Mau buktinya? Beberapa teman yang ikut mendampingi istri yang kuliah S2 atau S3 di luar negeri, kesulitan mendapatkan pekerjaan. Padahal dia lulusan S2 tadinya pegawai BUMN di Indonesia pada level menengah, cuti untuk mendampingi istri bersekolah.Â
Dengan beasiswa istri yang cuma sekedar, akhirnya pekerjaan kasar pun disikat saja. Ketimbang tidak mendapatkan penghasilan tambahan untuk biaya hidup apapaun dikerjakan. Ada yang menjadi pencuci piring di restoran, atau cleaning service di penginapan/hotel. Ada yang bekerja sebagai supir taksi atau kurir. Ini menggambarkan kehidupan di luar negeri tidak semudah cuitan netizen di medsosnya.
Hidup disiplin dan harus memahami aturan
Jika terbiasa hidup disiplin, mungkin cocok untuk tinggal di luar negeri. Aturan yang sangat ketat membuat hidup menjadi teratur. Namun bagi yang tidak terbiasa disiplin, bisa menjadi masalah tersendiri.Â
Pelanggaran aturan biasanya disertai dengan hukuman denda. Misalnya pelanggaran lalu lintas di Australia, masing-masing pelanggaran akan dikenai denda tilang. Menyetir dengan kecepatan di atas batas maksimum, bisa didenda hingga 230 dollar. Berhenti atau parkir tidak pada tempatnya dikenai denda 270 dollar. Banyak sekali denda-denda yang dikenakan pada pelanggar aturan. Untuk itu, kedisiplinan dan memahami aturan menjadi krusial.
Tak mudah untuk bercanda
Bercanda menjadi bagian kehidupan kita sehari-hari di Indonesia. Bahkan siaran televisi ada yang khusus untuk obrolan lucu-lucuan. Ini tidak sama saat kita berada di luar negeri. Terkadang kita tidak memahami 'joke' mereka. Atau sebaliknya, kita ingin menuturkan hal yang menurut kita lucu, namun menjadi tidak lucu saat diceritakan dalam bahasa asing. Sialnya mereka malah bingung. Lucunya dimana. Haha
Serba mandiri
Hidup di luar negeri, tidak semudah yang dibayangkan. Tiap orang harus punya kemampuan untuk mengerjakan hal-hal dasar. Contoh paling mudah, bila punya sepeda, lalu ban nya kempes. Tidak ada tukang tambal ban di pinggir jalan, sebagaimana kita mudah temukan di Indonesia. Jadi harus mampu menambal sendiri. Jika pun dibawa ke toko/bengkel sepeda, bayarannya tinggi.
Atau jika ban mobil gembos, bahkan perempuan pun harus bisa mengganti sendiri ban mobilnya. Jika memanggil bengkel, biaya nya mahal. Jadi kemandirian menjadi hal penting. Tidak ada pula yang namanya asisten rumah tangga. Ini menjadi tantangan bagi orang yang di rumah nya terbiasa dilayani.
Tidak semudah membalik telapak tangan untuk dapatkan kewarganegaraan
Ada seorang kenalan, WNI yang sudah mendapatkan status penduduk Australia (permanent residency), mengatakan dia hanya bertujuan mengumpulkan pundi-pundi. Ketika nanti sudah cukup, dia akan kembali ke Indonesia untuk menikmati masa tua tanpa bersusah-susah lagi. Dia juga ingin anak-anaknya menikmati pendidikan berkualitas dan punya masa depan yang lebih cerah. Anak dari keluarga dengan status permanent residency tidak perlu membayar semahal 'international student', cukup membayar setengahnya, uang sekolah disamakan dengan penduduk domestik Australia.Â