Selain itu bersama adiknya, Kaesang, mereka membangun usaha jenis lainnya. Usaha yang mereka rintis dan makin berkembang ini tidak bisa dipungkiri membuka lapangan kerja secara langsung atau tidak langsung. Artinya Gibran pun bukannya hanya sekedar memanfaatkan nama besar Jokowi. Ada juga loh prestasinya.
Siapapun itu, ketika orangtuanya adalah tokoh, apalagi Presiden, pastilah mendapat keunggulan tersendiri saat kontestasi politik. Hal yang tidak berlebihan sebetulnya.
Isu-isu yang 'menghakimi' Gibran
Berbagai isu dihembuskan menyerang Gibran. Mulai dari rencana Gibran maju dan mengupayakan dapat rekomendasi, sejak beberapa bulan lalu bahkan pun setelah mendapat rekomendasi. Isu dinasti politik, aji mumpung, tidak beretika, dan seterusnya.Â
Ini terlalu tendensius. Yang mungkin tidak etis malah seperti yang dilakukan Donal Trump di Gedung Putih, dia mengangkat sanak keluarganya dalam Pemerintahannya. Misalnya dia mengangkat Ivanka, putri Trump sendiri sebagai penasihatnya. Toh Jokowi kan tidak melakukan ini. Bisa saja dia menunjuk salah satu anakknya masuk dalam Kabinet. Sebagaimana dulu Presiden Soeharto lakukan, saat memasukkan putrinya dalam Kabinetnya.Â
Apalagi Jokowi tidak pernah memaksakan anaknya berpolitik. Namun jika akhirnya berkecimpung, pun rasanya keinginan sang anak sendiri. Tidak ada yang salah jika Gibran maju. Apalagi dia juga warga Solo.Â
Apa salahnya seorang warga Solo, ingin membawa perubahan yang cepat, dengan gaya mudanya. Bahkan seseorang dari antah berantah pun, sepanjang dia warga negara Indonesia yang sah, pun berhak untuk maju dalam pemilihan kepala daerah. Yang penting ada kendaraan politik yang mengusungnya, atau maju sebagai calon independen pun boleh, yang pendung memenuhi syarat dukungan.
Pun dengan jejaring yang dimiliki melalui bisnisnya. Katakanlah seluruh karyawan dan keluarga nya menggalang dukungan bagi Gibran. Tidak lah sulit baginya mengumpulkan sekitar 36 ribu KTP yang dipersyaratkan untuk maju melalui jalur independen.Â
Justru kita mesti mengapresiasi Gibran memilih tidak maju independen, namun tetap menghargai tradisi untuk maju dengan dukungan partai politik, dalam hal ini PDIP.
Biarlah rakyat yang berdaulat menentukan siapa pemimpinnya. Sebab siapa-pun itu yang memimpin, dia pasti mendapat restu Tuhan, dia itu bak wakil Tuhan di bumi untuk memerintah. Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI