Mohon tunggu...
David Solafide
David Solafide Mohon Tunggu... lainnya -

'Life is very short and there's no time for fussing and fighting, my friends' The Beatles. Do join English Community http://english-comm.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menemukan Ide Tulisan: Kematian

13 Oktober 2010   05:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:28 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terima kasih untuk 10 trik menemukan ide tulisan yang kamu .................. Memang ada gunanya? Tentu. Aku sudah menemukan sebuah ide dari sticker yang ditempelkan di sebuah bemo. Hoahoahoahoa ...... Kenapa ketawa? Aku tertawa senang, karena Ranti juga menginspirasi orang lain. Tapi, kamu harus ingat bahwa ide itu datang tidak hanya dari sticker. Iqmal Tahir memposting ‘Pembalutnya Pecah' yang ide-nya didapat dari bungkus mie instant. Mamak Kethol mendapat ide untuk postingannya ‘Bangsat Dilarang Keras Buang Sampah Di Area Tanah Ini' dari sebuah ‘papan pengumuman'. Sudah baca belum? Sudah! Aku suka tulisan-tulisan Mamak Kethol. Dia itu jago dalam merangkai kata dan kalimat. Mamak Kethol bukan jago, dia itu babon. Ide apa yang kamu temukan melalui sticker itu? Kematian. Wow. Memangnya, tulisan apa yang tertera di sticker itu? "Tuam Menyediakan Peti Mati Berbagai Type Dan Ukuran" Perusahaan peti mati. Kenapa dengan itu? Kenapa ada orang mengambil keuntungan dari orang meninggal? Maksudmu? Ketika ada seorang meninggal, keluarganya akan memesan peti mati ke perusahaan itu. Maka perusahaan itu akan mendapat untung. Supaya untungnya lebih banyak lagi, perusahaan itu berdoa biar banyak yang meninggal. Masak kita berdoa agar ....... Inilah saatnya kamu tutup mata ..... dan buka pikiran. Coba kamu bayangkan, jika keluarga yang salah satu anggotanya meninggal harus menyediakan peti mati sendiri, akan sangat ribet. Soal biaya, mungkin dengan bikin sendiri biayanya lebih murah, tetapi ribet-nya itu. Masalah berdoa, kalau kamu berpikiran negatif seperti itu, maka kamu akan berpikir bahwa tukang tambal ban berdoa supaya banyak ban yang bocor, dokter berdoa supaya banyak yang sakit, polantas berdoa agar banyak yang melanggar rambu lalin, guru berdoa agar banyak muridnya bodoh sehingga mereka ikut ‘les tambahan', ...... Jadi, bagaimana? Bagus! Kalau kamu sudah mengajukan pertanyaan, berarti kamu sudah maju selangkah. Sebuah ide harus dikembangkan dengan cara mengajukan pertanyaan: apa, bagaimana, mengapa, di mana, berapa, dan seterusnya. Coba jawab pertanyaan: bagaimana jika seorang anggota keluarga meninggal? Ya, sedih. Begitu saja? Seperti tadi aku katakan, buka pikiranmu! Bagaimana jika yang meninggal itu sang ayah yang merupakan tiang penopang keluarga? Keluarga akan menjadi putus harapan. Anak-anak mungkin tidak bisa melanjutkan sekolah. Ibu mungkin kawin lagi atau ...... Bagaimana jika yang meninggal itu pacar kamu? Koq sadis begitu! Kamu tidak menjawab pertanyaanku. Aku belum punya pacar. Nah, itu barulah pertanyaan ‘bagaimana'. Coba buat kalimat pertanyaan dengan kata tanya ‘apa'. Apa yang menyebabkan seseorang meninggal? Cerdas! Jawablah pertanyaan itu. Macam-macam. Bisa karena usia, penyakit, kecelakaan, bencana alam, keracunan mie instant, ..... Kemudian, tanyakan ini: apa yang mungkin atau seharusnya dilakukan oleh orang yang ditinggalkan? Menangis, mendoakan, putus asa, menguatkan hati, ..... Menguburkan yang meninggal. Tentu saja. Tidak tentu saja. Bagaimana jika mereka tidak mau menguburkan yang meninggal? Apa mungkin? Dalam menemukan ide, segalanya mungkin. Ingat tentang berandai-andai? Oke. Saya sudah mendapatkan ide tulisan yaitu tentang kematian. Sebaiknya saya tulis dalam bentuk opini, cerpen, puisi, pengalaman, ataukah humor? Maksud saya, bentuk apa yang paling tepat untuk ide tentang kematian? Sebelum membicarakan tentang penulisan, coba jabarkan dulu idemu itu. Topik kematian itu sangat luas cakupannya. Sisi mana yang akan kamu tuliskan? Ya, tentang orang mati. Keluarganya sedih karena kehilangan ....... Stop! Kamu tidak menangkap maksudku. Coba baca dulu The Appointment in Samara, ini juga cerita tentang kematian. Apa komentarmu? Malaikat Maut mendatangi seorang budak ..... Poin-nya! Apa poin kisah itu? Takdir tak bisa dihindari. Itu dia! Dari ide tentang kematian, poin apa yang ingin kamu bagikan? Coba kumpulkan poin-poin yang kamu dapat. Kematian datang kepada siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Lalu? Buntu! Begini! Coba bayangkan tentang seseorang yang sudah tahu kapan, di mana, dan bagaimana dia akan mati. Itu ‘kan tidak mungkin? Kalau begitu, cukup sampai di sini saja. Koq, kamu sewot? Baiklah! Karena dia sudah tahu detil tentang kematiannya, dia menjadi frustasi. Dia akan mati pada hari Senin Pon, di Jakarta, dengan cara tercebur ke dalam sungai. Maka, setiap Senin Pon dia akan pergi meninggalkan Jakarta dan menjauh dari sungai. Namun, suatu hari dia lupa bahwa hari itu adalah Senin Pon. Dia sedang berada di Jalan Jakarta, Surabaya. Dia mengendarai sepeda motor dan menyerempet becak, sepeda motor oleng dan nyebur ke sungai. Maut menjemput. Bravo!!! Tetapi ceritanya jadi jauh menyimpang dari ide pertama tentang peti mati. Tinggal kamu gabungkan saja, dengan: Satu lagi peti mati terjual hari ini. Tetapi, kamu jangan terpaku pada ide awal. Mungkin saja, ide awal hanya merupakan trigger atau pemicu. Cerita sudah aku dapat. Kembali ke pertanyaanku tadi, sebaiknya ide ini aku tulis dalam bentuk opini, cerpen, atau ..... Pertama, kamu harus tahu bahwa sebenarnya setiap tulisan - apapun bentuknya - adalah opini. Kedua, setiap ide itu cocok dituliskan dalam bentuk apapun. Maksudku, bentuk yang paling tepat. Semua tepat. Memangnya tentang kematian bisa ditulis dalam bentuk humor, misalnya? Mengapa tidak? Ndang Ndut memposting tentang kematian ‘Rayuan Paling Maut' dalam bentuk humor. Mungkin cerpen lebih tepat? Sekali lagi, tidak ada yang lebih tepat atau kurang tepat. Karena masalah tepat atau tidak itu bergantung pada kamu, kamu ingin menuliskannya dalam bentuk apa. Cerpen. Nah, kamu yang menentukan dan menetapkan. Sekarang tulislah cerpen dengan topik kematian. Tetapi, bagaimana cara menulis cerpen? C-e-r-p-e-n. Serius kenapa, sich? Aku selalu serius. Apa mungkin kita menulis cerpen dengan topik kematian? Topik apapun dapat ditulis dalam bentuk apapun. Segalanya mungkin. Ini sekedar pembanding, baca After the Night Had Gone. Ini juga tentang kematian. Asyik juga, ya? Asyik, kalau kamu sudah mulai menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun