutuhkan aku”. Jika terbiasa memaki orang, saazt ada kesempatan untuk memaki, lebih baik diamlah sejenak lalu pejamkan mata. Tarik nafas dalam-dalam, hembuskan dan berkata “sabaaar”. Bisa diulang 2 atau 3X. Ini sangat membantu untuk mengendalikan perkataan yang bisa melukai orang lain.

Semoga generasi muda, dapat menjadi teladan dalam perkataan. Perkataan yang mampu memotivasi diri dan orang lain. Perkataan yang sopan dan santun, penuh kelembutan dan ketulusan. Jika generasi muda mampu melakukannya, maka mereka akan terheran-heran dengan orang-orang yang mengikutinya suatu kelak nanti. Sebab mereka telah terpikat dan terbentuk oleh teladan dalam perkataannya.

2. Teladan dalam tingkah laku

Dapat diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah.

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. (sumber: dari sini)

Generasi muda di masa kini harus menampilkan tingkah laku yang unggul. Yang dapat melebihi tingkah laku anak-anak muda pada umumnya – yang mungkin lebih banyak membuat orangtua geram. Untuk mendapatkan tingkahlaku yang unggul, maka seorang muda harus bijak dalam bergaul. Sebab dengan siapa kita bergaul, itu akan mempengaruhi cara berpikir dan tingkahlaku kita. Mulai dari gaya berpakaian, cara bertutur kata, sopan santun, menghormati orang lain atau ke –cuek- kan kita terhadap orang lain, akan terbentuk dari pergaulan kita. kalau pergaulan kita adalah pergaulan yang buruk, maka tingkah laku kitapun akan cenderung sama buruknya juga. Namun sebaliknya, jika kita bergaul dengan yang baik, orang jahat sekalipun – akan berubah (terpengaruh) menjadi baik juga. Maka generasi muda harus bijaksana dalam memilih pergaulan. Jagalah perilakumu, dan dedikasikan kepada generasi di bawahmu.

3. Teladan dalam kasih

Tak dapat dipungkiri bahwa bumi yang kita tempati ini sedang mengalami krisis kasih. Tindak kejahatan meningkat dimana-mana. Peristiwa anak membunuh orangtua, atau orangtua memperkosa anak, saudara saling membunuh karena warisan, seorang pemuda membunuh pacarnya karena cemburu, pejabat korupsi, makan uang rakyat. Beginilah keadaan manusia di akhir jaman. Kasih telah menjadi dingin, kasih demikian hambar. Kalaupun ada kasih, itupun kasih pura-pura. Ada udang di balik batu, atau karena ada tendensi.

Kasih yang ada di bumi ini adalah kasih yang tebang pilih, kasih yang penuh syarat. Kasih yang spiritnya pakai embel-embel “karena”, “Jika” atau “kalau”. Aku mengasihimu, jika/kalau kau mengasihiku. Aku mengasihi dia karena dia mengasihiku. Padahal yang dibutuhkan banyak orang adalah kasih yang tanpa syarat. Kasihnya yang memiliki spirit “walaupun”. Aku mengasihi dia, walaupun dia membenciku. Aku mengasihimu, walaupun kau mengecewakanku. Kasih yang seperti ini memang sulit untuk dilakukan. Sebab kasih yang seperti ini mengandung kesediaan untuk mengampuni kesalahan orang lain.

Sekalipun hal itu sulit dilakukan, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Artinya, pelan-pelan pasti akan bisa. Hanya butuh kebiasaan saja. Maka membiasakan memberi maaf atau mengampuni harus mulai kita budayakan. Bisa dimulai dari lingkungan yang lebih kecil, yaitu dalam keluarga. Mungkin pernah marah atau sakit hati atas perkataan ortu, belajarlah memaafkannya. Pahamilah, bahwa kemarahan atau ucapan dari ortu kita demi mengarahkan kita pada masadepan yang baik.

Untuk mendapatkan kasih yang seperti diatas, kita membutuhkan kasih yang bersumber dari Tuhan. Karna Tuhan adalah kasih. Itu sebabnya kita harus mengupayakan untuk hidup selalu dekat dengan DIA. Mengenal pribadiNya. Bukan cuma dekat dan mengenal dengan pacar kita doang. Perbanyaklah beribadah, membaca Kitab Suci dan berdoa. Dedikasikan kasihmu pada generasi dibawahmu.

4. Teladan dalam kesetiaan

Seekor anjing yang diberi nama Haciko dari Jepang menjadi begitu terkenal karena sifatnya yang setia melebihi manusia. Haciko diabadikan dalam bentuk patung, dan dimonumenkan di depan Stasiun dimana ia mati disana. Kesetiaan Haciko terhadap tuannya memang sangat mengharukan. Bukan hanya kepada orang-orang yang melihatnya saat itu, melainkan juga semua manusia yang mendengar dan melihatnya dalam sebuah film.

Kesetiaan Haciko menjadi sebuah kritik sosial kepada manusia di akhir jaman ini. Dimana kebanyakan manusia kebanyakan pada berkhianat. Suami atau istri berkhianat dengan perselingkuhan. Rekan bisnis berkhianat demi sebuah keuntungan. Pejabat mengkhianati janjinya kepada rakyat dengan tidak menggunakan uang Negara bagi rakyatnya, melainkan dimakan sendiri. Pengacara atau kolega mengkhianati kliennya, dll. Negeri yang kita tempati ini juga mengalami krisis kesetiaan.

Sebagai generasi muda yang produktif, kiranya ini dapat memacu gairah kita untuk mengobarkan sifat kesetiaan kita. Baik terhadap pekerjaan, terhadap keluarga, terhadap janji bisnis, terhadap agama/ajaran, terhadap bangsa dan Negara. Termasuk setia terhadap keuangan. Kecil maupun besar, uang yang dipercayakan kepada kita, musti kita jaga dengan setia. Kalau kita memang dititipi oleh seseorang untuk orang lain, maka berikanlah itu kepada orang yang dimaksud dengan sesegera mungkin. So, dedikasikan kesetiaanmu terhadap apapun dan dimanapun bagi generasimu

5. Teladan dalam kesucian

Kesucian atau kekudusan adalah milik mutlak dari Tuhan Allah kita. itu sebabnya kita yang sudah tertebus ini, sebisa mungkin untuk menjaganya. Mulai dari keinginan daging (mata),berpikir kotor, berpikir jahat sampai kepadai seks sebelum nikah. Itu semua adalah pengundang debu dan dosa, yang akan mengotori kesuciannya.

Jaman sekarang, pasangan muda mudi yang berpacaran, memiliki gaya/budaya barat. Isinya cuma kencan lalu hubungan badan. Saya yakin, bahwa semua agama tidak mengijinkan bahkan tidak mengajarkan dan tidak membenarkan tentang hubungan badan sebelum nikah. Itu belum waktunya. Namun yang seringkali terjadi adalah, para generasi muda melanggar perintah-perintah itu. Mereka berpacaran sembunyi-sembunyi di tempat yang gelap, berdua-duaan, bermesuman, dan akhirnya bersetubuh.

Hal itu tidak boleh dilestarikan. Sebab hal demikian akan menodai kesucian seorang muda dan remaja. Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan. Jangan biasakan menonton, membaca, melihat semua yang mengandung hal-hal porno, atau hindarilah pikiran-pikiran kotor. Tetaplah menjaga kesucian, baik melalui pikiran, hati dan tubuh kita. Dedikasikanlah kesucianmu kepada generasi dibawahmu.
Masyarakat masa kini butuh keteladanan. Keteladanan dari generasi muda melalui 5 pilar diatas. Mari kita kerjakan. Selamat memberi teladan.

Salam semangat…..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun