Beberapa hari ini kita semua di buat agak was was dan dibuat penasaran akan adanya sengketa Pilpres yang sekarang masih disidangkan di Mahkamah Konstitusi dan DKPP. saya menulis ini tdk dalam kapasitas sebagai pendukung salah satu Capres, tapi sebagai warga negara Indonesia yang menginginkan terwujudnya Bangsa Indonesia yang menghargai pendapat dan hak setiap warga negara untuk berpendapat. tapi kalau ada salah satu pihak yang merasa bahwa mereka tdk terima akan tulisan saya. sebelumnya saya minta maaf yang sebesar2nya.
Saya akan menceritakan apa bahaya yang saya akan paparkan.
Saya sangat menghargai orang2 yang mau mendapatkan hak2 konstitusionalnya sebagai warga negara Indonesia, tapi saya menyesalkan akan langkah2 yang ditempuh untuk mendapatkan hak yang di minta tersebut. apalagi ditambah banyaknya komentator2 yang berasumsi ini, berasumsi itu dengan mengandalkan masing2 ilmu yang mereka miliki. Sungguh sayang ilmu yang mereka dapat secara susah payah, jadi tdk ada nilainya karena ilmu itu sdh yang menukangi atau dengan kata lain sudah tdk sesuai dengan norma2 yang selama ini mereka pakai. mereka lupa kalau masyarakat indonesia itu semua sudah sangat pintar dan bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah. saya cuma punya saran, mengapa kita tidak menunggu sampai keputusan Mk keluar, karena apapun yang ahli2 perdebatkan, tdk akan ada gunanya dan mereka akan malu sendiri, jika ternyata analisa yang mereka berikan ke media2 itu ternyata bertolak belakang dengan keputusan MK. Kasihan rakyat yang sudah capek dibuat dalam situsi ketidakpastian. kalau mereka semua negarawan, mereka harusnya patuh dan menaati aturan yang kearah mementingkan kepentingan rakyat banyak, daripada kepentingan golongan mereka sendiri.
Disini saya akan paparkan mengapa pembelajaran politik yang bapak2 di MK sedang bersidang. dari sudut pandang saya bahwa tuntutan Pemohon yang yang menginginkan akan pemilihan diulang atau Pilpres dibatalkan karena adanya kecurangan yang Terstruktur, Sistematis dan Massif (TSM). dengan memberikan kesaksian dari beberapa saksi dan menunjukkan bukti2 yang menguatkan tuduhan kecurangan yang pemohon laporkan. dalam proses persidangan yang dimulai 6 agustus 2014, sudah jutaan warga negara Indonesia yang menyaksikan dan mengamati jalannya persidangan dari Sabang sampai Merauke. yach disinilah letak berbahayanya akan pembelajaran Politik yang mereka lakonkan di dalam sidang MK. kenapa saya bilang berbahaya, karena yang saya lihat dan beberapa warga lain saya tanyakan bahwa apa ini benar terjadi seperti yang di tuduhkan Pemohon, karena dari yang dilihat dan dibaca dimedia2, yang disampaikan tidak ada yang langsung kesumber masalahnya yang terstruktur, Masif dan Sistematis. karena yang paling diributkan dan di besar2kan oleh beberapa ahli dan komentator adalah maalah DPKTB yang ketika Pileg bln April tidak dipermasalahkan oleh bbrp pihak yang berkepentingan. kenapa kalau tidak dari awal pihak2 yang mempermasalahkan ini dibawah keranah hukum. kenapa harus menunggu sampai hasil Pilpres ini di umumkan baru menggugat ini??. yang saya sebagai warga negara mempertanyakan dimana letak kecurangan Terstruktur, Masif dan Sistematif itu. kalau ternyata pokok permasalahan ini sudah ada sebelum Pileg dilaksanakan. Tp mungkin karena saya adalah orang awam jadi tidak bisa melihat secara jelas akan kecurangan itu, mungkin saya harus lihat dari kacamata politik untuk bisa melihat itu.
Maaf beribu maaf kepada tim Pemohon karena andaikan permohonan kalian dikabulkan oleh MK, maka akan disambut gegap gempita oleh para pendukung anda untuk sementara. tapi apakah tidak memikirkan dampaknya kepada kelangsungan bangsa Indonesia. begini, karena akhirnya pemohon bisa mendapatkan keinginannya dengan hanya mengajukan sengketa ini ke MK denga tuduhan kecurangan. maka apakah bapak2 tidak berpikir bahwa pola trik Politik yang Bapak2 ajarkan kepada kami di daerah akan bisa kami copy atau pelajari untuk kami terapkan di Pilkada di daerah kami. contoh, saya nanti mau maju menjadi orang nomor satu di Malang. maka saya akan mencari cara agar supaya andaikan nanti saya kalah, maka saya ada pegangan untuk melaporkan sengketa ke Mk dan meminta supaya Pilkada diMalang agar di ulangi atau di batalkan karena ada unsur kecurangan yang TSM yang kami telah persiapkan apabila kami kalah. apalagi kalau kami kalah sama calon incumbent, pasti lebih gampang tuduhannya dan cari faktor untuk membuat tuduhan kecurangan. kami akan benar2 menjiplak cara2 tim Pemohon untuk mendapatkan hak2 konstitusional kami juga.
Tapi saya ingatkan saudara2 kalo faktor utama yang paling berbahaya bukan di topik mencari bukti2 kecurangan. tapi yang paling utama adalah akan adanya konflik dalam setiap pendukung calon. karena sangat berbeda ceritanya dengan pendukung pilpres dan pendukung pilkada, karena pendukung pilkada benar2 punya kepentingan yang langsung dan ruang lingkupnya terbatas, jadi gesekan antar pendukung itu besar kemungkinannya. kalau pendukung Pilpres lebih banyak saling hujat di media sosial atau media online. tapi kalau pendukung di Pilkada itu mereka berhadapan langsung. bayangkan jika saya menuduh ada kecurangan dari pihak yang mengalahkan saya dan saya suruh pendukung saya agar jangan mau menerima hasil KPU, karena banyak kecurangan dan akan di majukan sengketa ini ke MK, maka pendukung kita dibawah pasti mengikuti apa kata sang Idola atau jagoan mereka. dari proses mengajukan gugatan sampai nanti diputuskan. memakan waktu sekitar 2 sampe 5 bln. tdk seperti sengketa Pilpres ini karena mengejar tenggat waktu masa tugas Presiden yang tidak bisa di PLTkan, seperti daerah.
di dalam tenggat waktu tersebut gesekan antar pendukung itu sangat besar terjadi. dan kalau sampai ada yang sdh tidak bisa menahan emosi dan sdh tidak sabar, bahkan bisa beradu fisik antar pendukung. yang bisa mengakibatkan terjadinya kekacauan atau chaos di daerah bersangkutan karena sama2 berargumen bahwa jagoan mereka benar. apalagi ada di masukkan unsur politik atau ditunggangi politik, maka akan semakin kacau dan semakin rumit perselisihan itu. berapa banyak korban yang akan berjatuhan, berapa banyak kerugian yang akan terjadi. ingat ini kemungkinan terjadi seperti ini besar kemungkinannya.
Saya sangat berharap kepada bapak2 yang lagi bertikai di MK agar menyadari ini, karena semakin dalam pembelajaran dan trik politik yang mereka ajarkan kepada kita2, maka semakin ahli juga kami menyadurnya dan mengaplikasikannya di daerah kami. jika ini terjadi berapa banyak dan hampir tiap bulan akan terjadi kekacauan diberbagai daerah karena hampir tiap bulan ada Pilkada. sadarlah, bahwa dari pembelajaran itu kami bisa pahami dan telaah dengan baik. atau memang mungkin itu niat kalian, Wallahu Alam. hanya Allah SWT yang tahu. semoga bapak2 di MK mau melihat efek dari keputusan yang akan dihasilkan nanti.
Akhir kata, saya hanya berharap agar Indonesia menjadi negara yang lebih bermartabat dan lebih maju sehingga menjadi negara yang di segani bangsa lai. Insya Allah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H