Rase menyembunyikan barang belanjaannya di rerimbunan semak-semak. Dengan langkah ringan, dia menyusul Bido. Dari jarak sepemanah, Rase mendengar Bido sedang berbicara kepada tiga orang lain. Tahulah Rase bahwa mereka adalah satu komplotan begal, Bido salah seorang anggotanya.
"Jadi, begitu cara kalian mencari uang!" Suara Rase mengejutkan ke empat begal itu. Serempak mereka menyerang Rase. Serangan itu sangat mudah dielakkan. Gerakan dan jurus mereka kacau, kaku, dan tidak terarah. Tahulah Rase bahwa ke empat orang itu sama sekali tidak menguasai ilmu kanuragan. Hanya karena penampilan yang menyeramkan, mereka berhasil menakut-nakuti orang. Dengan cepat Rase dapat melumpuhkan mereka, benar-benar lumpuh. Mereka terduduk di tanah dengan lutut serasa lepas dari tempurungnya.
"Maafkan kami, Kisanak. Tetapi, kami tidak pernah melukai siapapun," Bido memohon-mohon.
"Kenapa kalian tidak mencari pekerjaan yang baik? Di desa kami, Tluwe, kalian bisa menjadi penggarap sawah ladang. Kami memerlukan banyak orang untuk ...,"
"Terima kasih, Kisanak. Terima kasih. Terima kasih."
Pesan moral:
Bido memanfaatkan 'rasa takut' orang-orang Kali Kethek untuk memperkaya diri. Orang yang selalu takut, cemas, atau kuatir adalah korban dari 'rasa takut' itu sendiri.
CERITA TENTANG RASE DAPAT DI BACA DI Prajurit Telik Sandi Mahapatih Gajah Mada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H