Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pentingnya Motivasi dan Peluang Presidensi G20 Tingkatkan Investasi Hijau

31 Juli 2022   05:54 Diperbarui: 31 Juli 2022   05:56 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi investasi hijau (Shutterstock via Kompas)

Peluang investasi hijau tentu masih banyak lagi yang belum disebutkan di atas. Kita punya sumber daya alam dan energi melimpah untuk mendukung industri hijau. Jadi Indonesia perlu mengambil manfaat sebanyak-banyaknya dari perhelatan G20 tahun ini.

Kepedulian pada isu lingkungan jadi kunci

Kesadaran akan perlunya mencegah kerusakan yang semakin parah sebagai tanggung jawab bersama sangat penting. Seseorang yang memahami dampak buruk perubahan iklim akan mudah diajak untuk bergerak.  Entah seseorang itu berperan berada pada level konsumen akhir, pibu rumah tangga, karyawan, pengusaha, politisi, bankir, atau pembuat kebijakan. Pemahaman perlunya menjaga lingkungan secara berkelanjutan akan menentukan bagaimana mereka berkegiatan sehari-hari.

Hasil survei KedaiKOPI menunjukkan bahwa anak muda Indonesia, usia rentang 14 - 40 tahun, di Indonesia (77,4%) mengetahui dan tertarik dengan isu lingkungan hidup. Meski demikian ini belum cukup menggembirakan. 

Mengapa? Andhyta F Utami, ekonom lingkungan dari Think Policy Society, menerangkan bahwa hasil survei pada 4000 anak muda senada dengan survey KedaiKOPI tersebut, ada lebih dari 70% yang menjawab bahwa mereka mengetahui adanya perubahan iklim atau kerusakan lingkungan. Namun ketika ditanyakan apakah hal itu penting bagi mereka, angka 70% ini langsung turun drastis. Untuk aksi nyata penyelamatan lingkungan, dengan mengetahui saja tidak cukup, dibutuhkan kepedulian dan aksi nyata.

Suvery Kajian Opini Publik Indonesia/KedaiKOPI (katadata)
Suvery Kajian Opini Publik Indonesia/KedaiKOPI (katadata)
Angka survey tersebut menjadi cerminan bahwa masyarakat belum sama-sama kuatir akan dampak kerusakan bumi. Dengan kata lain, perlu peningkatan literasi wawasan lingkungan untuk digaungkan terus. 

Tingkatkan motivasi melalui literasi 

Suatu waktu saya menyimak sebuah podcast  di YouTube. Bincang-bincang antara Christ Bennett (pakar senior di The Global Green Growth Institute) dengan Gita Wirjawan (Menteri Perdagangan Republik Indonesia era SBY). 

..(tapi) susah meyakinkan orang setempat disini bahwa (isu) emisi karbon yang begitu mempengaruhi iklim di dunia dewasa ini itu penting bagi mereka. Orang lebih peduli bagaimana mencari penghidupan. Proses-proses edukasi, tidak hanya dari buku. Untuk itu perlu visualisasi.." ujar Bennett, yang pernah lama menetap di Indonesia. 

Ini seakan mengingatkan kita bahwa lagi-lagi sangat perlu meningkatkan literasi. Dengan pemahaman yang baik, pengusaha tentu akan memikirkan apakah usahanya sudah ramah lingkungan. Anak-anak muda akan memprioritaskan green job. Masyarakat sebagai konsumen akhir akan terbiasa memilih produk-produk ramah lingkungan. Masyarakat bisa memberi sanksi sosial dengan tidak membeli produk yang tidak ramah lingkungan. Saham perusahaan yang menimbulkan kerusakan lingkungan hidup tidak akan dilirik. 

Saya mengamati bahwa sebetulnya kita punya peluang dan kemampuan untuk meningkatkan literasi masyarakat, antara lain:

1) Jangkauan internet yang merata. Terlepas dari pukulan pandemi Covid-19 yang demikian hebat pada sektor perekonomian, ada hal baik yang perlu disyukuri. Pandemi ternyata mendorong meningkatnya penggunaan internet di Indonesia. Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia mencatat bahwa peningkatan pengguna internet di Indonesia melonjak drastis. Dari sebelum pandemi sekitar 175 juta pengguna meningkat menjadi sekitar 210 juta pengguna. Semakin banyak masyarakat yang terpapar dengan informasi-informasi melalui internet.  

2) Populasi didominasi generasi muda. Hasil survei BPS 2020 bahwa 65% dari populasi Indonesia merupakan generasi muda yang lahir setelah tahun 1981. Saat ini, Indonesia didominasi oleh anak-anak,  remaja dan pemuda. Mengapa ini penting? Generasi yang berjumlah total sekitar 175 juta jiwa ini, umumnya melek teknologi digital. Sejak kecil sudah mengenal teknologi komputer dan smartphone. Jika dibandingkan dengan angka pengguna internet yang banyaknya 210 juta, maka bisa dikatakan seluruh generasi muda semuanya sudah tercakup didalamnya.

3) Gaet influencer untuk berkampanye. Anak-anak muda mudah sekali meniru tren yang lagi ramai. Misalnya tren Citayam Fashion Week juga diduplikasi di banyak daerah. Bonge dan Jeje bisa digaet untuk mempromosikan pentingnya anak muda berperan mengurangi emisi karbon. Banyak influencer yang bisa dilibatkan dalam kampanye menjaga lingkungan. Keteladanan juga penting bagi kaum muda. Misalnya Cinta Laura yang mengingatkan remaja yang nongkrong di seputaran Dukuh Atas untuk tetap menjaga kebersihan. Cinta langsung turun memungut sampah. Ini menjadi contoh sekaligus tamparan telak bagi oknum yang membuang sampah sembarangan. 

Cinta Laura Kiehl memungut sampah pada area Citayam Fashion Week (Instagram @claurakiehl via Kompas) 
Cinta Laura Kiehl memungut sampah pada area Citayam Fashion Week (Instagram @claurakiehl via Kompas) 

4. Media cetak dan elektronik. Peran media massa untuk mengkampanyekan gaya hidup hijau tentu sangat dibutuhkan. Media perlu dihimbau untuk selalu mengajak prilaku hidup yang rendah karbon. Meliput dan memberitakan kegiatan-kegiatan pada proyek industri yang menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Dengan cara ini media akan menjadi alat kontrol yang efektif. 

5. Guru. Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Riset Teknologi (2022) mencatat bahwa setidaknya ada sekitar 3 juta guru yang mengajar di seluruh sekolah Indonesia. Pemerintah dapat memberikan edukasi dan sosialisasi kepada para tenaga pendidik mengenai wawasan lingkungan. Betapa pentingnya mengatasi perubahan iklim dan pentingnya investasi hijau. Harapannya, pengetahuan tersebut dapat diteruskan oleh para siswa didiknya. Bayangkan, ada sebanyak 24,3 juta orang siswa pada tahun ajaran 2021/2022. Jika teredukasi yang baik, mereka akan tumbuh menjadi pemimpin masa depan yang berwawasan lingkungan.

6. Mengajak tokoh agama. Pemerintah dapat melibatkan para tokoh agama berpengaruh untuk mengkampanyekan pentingnya merawat bumi. Organisasi keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah akan efektif mempromosikan investasi hijau ini mengingat 90% populasi Indonesia beragama Islam. Pelibatan tokoh-tokoh agama adalah langkah strategis. Sebab, survei pada 2020 menemukan bahwa mayoritas masyarakat lebih mempercayai informasi yang berasal dari tokoh-tokoh religius. 

7. Pendanaan hijau. Bank Indonesia dapat berperan untuk mendorong semakin banyak dukungan pendanaan bagi proyek-proyek hijau. Bank Indonesia dapat mengajak bank-bank untuk memberi insentif, misalnya dengan bunga pinjaman yang lebih murah, pada pendanaan usaha/proyek berbasis lingkungan.

Jadi, selain mengajak investasi untuk membangun ragam infrastruktur pendukung ekonomi hijau, kita perlu meningkatkan literasi pentingnya merawat bumi. Tidak hanya kaum muda, juga para politisi, para pemimpin, tokoh masyarakat, guru dan ulama. Dua pendekatan tersebut saling melengkapi. Bangun infrastrukturnya, motivasi manusianya! 

Salam lestari (DFS).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun