Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hey Gibran Rakabuming, Kamu-kah Pemuda yang Mengguncangkan Itu?

21 Juli 2020   21:26 Diperbarui: 22 Juli 2020   11:32 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran Rakabuming, Calon Walikota Solo (kliktren.com)

 “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. 

ini salah satu kalimat dalam pidato Bung Karno yang fenomenal sepanjang masa.

Nampaknya Gibran ingin menjawab Bung Karno ini. Saya Bung, Pemuda yang kau cari itu! Lihat belum terpilih jadi Walikota Solo saja, pun saya sudah mengguncangkan Indonesia, juga dunia. Minimal dunia maya ini. Hehe

Demografi Unggul pada Kaum Muda

Menurut data BPS, jumlah anak muda di Indonesia pada tahun 2019 telah mencapai 63,82 juta jiwa. Kelompok usia produktif pun diprediksi akan mencapai 105 juta jiwa pada 2030 mendatang. 

Hal ini tentu menjadi nampaknya dibaca betul oleh Gibran Rakabuming. Jika maju dan berhasil berprestasi menjabat Walikota Solo. Besar peluang dia akan maju ke gelaran Pilgub Jateng 2023 nanti. Lalu 2029 maju ke Pemilihan Presiden. Dengan menggalang suara kaum muda yang 105 juta ini. 

Ditambah suara para orang tua yang akan mendukung karena melihat potensinya, bukan tidak mungkin Gibran pun bisa menjejakkan kaki ke Istana Negara bukan sebagai anak Presiden, bahkan menjadi Presiden itu sendiri. Dulu tidak ada yang bisa menyangka Joko Widodo saat ini menjadi Presiden, dua periode malahan. 

Anak pemimpin juga maju untuk memimpin

Seorang pemimpin akan sangat bangga jika mampu melahirkan pemimpin berikutnya. Di Amerika sekalipun, jangankan maju sebagai Walikota, bahkan lumrah saja bagi anak atau cucu Presiden terdahulu untuk maju mencalonkan diri dan terpilih. 

Misalnya ada empat keluarga Presiden yang anaknya juga menjadi Presiden berikutnya. Yaitu keluarga Adams, Harrison, Roosevelt, Bush. John Quincy Adam menjadi Presiden ke 6 US mengikuti kesuksesan Bapaknya, yaitu John Adam, yang menjadi Presiden kedua.  

William Henry Harrison yang merupakan presiden ke-9, diikuti oleh anaknya Benjamin Harrison yang terpilih menjadi presiden ke-23. Theodore Roosevelt, presiden ke-26 dan Franklin D Roosevelt yang menjadi presiden ke-32. Yang terakhir adalah keluarga Bush. 

Pertama adalah George Washington Bush yang merupakan presiden ke-41, juga diikuti anaknya George Walker Bush yang menjadi presiden ke-43.  Sepanjang  publik menghendaki, mengapa tidak?

Walikota Davao, Sarah Duterte (mb.com.ph)
Walikota Davao, Sarah Duterte (mb.com.ph)

Di Filipina juga terjadi, Sarah Duterte berhasil menjadi Walikota Davao, dimana dulu ayahnya,Rodrigue Duterte, yang saat ini Presiden Filipina, pernah menjabat Walikota.

Haruskah alergi pada Gibran?

Generasi muda adalah agen perubahan untuk masa depan bangsa. Bila banyak anak muda tertarik masuk dalam politik, bukankah ini hal baik yang kita juga harapkan?

Rasanya tidak perlu alergi dengan Gibran. Anak-anak muda kan generasi bangsa ini juga. Bung Karno saja mengatakan berikan saya 10 Pemuda, maka akan kuguncangkan dunia. Sosok Proklamator itu tahu betul bahwa bagaimana rasanya mereka dulunya juga pernah muda, dan paham betul semangat muda itu seperti apa. Tenaga dan pemikiran dipunyai para generasi muda.

Apa salahnya seorang Gibran mencalonkan diri sebagai Walikota. Pun itu bukan tanpa resiko. Prestasi Jokowi pasti menjadi bayang-bayang baginya kelak, jika langit memang memberi mandat Solo-1 pada Gibran. 

Jika tidak ada prestasi yang rakyat bisa rasakan, siap-siap 'dihajar' oleh publik, besar peluang tidak akan dipilih pada pesta demokrasi berikutnya, dan terhentilah karir politiknya. 

Namun jika berprestasi, ini yang menjadi batu lompatan untuk meraih puncak yang lebih tinggi. Bisa jadi ini yang ditakutkan oleh lawan politik PDIP. Apalagi mereka kesulitan mencari kader muda yang bisa dibentuk sedari awal untuk mencapai kemenangan jangka panjang. 

Memangnya Gibran tanpa prestasi?

Meski Gibran anak seorang Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, yang sekarang jadi Presiden, ia tak mau memanfaatkan posisi itu. Ia justru mulai merintis dari bawah. 

Bahkan Jokowi saja 'jengkel', kok usaha mebelnya malah tidak ada anaknya yang mau meneruskan. Gibran sibuk dengan usaha martabaknya, sedangkan Kaesang sibuk jualan pisang. Jadi rasanya kurang pas, jika dikatakan aji mumpung.

Alih-alih meneruskan usaha mebel yang bahkan diberi namanya, Gibran malah memilih merintis bisnis catering. Namanya Chilli Pari pada Desember 2010. Karena usahanya yang berkembang, ia lantas didapuk sebagai ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJBI) Kota Solo. 

Ia juga mendirikan rumah pelatihan House of Knowledge untuk melatih karyawan-karyawan lepas catering Chilli Pari agar bisa berbahasa Inggris. Gibran juga membuka bisnis Kafe Markobar yang pada awalnya hanya ada di Solo. 

Kafe yang menjual aneka Martabak itu sempat viral di media sosial dan saat ini bahkan sudah ada di Jakarta dan 29 cabang yang tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia. 

Selain itu bersama adiknya, Kaesang, mereka membangun usaha jenis lainnya. Usaha yang mereka rintis dan makin berkembang ini tidak bisa dipungkiri membuka lapangan kerja secara langsung atau tidak langsung. Artinya Gibran pun bukannya hanya sekedar memanfaatkan nama besar Jokowi. Ada juga loh prestasinya.

Siapapun itu, ketika orangtuanya adalah tokoh, apalagi Presiden, pastilah mendapat keunggulan tersendiri saat kontestasi politik. Hal yang tidak berlebihan sebetulnya.

Isu-isu yang 'menghakimi' Gibran

Berbagai isu dihembuskan menyerang Gibran. Mulai dari rencana Gibran maju dan mengupayakan dapat rekomendasi, sejak beberapa bulan lalu bahkan pun setelah mendapat rekomendasi. Isu dinasti politik, aji mumpung, tidak beretika, dan seterusnya. 

Ini terlalu tendensius. Yang mungkin tidak etis malah seperti yang dilakukan Donal Trump di Gedung Putih, dia mengangkat sanak keluarganya dalam Pemerintahannya. Misalnya dia mengangkat Ivanka, putri Trump sendiri sebagai penasihatnya. Toh Jokowi kan tidak melakukan ini. Bisa saja dia menunjuk salah satu anakknya masuk dalam Kabinet. Sebagaimana dulu Presiden Soeharto lakukan, saat memasukkan putrinya dalam Kabinetnya. 

Apalagi Jokowi tidak pernah memaksakan anaknya berpolitik. Namun jika akhirnya berkecimpung, pun rasanya keinginan sang anak sendiri. Tidak ada yang salah jika Gibran maju. Apalagi dia juga warga Solo. 

Apa salahnya seorang warga Solo, ingin membawa perubahan yang cepat, dengan gaya mudanya. Bahkan seseorang dari antah berantah pun, sepanjang dia warga negara Indonesia yang sah, pun berhak untuk maju dalam pemilihan kepala daerah. Yang penting ada kendaraan politik yang mengusungnya, atau maju sebagai calon independen pun boleh, yang pendung memenuhi syarat dukungan.

Pun dengan jejaring yang dimiliki melalui bisnisnya. Katakanlah seluruh karyawan dan keluarga nya menggalang dukungan bagi Gibran. Tidak lah sulit baginya mengumpulkan sekitar 36 ribu KTP yang dipersyaratkan untuk maju melalui jalur independen. 

Justru kita mesti mengapresiasi Gibran memilih tidak maju independen, namun tetap menghargai tradisi untuk maju dengan dukungan partai politik, dalam hal ini PDIP.

Biarlah rakyat yang berdaulat menentukan siapa pemimpinnya. Sebab siapa-pun itu yang memimpin, dia pasti mendapat restu Tuhan, dia itu bak wakil Tuhan di bumi untuk memerintah. Salam

Tautan referensi: 1, 2, 3, 4

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun