Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menuju Indonesia Bebas Karbon 2060 dengan Cara "INDIKA"

13 Oktober 2021   13:09 Diperbarui: 13 Oktober 2021   13:15 1998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Net-zero emission kembali hangat dibicarakan menjelang pertemuan pemimpin dunia pada Conference of the Parties (COP) 26 (Pertemuan Para Pihak), November 2021, di Glasgow, Skotlandia. 

COP sebagai forum tingkat tinggi tahunan bagi 197 negara ini, khusus membicarakan perubahan iklim. Para kepala negara bertemu membicarakan target dan komitmen setiap negara dalam menanggulangi perubahan iklim. 

Dalam update dokumen kontribusi Indonesia (NDC) yang dikirim ke Badan Penanganan Iklim PBB (UNFCCC), Indonesia menyampaikan bahwa target net zero emission pada tahun 2060. Lebih cepat sepuluh tahun dari target semula 2070. Pemerintah juga sudah pemerintah merilis peta jalan Indonesia menuju zero emission pada 2060.

Hal ini membuat mata dunia tertuju ke Indonesia. Serius nih Indonesia? Ada yang memuji, namun tidak sedikit yang meragukan. Tentu mencapai target net zero emission ini merupakan harga diri bangsa Indonesia. Dengan demikian, Pemerintah dan seluruh masyarakat perlu bekerja keras dan cerdas untuk mewujudkan target ini. 

Baiklah. Lalu muncul pertanyaan, bagaimana kita bisa memulai dari diri sendiri? Apa hal yang bisa kita biasakan di rumah kita? 

Banyak orang yang acuh tak acuh karena tidak paham atau tidak tahu.  Untuk apa saya harus peduli? Mengapa mesti peduli pada emisi karbon? Apa sih emisi karbon nol atau net zero emission?  Why does it matter to me?

Kepedulian muncul seiring dengan adanya pemahaman. Untuk itu, ayo kita ulas beberapa hal dasar terkait dengan emisi karbon. Ini dia kaka...INDIKA...

Apa itu emisi karbon? Adakah manfaatnya? Atau malah bahaya?

Secara alamiah manusia dan kehidupan di bumi tidak akan berhenti mengemisi karbon. Manusia bernafas menghasilkan karbon dioksida (CO2). Sapi bernafas juga menghasilkan karbon. Selama di bumi masih ada kehidupan, maka produk buang karbon dioksida atau emisi karbon tidak bisa dihindari. 

Gas CO2 juga dibutuhkan dalam kelangsungan hidup di bumi. Keberadaan CO2 di udara, dengan sifatnya seperti ‘rumah kaca’ yaitu menahan panas di permukaan bumi, sangat diperlukan untuk mengatur suhu bumi agar tetap hangat. Keberadaannya di atmosfer menjaga suhu bumi tetap normal. Tetap nyaman sebagai hunian mahluk hidup.

Efek pemanasan global sebetulnya lebih tepat disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (greenhouse gas). Gas yang termasuk jenis ini berupa gas methana (CH4), nitro oksida  (N2, NOx), klorofluorokarbon (CFC), dan CO2. 

Karbon dioksida, lebih sering disebut sebagai 'karbon', memiliki porsi paling besar diantara gas rumah kaca lainnya. Porsi yang mencapai 80%. Ini membuat emisi karbon lebih banyak dibicarakan daripada gas lainnya.

Dokpri/Canva
Dokpri/Canva

Barangkali beberapa pertanyaan atau pernyataan di bawah ini cukup akrab di telinga kita.

  • Kok hari ini terasa sangat panas ya? Tidak biasanya begini. Nampaknya kita perlu membeli AC. 
  • Wah, dulu desa saya udaranya segar dan sejuk. Sekarang beda, ketika hari siang sangat panas. 
  • Kok masih pertengahan tahun, hujan nya sering turun? Biasanya kan akhir tahun. 
  • Kok ladang saya sekarang menjadi kering. Sungai yang tadinya mengalir deras, sekarang menyusut.

Pertanyaan di atas tadi berhubungan erat dengan emisi karbon. Bumi mengalami peningkatan suhu permukaan. Terjadi perubahan iklim (climate change). Kekeringan melanda banyak tempat. Kebakaran hutan terjadi dimana-mana karena udara kering dan panas berlebihan.

Saat ini, berapa kadar CO2 di bumi? 

Kehidupan manusia dan perekonomian yang menggunakan energi yang besar, emisi karbon tidak bisa dihindari. Namun sejak tahun 1900, seiring dengan kegiatan industri besar-besaran pada era revolusi industri, peningkatan kadar CO2 juga meningkat tajam. 

Aktivitas modern manusia menjadi penyumbang emisi CO2 yang besar. Alat-alat transportasi seperti mobil, sepeda motor, pesawat terbang, kereta api, kapal, membutuhkan bahan bakar minyak untuk bergerak. Ini semua mengeluarkan CO2 ke udara sekitar.

 Produksi listrik di pembangkit listrik berbahan bakar batubara, gas alam, genset, mengeluarkan emisi CO2 dalam gas buang-nya. Pabrik-pabrik mengeluarkan emisi CO2 dalam aktivitasnya. Akhirnya, suhu udara disekitar kita semakin panas. Semakin banyak rumah menggunakan AC untuk menyejukkan udara di rumah. 

Data terkini yang dicatat oleh Laboratorium Penelitian di Hawaii menunjukkan bahwa CO2 sudah mencapai 414 ppm. Meningkat sekitar 40% dari sejak pertama kali diteliti oleh Eunice. 

Pada tahun 1856, Eunice Foote, ilmuwan Amerika, telah mempelajari kandungan CO2 dan efek rumah kaca yang ditimbulkannya. Semakin tinggi kadar CO2, semakin naik suhu sekitar. 

Pada masa itu, CO2 terukur sebanyak 290 ppm (per sejuta bagian). Suhu global yang pada tahun 1900an hanya naik sekitar 0,5 derajat Celcius, terukur telah mencapai kenaikan lebih hampir 1,5 derajat Celcius. 

(www.co2.earth)
(www.co2.earth)

Apabila pengeluaran lebih tinggi dari pendapatan, timbul masalah keuangan. Kurang lebih sama dengan emisi karbon ini. Jika terus dibiarkan, maka kadar CO2 di atmosfer meningkat drastis. 

Para ahli memperkirakan suhu bumi bisa meningkat hingga 6 derajat Celcius pada tahun 2100, apabila tidak ada upaya mitigasi (business as usual). Jika alam sekitar tidak lagi mampu menyerap emisi karbon, lahirlah masalah perubahan iklim. 

Bumi menjadi semakin panas akibat efek rumah kaca. Terjadilah perubahan iklim global (global climate change). Bumi pun semakin tidak sehat untuk dihuni. Pada kondisi ekstrim, kehidupan bisa terancam punah alias kiamat.

Lalu apa yang bisa saya lakukan untuk mengurangi emisi karbon? Ini Dia Kaka (INDIKA) !

Meskipun net-zero emissions bisa diartikan 'nol-bersih emisi', bukan berarti sama sekali tidak ada emisi. Secara alamiah manusia dan dunia tidak bisa tak memproduksi emisi karbon. Sebagaimana diulas di awal, manusia bernapas pun menghasilkan karbon dioksida (CO2). 

Konsep Net-zero emissions dapat dipahami secara sederhana bahwa emisi karbon yang timbul dari kegiatan manusia harus diimbangi dengan penyerapan emisi tersebut dalam jumlah sama. 

Dengan demikian, aksi mencegah emisi berlebihan atau mengurangi emisi dan aksi menyerap emisi yang timbul menjadi hal penting dalam konsep net-zero emissions ini.

Dengan memahami uraian diatas, kita menjadi tahu bahwa penting menyelamatkan bumi dengan mengurangi emisi karbon.  Kita bisa ikut berkontribusi melalui pengurangan emisi dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja itu? Ini dia kaka....

  • Hemat penggunaan listrik di rumah. Bayangkan bahwa listrik yang sampai di rumah itu berasal dari batubara yang dibakar. Dengan mengurangi penggunaan listrik, maka batubara yang dibakar bisa dikurangi. Emisi karbon dari pembakaran batubara menjadi berkurang pula.
    • Menyalakan AC pada suhu sewajarnya. Misalnya ada orang yang saat tidur, menyalakan AC, namun kemudian menggunakan selimut. Loh kok?

    • Gunakan ventilasi alami jika masih memungkinkan. Jendela bisa dibuka. Pintu bisa dibuka secukupnya. Angin yang bergerak akan membuat suasana ruangan lebih sejuk.

    • Saat berada di rumah, menonton TV bisa dilakukan bersama-sama. Tidak sendiri-sendiri di kamar.

    • Untuk kebutuhan penerangan, pilih lampu hemat energi. Ini juga membantu mengurangi rekening listrik. Sebisa mungkin  memaksimalkan pencahayaan alami. Misalkan ada genteng diganti dengan tembus cahaya. Jendela menggunakan kaca transparan agar cahaya bisa menembus ke dalam ruangan.

Dokpri/Canva
Dokpri/Canva

Selain hal di atas, masih ada banyak hal lain yang bisa dilakukan. Misalnya, bagi yang menggunakan pompa air tanah, gunakan torren air untuk menampung. Dengan cara ini, pompa air tidak boros listrik. Listrik yang digunakan seperlunya akan mengurangi belanja bulanan. Uang nya bisa dialihkan untuk jalan-jalan. 

  • Pasanglah PLTS Atap. Memasang solar PV rooftop akan mengurangi emisi karbon sekaligus mengurangi tagihan listrik.
  • Ganti kompor gas dengan kompor listrik. Secara biaya, memasak akan lebih hemat. Tidak adanya proses pembakaran gas. Ini jelas mengurangi emisi.
  • Tanami lahan sekitar rumah dengan bunga atau tanaman hias. Tempatkan bunga pot pada pojok ruangan. Tempatkan tanaman hias pada teras rumah. Selain membuat lebih indah, tanaman tersebut akan menyerap karbon dioksida di udara sekitar sebagai makanannya. 
  • Membiasakan makan secukupnya. Tidak tersisa dan terbuang. Hal ini dapat mencegah obesitas. Membuat hidup lebih sehat.
  • Ikut dalam gerakan daur ulang. Memisahkan sampah daur ulang dari sampah lainnya. Misalkan botol plastik, kertas, karton, dan benda bekas dengan label daur ulang.
  • Prioritaskan memakai BBM biofuel (bensin etanol atau solar) Bagi yang memiliki kendaraan pribadi. Jika memungkinkan, ganti dengan kendaraan listrik.
  • Gunakan transportasi publik untuk bepergian, sepanjang memungkinkan. Misalnya warga Jabodetabek dapat menggunakan Transjakarta atau Kereta Listrik.
  • Jika tersedia jalur yang aman, bersepedalah ke tempat kerja ‘bike to work’.

Dokpri/Canva
Dokpri/Canva

Apabila semua aktivitas masyarakat sudah berbasis listrik. Maka penyedia energi listrik seperti INDIKA harus pula ambil peran dengan menyediaan listrik dari sumber energi bersih yang dijual melalui PLN. Tidak ada gunanya upaya yang dilakukan masyarakat tersebut, jika listriknya berasal dari pembangkit berbahan bakar fosil.  

Listrik dari energi terbarukan seperti panas bumi, air, sinar matahari yang tersedia melimpah di Indonesia. Apalagi hasil penelitian kami di Australian National University, potensi energi matahari Indonesia sangat besar. Harga teknologi surya juga semakin murah. Peluang bisnis energi bersih bagi INDIKA ENERGY.

Beragam hal yang diuraikan di atas, jika dilakukan secara bersama-sama, dampaknya akan besar. Selain memperbaiki lingkungan sekitar kita, mengurangi emisi karbon akan membuat kita lebih sehat dan bahagia. Rumah sehat, lingkungan asri, dan bumi Indonesia yang semakin hijau.

Dengan melaksanakan peran masing-masing dari Pemerintah, swasta, dan masyarakat secara kompak, maka target net-zero emissions pada tahun 2060 bukan sesuatu yang mustahil. Indonesia pasti bisa!

"INDIKA" solusi terbaik! Selamat ulang tahun ke-21 INDIKA ENERGY!

Penulis: David Silalahi.

13 Oktober 2021

Referensi:

[1], [2], [3] , [4], [5], [6], [7], [8]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun