Banyak juga kok mereka-mereka yang orang nya sopan, rendah hati, tidak narsis dengan almamaternya. Namun memang karena segelintir alumni yang narsis, stempel jelek jadi melekat. Ibarat karena nila setitik rusak susu sebelanga. Hehe
Narsis almamater itu ada 'bahaya' nya
Mengapa berbahaya? Dalam dunia kerja, pada faktanya orang-orang kan beragam misalnya seorang baru berkenalan dengan pegawai di tempat kerjanya. Lalu menyebutkan nama dan lulusan mana. Bukan tidak mungkin banyak orang akan 'ill feel'. Apaan sih? Bisa jadi ada senior yang sama satu kampus juga. Yang terbiasa tidak narsis almamater, akan ill feel melihat kelakuan si anak baru ini. Apaan sih, malu-maluin saya saja.Â
Bagi yang beda almamater akan paling merasa malas. Apaan sih ini? Memang nya kenapa kalo lo lulusan sana? Ngaruh buat gue? Males banget lihat ini anak. Mungkin akan begitu batin mereka.
Yang lebih tidak mengenakkan. Misalnya tempat dia bekerja itu beberapa atasan punya pengalaman jelek dengan pegawai dengan almamater si pegawai baru. Makin jelek lah impresi nya. Oh.. sama ya asal kampus dengan si anu.. bakal jelek juga ini mungkin nanti kelakuannya..Â
Jadi  perlu hati-hati lah. Jangan terlalu narsis anda lulusan mana. Itu malah bisa membahayakan diri sendiri. Malah membuat jelek nama almamater malah.
Lebih penting menunjukkan prestasi ketimbang nama besar almamater
Ada juga cerita-cerita menarik tentang sosok humble yang kinerja oke tanpa sombong dia lulusan mana. Namun kinerja jangan ditanya. Juaranya.
Misalnya di suatu kantin kantor sebelah, saya mencuri dengar obrolan para pegawai perempuan di meja sebelah.Â
"Tau gak sis, mas Bob itu kerja nya bagus ya. Selalu dapat pujian pimpinan. Keren lah, saya kan penasaran dia dulu lulusan mana. Saya kepoin Linkedin nya. Dia itu dulu ternyata S1 di UGM, lalu lanjut S2 di UI, dan sempat juga kuliah di California. Tapi dia tidak pernah menyombongkan diri dengan nama almamaternya. Beda banget sama mas Rob, kinerja nya biasa-biasa aja, tapi suka narsis almamaternya. Gak banget deh".Â
Mendengar obrolan itu, saya jadi tahu, ternyata orang lain lebih melihat ke prestasi seseorang. Lalu belakangan mencari tahu latar belakang pendidikannya.
Saya pribadi memilih tidak mengumbar nama almamater, kecuali terpaksa menjawab saat ada yang menanyakan. Atau sekedar alasan membuka obrolan saat perkenalan dengan orang yang saya tahu almamaternya sama.Â
Kadang almamater itu membebani bagi saya. Percuma saja si anu lulusan kampus ternama, tapi kemampuannya tidak mumpuni. Tidak ada kontribusi membawa perubahan. Ini kan malah menjelekkan nama almamater, apalagi jika ketahuan melakukan tindakan tidak terpuji. Misalnya terjerat korupsi. Bahkan kampus pun mungkin malu mengakui bahwa orang itu alumninya.