Mobil listrik diproduksi semakin banyak setiap tahun. Lebih dari 5 juta mobil listrik telah diproduksi tahun 2018 di seluruh dunia. Eropa memproduksi sekitar 500 ribu.Â
Meskipun pasokan Nikel dari Indonesia hanya 2 % ke Eropa. Jelas-jelas bila ekspor bijih Nikel distop, maka harga Nikel dunia akan mahal.Â
Permintaan Nikel lebih tinggi dari suplai yang tersedia. Negara pemasok lainnya akan jual mahal. Ini akan membuat biaya produksi kendaraan listrik oleh Eropa akan naik, tidak lagi kompetitif. Itulah mengapa Eropa menggugat Indonesia atas kebijakan stop ekspor tersebut.
# Apa untungnya stop ekspor dan hilirisasi Nikel
Pelarangan ekspor bijih nikel ini dilakukan agar industri nikel tumbuh di Indonesia. Bijih nikel diolah sehingga memiliki nilai tambah bahkan diharapkan hingga menjadi produk akhir. Apalagi Pemerintah mendorong investasi kendaraan listrik dan pembuatan baterai masuk ke Indonesia.
Kementerian ESDM mencatat bahwa sudah ada 13 perusahaan sudah jalankan smelter nikel (per-Desember 2018). Sebanyak 22 sedang direncanakan, jadi totalnya untuk nikel ada 35.Â
Misalnya dengan mengolah terlebih dulu bijih nikel (nickel ore) menjadi feronikel sebelum dijual maka harganya naik hingga 10 kali lipat. Jika diolah hingga menjadi baja tahan karat (stainless stell) maka bisa melonjak 19 kali lipat harganya. Mineral-mineral ikutan lainnya juga bisa dihasilkan. Selain harganya meningkat, efek domino lain akan ada juga.Â
Tentu hilirisasi ini akan mendorong munculnya perusahaan-perusahaan pengolahan bijih nikel di dalam negeri. Artinya investasi akan menggeliat, lapangan kerja baru akan muncul, penerimaan pajak akan bertambah juga.
Sejumlah insentif pun diberikan untuk mendorong percepatan proyek hilirisasi. Antara lain dengan jangka waktu perizinan untuk IUP atau IUPK yang terintegrasi dengan fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian logam atau kegiatan pengembangan dan/atau pemanfaatan diberikan untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun dan diberikan perpanjangan selama 10 tahun setiap kali perpanjangan apabila memenuhi persyaratan.
# Indonesia diprediksi mampu kalahkan China!
Bloomberg NEF menganalisis bahwa produksi baterai di Indonesia biayanya lebih rendah 11 persen dari biaya produksi di China. Mengapa bisa lebih murah? Berikut alasannya:Â
- Indonesia diuntungkan dengan adanya tambang Nickel dan cadangannya yang besar. Bahan mentah baterai kendaraan listrik berupa Nickel dan Kobalt melimpah di bumi Indonesia.
- Upah pekerja dan biaya industri lebih murah di Indonesia. Adanya dukungan pemerintah terhadap pengembangan mobil listrik didukung lewat beragam subsidi turut menekan biaya.
Porsi Nikel cukup besar dalam berbagai jenis teknologi baterai. Data BNEF mengungkapkan bahwa katoda baterai NCA+ terkini untuk kendaraan listrik menggunakan 82% material dari Nikel.