#Indonesia kendalikan harga Nickel dunia
Dengan besarnya Nikel yang dipunya, Indonesia cukup sentral peranannya dalam perdagangan Nikel dunia. Layaknya Arab Saudi yang mengendalikan harga minyak dunia. Keran sumur minyak di Arab, hanya diputar sedikit saja, harga minyak dunia langsung goyang.Â
Mirip-mirip seperti itulah peran Indonesia, berapa jumlah tanah mengandung Nikel yang dicangkul, sangat menentukan harga. Dicangkul hanya sedikit, harga Nikel langsung naik, apalagi kalau keran ekspor ditutup.Â
Makanya Eropa blingsatan dan mengadukan Indonesia ke WTO. Mereka tidak hanya kelimbungan dengan harga naik, pasokan juga langka saat Indonesia menutup ekspornya. Di sinilah terlihat betul, pasar Nikel itu termasuk dalam kendali Indonesia.
Lihat saja, bagaimana harga nikel langsung meroket paska Pemerintah Indonesia resmi mengeluarkan kebijakan menyetop keran ekspor bijih nikel.
Pada tanggal 22 November 2019, Uni Eropa, yang gelagapan dengan terbitnya kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel ini pun, resmi mengajukan gugatan kepada Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Bodies/DSU) di World Trade Organization.Â
Uni Eropa mengajukan permintaan konsultasi kepada Indonesia atas kebijakan terbarunya, karena merasa kepentingan Uni Eropa akan Nikel terganggu.
Namun Pemerintah Indonesia tidak bergeming atas gugatan tersebut. Presiden Joko Widodo dengan santai merespon gugatan Uni Eropa tersebut.
Indonesia memiliki posisi kuat karena kebijakan penghentian ekspor bijih nikel ini berlandaskan konstitusi, Undang-Undang Mineral dan Batubara yang diperkuat dalam revisinya oleh DPR pada Mei 2020 lalu. Kebijakan yang didasari undang-undang sulit diganggu gugat oleh Negara lain.
"Barang-barang kita, nikel-nikel kita, mau ekspor mau enggak suka-suka kita. Ya, enggak?" ujar Presiden Jokowi pada pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) RPJMN 2020-2024 di Istana Negara, pada Desember 2019.
# Mengapa Eropa gelisah dengan penghentian ekspor bijih nikel ini?Â
Selain kebutuhan Nikel untuk industri baja, Uni Eropa juga sedang gencar mengembangkan teknologi dan produksi kendaraan listrik. Komitmen dalam Paris Agreement 2015 untuk mengurangi emisi karbon menjadi pemaksa banyak negara maju melakukan transisi kendaraan BBM menjadi kendaraan listrik.Â