Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pentingnya Motivasi dan Peluang Presidensi G20 Tingkatkan Investasi Hijau

31 Juli 2022   05:54 Diperbarui: 31 Juli 2022   05:56 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi investasi hijau (Shutterstock via Kompas)

#Indonesia Maju melalui Investasi Hijau #Presidensi G20 #Bank Indonesia

Bumi semakin panas dan tidak layak huni.  Jika kita ingin bumi selamat, maka emisi gas rumah kaca harus dipangkas sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya. Demikian isi laporan terbaru Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (IPCC).

Pada COP 26 di Glasgow tahun lalu, Presiden Jokowi telah mendeklarasikan bahwa Indonesia menargetkan bebas karbon (net zero emissions) pada tahun 2060. Saya sangat mengapresiasi hal ini. Namun saya juga menyimpan kekuatiran dan beberapa pertanyaan. Bagaimana cara Indonesia menuju kesana.  Tidak ada cara lain mewujudkan ambisi net zero emissions 2060 selain membangun infrastruktur hijau sebanyak-banyaknya. Apakah kita benar mampu mewujudkannya? How do we walk the talk? 

Momentum Indonesia memegang Presidensi G20 menjadi penting. Forum G20 ini bukan hanya mampu menaikkan ekonomi domestik. Lebih dari itu, momen ini akan memberi dampak positif bagi kita. Dalam pertemuan-pertemuan G20, kita berkesempatan mengenalkan potensi Indonesia kepada negara-negara yang hadir. Dengan mengenal lebih baik, harapannya para negara sahabat berbondong-bondong berinvestasi hijau di Indonesia.

Maksimalkan Momentum Presidensi G20

G20 atau Group of Twenty sebagai forum kerja sama ekonomi internasional antara 19 negara dan 1 lembaga Uni Eropa. Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa. Negara-negara anggota G20 tercatat menyumbang 78% emisi karbon dunia sehingga sangat menentukan arah pengurangan emisi global. 

Negara-negara anggota G20 (Shutterstock/AlexLMX via Kompas)
Negara-negara anggota G20 (Shutterstock/AlexLMX via Kompas)

Indonesia memegang tongkat komando Presidensi G20 2022. Kesempatan emas bagi Indonesia, saat seluruh dunia membicarakan dan menatap ke Indonesia. Puncak forum internasional Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 2022 akan dihelat di Bali, akhir tahun nanti. Presidensi G20 menjadi momentum untuk Indonesia untuk mengorkestrasi aksi pulih bersama dan lebih kuat (recover together, recover stronger). Negara-negara G20 perlu diajak tidak hanya berkomitmen, namun membuat aksi nyata pada implementasi green industry dan green economy. 

Dampak ekonomi presidensi G20 bagi Indonesia (indonesiabaik.id)
Dampak ekonomi presidensi G20 bagi Indonesia (indonesiabaik.id)

Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa untuk menuju impas emisi karbon (net zero emissions), Indonesia butuh sekitar Rp. 3799 triliun. Kompas, 16 Maret 2022. Ini artinya peluang untuk investasi  adaptasi perubahan iklim melalui proyek-proyek hijau sangat menjanjikan di Indonesia. Kita harus mampu 'menjajakan' diri ibaratnya gadis cantik yang sedang dibicarakan kemolekannya. Bila perlu kita 'buka baju' saja. Tampilkan semua potensi investasi yang ada. Promosikan peluang investasi hijau yang sangat besar di Indonesia. 

Banyak hal bisa kita promosikan, sebagian contohnya:

  • Investasi pengembangan industri baterai untuk mobil listrik yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan kendaraan listrik akan semakin masif secara global. Semua negara telah berkomitmen mengurangi penggunaan kendaraan berbahan bakar BBM. Ini peluang besar untuk Indonesia menjadi produsen baterai listrik untuk kendaraan. Indonesia bisa mengajak investor untuk menanamkan dana nya di industri baterai ini. 
  • Investasi pabrik kendaraan listrik. Indonesia menjadi tempat yang cocok untuk membangun pabrik kendaraan listrik. Lahan maupun tenaga kerja tersedia. Dengan populasi penduduk yang besar, Indonesia pun bisa menjadi pasar. 
  • Investasi pariwisata hijau. Tren pariwisata hijau semakin digandrungi oleh turis. Pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan di kawasan pariwisata seperti Labuan Bajo, Bali, Samosir (Danau Toba), Kawasan Borobudur (Magelang), Mandalika, Likupang, Sorong menjadi momentum yang sangat cocok untuk promosi pariwisata hijau dan peluang investasinya. 
  • Investasi di sektor perkebunan/pertanian. Para calon investor bisa diajak melirik sektor perkebunan. Tidak hanya untuk kebutuhan pangan, tren penggunaan biodiesel untuk kendaraan membutuhkan pasokan dari perkebunan sawit. Indonesia memiliki lahan yang luas untuk itu.
  • Investasi pembangkit listrik energi terbarukan. Konsumsi yang baru sekitar 1000 kWh listrik per kapita menawarkan peluang investasi yang besar. Konsumsi ini akan terus tumbuh menyamai level negara-negara maju di 10.000 kWh per kapita. Untuk itu, perlu disiapkan puluhan ribu megawatt pembangkit listrik. Dengan moratorium PLTU, maka hanya pembangkit energi terbarukan yang boleh dibangun. 

Peluang investasi hijau tentu masih banyak lagi yang belum disebutkan di atas. Kita punya sumber daya alam dan energi melimpah untuk mendukung industri hijau. Jadi Indonesia perlu mengambil manfaat sebanyak-banyaknya dari perhelatan G20 tahun ini.

Kepedulian pada isu lingkungan jadi kunci

Kesadaran akan perlunya mencegah kerusakan yang semakin parah sebagai tanggung jawab bersama sangat penting. Seseorang yang memahami dampak buruk perubahan iklim akan mudah diajak untuk bergerak.  Entah seseorang itu berperan berada pada level konsumen akhir, pibu rumah tangga, karyawan, pengusaha, politisi, bankir, atau pembuat kebijakan. Pemahaman perlunya menjaga lingkungan secara berkelanjutan akan menentukan bagaimana mereka berkegiatan sehari-hari.

Hasil survei KedaiKOPI menunjukkan bahwa anak muda Indonesia, usia rentang 14 - 40 tahun, di Indonesia (77,4%) mengetahui dan tertarik dengan isu lingkungan hidup. Meski demikian ini belum cukup menggembirakan. 

Mengapa? Andhyta F Utami, ekonom lingkungan dari Think Policy Society, menerangkan bahwa hasil survei pada 4000 anak muda senada dengan survey KedaiKOPI tersebut, ada lebih dari 70% yang menjawab bahwa mereka mengetahui adanya perubahan iklim atau kerusakan lingkungan. Namun ketika ditanyakan apakah hal itu penting bagi mereka, angka 70% ini langsung turun drastis. Untuk aksi nyata penyelamatan lingkungan, dengan mengetahui saja tidak cukup, dibutuhkan kepedulian dan aksi nyata.

Suvery Kajian Opini Publik Indonesia/KedaiKOPI (katadata)
Suvery Kajian Opini Publik Indonesia/KedaiKOPI (katadata)
Angka survey tersebut menjadi cerminan bahwa masyarakat belum sama-sama kuatir akan dampak kerusakan bumi. Dengan kata lain, perlu peningkatan literasi wawasan lingkungan untuk digaungkan terus. 

Tingkatkan motivasi melalui literasi 

Suatu waktu saya menyimak sebuah podcast  di YouTube. Bincang-bincang antara Christ Bennett (pakar senior di The Global Green Growth Institute) dengan Gita Wirjawan (Menteri Perdagangan Republik Indonesia era SBY). 

..(tapi) susah meyakinkan orang setempat disini bahwa (isu) emisi karbon yang begitu mempengaruhi iklim di dunia dewasa ini itu penting bagi mereka. Orang lebih peduli bagaimana mencari penghidupan. Proses-proses edukasi, tidak hanya dari buku. Untuk itu perlu visualisasi.." ujar Bennett, yang pernah lama menetap di Indonesia. 

Ini seakan mengingatkan kita bahwa lagi-lagi sangat perlu meningkatkan literasi. Dengan pemahaman yang baik, pengusaha tentu akan memikirkan apakah usahanya sudah ramah lingkungan. Anak-anak muda akan memprioritaskan green job. Masyarakat sebagai konsumen akhir akan terbiasa memilih produk-produk ramah lingkungan. Masyarakat bisa memberi sanksi sosial dengan tidak membeli produk yang tidak ramah lingkungan. Saham perusahaan yang menimbulkan kerusakan lingkungan hidup tidak akan dilirik. 

Saya mengamati bahwa sebetulnya kita punya peluang dan kemampuan untuk meningkatkan literasi masyarakat, antara lain:

1) Jangkauan internet yang merata. Terlepas dari pukulan pandemi Covid-19 yang demikian hebat pada sektor perekonomian, ada hal baik yang perlu disyukuri. Pandemi ternyata mendorong meningkatnya penggunaan internet di Indonesia. Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia mencatat bahwa peningkatan pengguna internet di Indonesia melonjak drastis. Dari sebelum pandemi sekitar 175 juta pengguna meningkat menjadi sekitar 210 juta pengguna. Semakin banyak masyarakat yang terpapar dengan informasi-informasi melalui internet.  

2) Populasi didominasi generasi muda. Hasil survei BPS 2020 bahwa 65% dari populasi Indonesia merupakan generasi muda yang lahir setelah tahun 1981. Saat ini, Indonesia didominasi oleh anak-anak,  remaja dan pemuda. Mengapa ini penting? Generasi yang berjumlah total sekitar 175 juta jiwa ini, umumnya melek teknologi digital. Sejak kecil sudah mengenal teknologi komputer dan smartphone. Jika dibandingkan dengan angka pengguna internet yang banyaknya 210 juta, maka bisa dikatakan seluruh generasi muda semuanya sudah tercakup didalamnya.

3) Gaet influencer untuk berkampanye. Anak-anak muda mudah sekali meniru tren yang lagi ramai. Misalnya tren Citayam Fashion Week juga diduplikasi di banyak daerah. Bonge dan Jeje bisa digaet untuk mempromosikan pentingnya anak muda berperan mengurangi emisi karbon. Banyak influencer yang bisa dilibatkan dalam kampanye menjaga lingkungan. Keteladanan juga penting bagi kaum muda. Misalnya Cinta Laura yang mengingatkan remaja yang nongkrong di seputaran Dukuh Atas untuk tetap menjaga kebersihan. Cinta langsung turun memungut sampah. Ini menjadi contoh sekaligus tamparan telak bagi oknum yang membuang sampah sembarangan. 

Cinta Laura Kiehl memungut sampah pada area Citayam Fashion Week (Instagram @claurakiehl via Kompas) 
Cinta Laura Kiehl memungut sampah pada area Citayam Fashion Week (Instagram @claurakiehl via Kompas) 

4. Media cetak dan elektronik. Peran media massa untuk mengkampanyekan gaya hidup hijau tentu sangat dibutuhkan. Media perlu dihimbau untuk selalu mengajak prilaku hidup yang rendah karbon. Meliput dan memberitakan kegiatan-kegiatan pada proyek industri yang menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Dengan cara ini media akan menjadi alat kontrol yang efektif. 

5. Guru. Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Riset Teknologi (2022) mencatat bahwa setidaknya ada sekitar 3 juta guru yang mengajar di seluruh sekolah Indonesia. Pemerintah dapat memberikan edukasi dan sosialisasi kepada para tenaga pendidik mengenai wawasan lingkungan. Betapa pentingnya mengatasi perubahan iklim dan pentingnya investasi hijau. Harapannya, pengetahuan tersebut dapat diteruskan oleh para siswa didiknya. Bayangkan, ada sebanyak 24,3 juta orang siswa pada tahun ajaran 2021/2022. Jika teredukasi yang baik, mereka akan tumbuh menjadi pemimpin masa depan yang berwawasan lingkungan.

6. Mengajak tokoh agama. Pemerintah dapat melibatkan para tokoh agama berpengaruh untuk mengkampanyekan pentingnya merawat bumi. Organisasi keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah akan efektif mempromosikan investasi hijau ini mengingat 90% populasi Indonesia beragama Islam. Pelibatan tokoh-tokoh agama adalah langkah strategis. Sebab, survei pada 2020 menemukan bahwa mayoritas masyarakat lebih mempercayai informasi yang berasal dari tokoh-tokoh religius. 

7. Pendanaan hijau. Bank Indonesia dapat berperan untuk mendorong semakin banyak dukungan pendanaan bagi proyek-proyek hijau. Bank Indonesia dapat mengajak bank-bank untuk memberi insentif, misalnya dengan bunga pinjaman yang lebih murah, pada pendanaan usaha/proyek berbasis lingkungan.

Jadi, selain mengajak investasi untuk membangun ragam infrastruktur pendukung ekonomi hijau, kita perlu meningkatkan literasi pentingnya merawat bumi. Tidak hanya kaum muda, juga para politisi, para pemimpin, tokoh masyarakat, guru dan ulama. Dua pendekatan tersebut saling melengkapi. Bangun infrastrukturnya, motivasi manusianya! 

Salam lestari (DFS).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun