Mohon tunggu...
David Hidayat
David Hidayat Mohon Tunggu... Guru - mahasiswa uin ws

kenalilah dirimu sendiri terlebih dulu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan Agama sebagai Pembentuk Karakter Hebat Bangsa

21 Oktober 2019   20:59 Diperbarui: 22 Oktober 2019   07:32 2251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendidikan Agama Sebagai Pembentukan Karakter Hebat Bangsa

1. Pendahuluan

Karakter merupakan watak, sifat, akhlak ataupun kepribadian manusia. Karakter juga merupakan cerminan diri seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain. Setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda, walaupun mereka lahir dari orang tua yang sama, hidup lingkungan sama, maupun sekolah di tempat yang sama.

Di era sekarang dimana dimana globalisasi ini remaja  kini tidak hanya monoton lagi di lingkungan keluarga, desa, dan sekolah, namun sudah bisa memiliki akses untuk melihat langsung dan terlibat dalam kehidupanlain di dunia lain dengan media dan teknologi. Kini lingkungan yang membentuk karakter seseorang menjadi semakin luas, bukan hanya dimana dia tinggal, namun juga mencakup dimana dirinya menemukan tempat dengan pemikiran yang meurutnya benar.

Dengan barbagai lingkungan yang berbeda-beda ini, membuka peluang seorang remaja salah dalam membentuk karakternya sendiri, atau bahkan bisa tersesat dalam melakukan sebuah pencarian jatidirinya dan bisa merusak moral remaja tersebet.

Bisa kita lihat diberbagai pemberitaan saat ini, banyak sekali kejahatan dan kerusakan-kerusakan moral di Indonesia baik yang dilakukan oleh rakyat ataupun pejabat pemerintahan. Moral seseorang tidak bisa terlepas dari karakter orang tesebut, karena moral merupakan cerminan karakter seseorang.Disiplin dan tertib lalulintas, budaya antri, budaya baca, hingga budaya bersih bangsa ini juga sudah mulai hilang dikatenakan karakter bangsa yang sudah mulai merosot. Dengan raport  merah akan timbul pertanyaan, mengapa Pendidikan belum bisa merubah perilaku menjadi lebih baik?, Mengapa kejujuran, disiplin, kerja keras, hingga keshalihan seolah lepas dari persoalan Pendidikan.

Kita semua, khususnya pendidik harus merenung dan bertanya ulang : bagaimana karakter bangsa ini?. Pembangunan watak atau karakter sangatlah penting. Kita ingin membangun Indonesia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan berprilaku baik. Bangsa ini juga ingin menjadi bangsa yang unggul dan berrperadaban dan mulia. Peradaban ini hanya bisa kita capai apa bila masyarakat kita berkarakter dan menjadi masyarakat yang baik (good society).

Sudah saatnya membangun kembali kesadaran pentingnya berkarakter bagi bangsa Indonesia. Karakter dan Pendidikan karakter bukanlah hal yang baru untuk Indonesia, bahkan sebelum bangsa ini merdeka kita sudah ditanamkan budi pekerti, sopan santun dan ramah.

Dalam pepatah jawa disebutkan "Ajining sariro soko busono, ajining diri soko lati". Pepatah ini mengejarkan karakter menjaga performan dan menjaga lidah dari perkataan kotor dan bohong. Begitu juga nasihat "Pasir wukir gemah ripah loh jinawe, toto tentrem kerto raharja, crah agawe bubrah rukun agawe santoso" kalimat-kalimat ini sarat dengan karakter menjaga dan melestarikan lingkungan, menjaga persatuan dan kesatuan, menaati kedisiplinan, menghindari perpecahan dan percekcokan. Juga slogan "Ojo dumeh, ojo adigang adigung adiguno" yang menanamkan karakter toleran dan menghargai orang lain.

Pendidikan nasional bertujuan untuk "Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab" (UU RI Nomor 20 tahun 2003,pasal 3). Aklak mulia mencakup etika, budi pekerti atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.

2. Pembahasan 

Aristoteles menyebutkan pengertian karakter yang baik adalah kehidupan berprilaku baik dan penuh kebijakan, berprilaku baik terhadap pihak lain TuhanYang Maha Esa, manusia, alam semesta dan terhadap diri sendiri. Jonatan Webber dalam Jurnal Of Philosophy menjelaskan bahwa karakter adalah akumulasi dari berbagai ciri yang muncul dalam cara berfikir, merasa dan bertindak. Sikap pemberani atau pengecut seseorang dalam menghadapi sesuatu hal, merupakan contoh-contoh tentang krakter seseorang.

Demikian pula rumusan yang dikemukakan Victor Battistch dari Universitas Missouri St. Louis, dalam satu tulisannya berjudul Character Education, Prevention and Positive Youth Development bahawa karakter adalah konstelasi yang sangat luas antara sikap, tindakan, motivasi dan ketrampilan. Karakter mencakup sikap, cara berfikir, tindakan dan respon terhadap ketidak adilan, interpersonal, dan emosional, serta komitmen untuk melakukan sesuatu bagi masyarakat, bangsa, dan negaranya. Sebagaimana Webber, Battistich juga melihat, karakter selalu dihadapkan pada dilemma antara baik dan buruk, dilakukan atau tidak dilakukan seseorang. Melakukan yang baik berarti berkarakter bai dan ideal, sebaliknya melakukan yang buruk berarti berkarakter buruk.

Selain itu Katherine dalam tilisannya berjudul Analyzing character menegaskan bahwa orang-orang yang berkarakterlah yang bisa diharapkan akan bisa maju dan akan mampu membawa kemajuan adalah mereka yang memiliki ciri-ciri pokok, yakni, kejujuran, bisa dipercaya, setia, bijaksana, penuh kehati-hatian, antusias, berani, tabah, penuh integritas, dan bisa diandalkan.  Karakter terdiri dari tiga unjuk perilaku yang saling berkaitan yaitu: (1) tahu arti kebaikan (2) mau berbuatbaik (3) nyata berprilaku baik. Ketiga hal tersebut adalah indikator psikologis tentang kehidupan moral dan kematangan moral individu. Dapat di artikan bahwa karakter adalah kualitas diri seseorang.

Menurut dokuen Desain Induk Pendidikan Karakter terbitan Kementrian Pendidikan tahun 2010, Pendidikan katrakter didefinisikan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak. Jenis pendidikan ini ditunjukkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengambil keputusan yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Karakter dan agama  itu hamper tidak bisa dipisahkan karena keduanya sama-sama membicarakan tentang baik dan buruk, sama sama membicarakan moral dan kebijakan, akan tetapi keduanya memiliki perbedaan yaitu, agama bersumber pada Allah melalui Al Quran dan para Rasulnya, kalau karakter bersumber pada cara berfikir yang menmpengaruhi perkataannya, lalu perkataan menjadi sebuah tindakan, dan tindakan akan menjadi sebuah kebiasaan, kebiasaan tersebut akan menjadi karakter sseorang.

Pendidikan Agama Islam Sebagai Pembentuk Karakter

Pendidikan agama merupakan suatu hal yang harus di ajarkan kepada seseorang sejak kecil, bahkan di dalam agama islam ketika seorang ibu melahirkan anak, anak tersebut akan di azani terlebih dahulu, itudapat kita maknai bahwa ketika manusia lahir dia sudah I ajarkan agama terlebih dahulu karena agama merupakan pondasi yang paling kokoh untuk membentuk karakter seseorang. Selain itu agama islam adalah agama yang sangat lengkap, membaha hal-hal kecil sampai hal-hal yang kompleks, contohnya islam mengatur manusiamuali dai dia bangun tidur sampai dia tidur lagi, mulai dari cara mandi yang benar sampai cara memimpin sebuah negara.

Pendidikan agama tidak hanya tugas dari seorang guru agama akan tetapi juga tugas dari oang tua dan juga pemerintah dengan sistem yang dia buat untuk rakyatnya. Akan tetapi dari semua yang bertanggung jawab itu sekarang mulai banyak yang tidak perduli, sehingga penanaman cikal bakal karakter unggul seorang anak mulai terabaikan. Ada beberapa cara sebenarnya untuk menanamkan cikal bakal karakter yang unggul untuk menuju bangsa yang berperadaban dan mulia.

Menurut Moenir Nahrowi Tohir dalam bukunya Menjelajahi Eksitensi Tasawuf  mengatakan bahwa semua krisis sepiritual mengakibatkan banyak krisis yang ada di kehidupan ini mulai dari ekonomi, kesehatan, politik, teknologi, dan lain-lain. Dan bisa kita simpulkan bahwa karakter manusia tidak bisa di lepaskan dari sepiritual seseorang terhadap karakter orang tersebut.

Dengan pemahaman agama yang mendalam dan luas bisa menjadi pondasi yang kokoh untuk membentuk karakter unggul seseorang. Dalam hal ini ada dua faktor yang mempengaruhi karakter seseorang :

Faktor internal

Faktor internal yaitu berada dalam seseorang tersebut yaitu cara berfikir dan keluasan berfikir seseorang. Dalam hal ini seseorang harus senantiasa berfikir positif karena jika seseorang berfikir atau kalau dalam islam berniat baik maka apa yang akan diucapkan akan baik, jika yang diucapkan baik, maka apa yang akan dia lakukan juga akan baik, dan jika di keseharian orang tersebut baik maka akan menjadi kebiasaan yang baik pula, karena karakter adalah suatu kebiasaan seseorang dalam kesehariannya.

Seseorang yang disiplin, bertanggung jawab, jujur, dapat dipercaya, bijaksana pastilah di kesehariannya dia seperti itu karena karakter itu adalah suatu kebiasaan seseorang.

Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berada dalam luar seseorang. Yang termasuk faktor ini adalah orang orang yang berada di sekitarnya yaitu orang tua/keluarga, guru, dan teman di sekelilingnya.

Orang tua sangatlah berperan penting dalam hal ini, orang tua diharuskan mendidik anaknya sesuai dengan tuntunan Islam. Dalam islam orang tua di haruskan selalu mendidik dan memeperharikan tumbuh kembang anak, karena anak belajar dari apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar. Dalam hal ini orang tua diharuskan menjadi contoh yang baik, seperti pepatah yang sering kita dengar "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya".

Selain orang tua guru juga sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter seseorang. Disini guru biasanya salah dalam mendidik muridnya, salah satunya dimana guru terlalu menuntut nilai yang pada hakikatnya tujuan dari pendidikan bukanlah nilai atau ringking, akan tetapi mempersiapkan seseorang untuk menemukan jatidirinya dan bakatnya, karena setiap orang mempunyai kelebihan tersendiri dari orang lain. Pembentukan karakter adalah tugas dari semua guru, dan guru agama adalah menjadi guru yang paling berkewajiban untuk membentuk dan meluruskan pola pikir anak didiknya. Seorang guru agama tidak hanya bertugas untuk mengajarkan tentang fiqih akan tetapi akhlak lah yang ter penting, karena kita tahu bahwa Nabi Muhammad di utus untuk memperbaiki akhlak manusia. Tujuan dari pengajaran agama islam adalah untuk menciptakan perubahan positif dalam sikap dan spiritual mereka. Jadi pendidikan agama islam tidak hanya menghafal materi keagamaan secara abstrak.

Seorang guru agama harus melakukan pendekatan untuk mengetahui karakter para siswanya untuk membenahi karakter seorang murid yang karakternya kurang baik atau bahkan rusak. Dalam mengajar agama, pendekatan pengalaman, rasional, pembiasaan, fungsional, emosional, dan keteladanan [sesuai SK Menteri Agama No 393 Tahun 1994]

Dalam Pancasila yang merupakan dasar negara sangat mengandung banyak makna yang sangat mendalam, pemerintah yang sudah menjamin kehidupan dan kecerdasan bangsa harusnya melakukan tugasnya dengan membuat sistem yang mendukung terciptanya peradaban yang unggul dan mulia.

Selain itu di era globalisasi ini seorang pribadi pun harus memiliki filter yaitu pemikiran dan pinsip yang kuat agar tidak terpengaruh dengan budaya dan ideologi-ideologi yang tidak sesuai dengan bangsa dan agama dan cenderung merusak jatidiri bangsa Indonesia.

Kesimpulan

Karakter adalah adalah sifat pribadi seseorang dalam menanggapi sesuatu dalam kehidupan ini. Seseorang yang memiliki karakter yang hebat pasti memiliki cara berfikir dan menyelesaikan masalah dengan hebat dan bijak. Seorang dengan karakter yang baik pasti memiliki pondasi prinsip yang kuat sehingga tidak goyah karena lingkungan yang kurang mendukung untuk pembentukan karakternya. Dengan karakter yang kuat pribadi tersebut akan menjadi kuat dalam menghadapi derasnya pengaruh globalisasi. Keluarga, sekolah dan pemerintah hanya suatu faktor pendukung untuk membentuk karakter bangsa yang hebat dan berperadaban. Pemahaman seseorang terhadap agama akan membentuk moral dan secara tidak langsung akan membentuk polapikir yang luas dan akan membuat seseorang memiliki sikap yang bijaksana, jujur, bertanggumg jawab, atau dalam islam disebut dengan akhlakul karimah. Jika setiap orang memiliki karakter tersebut dia akan membentuk pribadi yang hebat, pribadi yang hebat akan membentuk lingkungan yang sehat, lingkungan yang sehat akan membentuk bangsa yang berperadaban.

Daftar Pustaka ;

Nadwa : Jurnal Pendidikan Islam, Volume 3, Nomor 1, Mei 2009

Nadwa : Jurnal Pendidikan Islam, Volume 7, Nomor 2, Oktober 2013

Tadris : Jurnal Pendidikan Islam Volume 7, Nomor 2 Desember 2012

Tadris : Jurnal Pendidikan Islam Volume 2. Nomor 1. 2007

Tohir, Moenir Nahrawi, Menjelajahi Eksistensi Tasawuf, As-Salam Sejahtera, Jakarta, 2012

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun