Meter listrik (kWh meter) ibarat kasir
Ternyata tidak hanya angka pasien positif Covid-19 yang naik pada masa PSBB, tagihan listrik pun naik. Dan masyarakat lebih care terhadap rekening tagihan yang naik ini ketimbang angka positif Covid-19 tadi. Pengaduan pelanggan PLN dimana-mana. Klarifikasi PLN juga dimana-mana. Habis energi untuk mengadu pun menjelaskan. Belum lagi Kementerian Perdagangan merilis berita bahwa sekitar 14 juta kWhmeter tidak akurat.Â
Lengkap sudah, babak belur PLN 'dihajar' publik. Ini tentunya bisa dimaknai positif, terutama bagi pejabat Direksi yang baru, untuk dijadikan menjadi momentum perbaikan bagi PLN. Perbaikan layanan kepada pelanggannya melalui modernisasi pengukuran energi listrik. Ibaratnya kalau suatu usaha dagang pasti punya kasir, dan orang jujur dan terbaiklah yang ditempatkan sebagai kasir.
Tidak berbeda dengan kasir tadi, kWhmeter itu lah sebetulnya 'kasir' bagi PLN. Tentunya 'kasir' itu juga harus jujur mencatat, karena catatan itu yang digunakan untuk menagihkan rekening listrik pada pelanggan. Tagihan ini sekaligus pendapatan bagi PLN. Sedemikian penting fungsi kWhmeter sebagai kasirnya.Â
Maka sudah selayaknya pula PLN mengevaluasi kasirnya, masihkah sehat dan cermat mencatat. Jangan sampai menguntungkan pelanggan, karena kurang catat. Atau sebaliknya merugikan pelanggan karena kelebihan catat.Â
Perlu dipastikan pengukuran dan catatannya akurat. Sudah saatnya kWhmeter tua, utamanya yang berumur lebih dari 10 tahun, diremajakan. Apalagi jika diganti dengan kWhmeter yang canggih. Tentu menaikkan citra layanan PLN dimata pelanggannya.Â
Momentum 'digitalisasi'
PLN perlu segera berbenah diri, apalagi sejak lama mendeklarasikan diri ingin menjadi perusahaan kelas dunia 'world class company'. Momentum ramainya pengaduan konsumen belakangan ini, bisa menjadi percepatan untuk modernisasi pencatatan di PLN. Meter listriknya perlu didigitalisasi, dibuat menjadi benar-benar pintar.Â
Tidak hanya sekedar meter prabayar, namun bisa berkomunikasi dua arah. Meter yang selama ini dimiliki pelanggan hanya mampu menerjemahkan kode token. Hanya satu arah dari PLN ke pelanggan. Â
Meter ini perlu dimodernisasi agar kWhmeter ini mampu berkomunikasi aktif, mengirim data penggunaan listrik secara real time kepada database PLN. Meter mampu berkomunikasi dua arah. Ini dimungkinkan apabila meter tersebut dilengkapi dengan teknologi komunikasi dipadu koneksi data jejaring 'internet of thing'.Â
Ada beberapa teknologi 'internet of thing' yang bisa digunakan misalnya GSM, Zigbee, Wifi, bluetooth, NFC, dan LoRa. Namun saya merekomendasikan Teknologi LoRa yang disebut belakangan ini yang saya nilai cocok diterapkan pada PLN. Teknologi yang berbiaya murah namun handal. Pengukuran digital dilakukan secara 'smart'.
Apa dan bagaimana cara kerja teknologi LoRa pada kWhmeter
Pada prinsipnya LoRa ini adalah teknologi komunikasi data dengan memanfaatkan pita frekuensi tidak berbayar. Jadi kWhmeter dipasangi modul LoRa, yang terdiri dari microchip dan antena transceiver ukurannya kurang lebih sekecil prangko surat atau meterai.Â
Modul ini diintegrasikan dengan kWhmeter. Karena ukuran kecil, relatif tidak mengubah dimensi kWhmeter yang ada. Tampak fisik kWhmeter biasa tidak berbeda dengan kWhmeter yang terintegrasi LoRA
Modul LoRa ini akan membaca data pengukuran, mengirimkan ke database PLN, dan juga menerima perintah dari server PLN, dan juga mengendalikan fungsi-fungsi kWhmeter secara digital. Ibaratnya modul ini seperti 'remote' yang dilekatkan pada kWhmeter pelanggan.Â
Modul LoRa akan mengirim dan menerima data melalui BTS (basestation/gateway), lalu oleh BTS ini diteruskan pada server data PLN. Dan sebaliknya, server PLN berkomunikasi dengan gateway, lalu gateway meneruskan pada modul LoRa pada kWhmeter pelanggan. Jadi ada komunikasi dua arah.
Proof of Concept
Dengan merujuk pada hasil ujicoba yang dilakukan pada PLN Bali pada tahun 2017, sebetulnya teknologi LoRa pada smartmeter ini sangat cocok diterapkan secara nasional. Dari ujicoba terhadap 1000 pelanggan untuk komunikasi, hasil pembacaan meter berhasil 99%, dilakukan setiap hari. Hanya karena gangguan kecil menyebabkan ada kegagalan baca.Â
Pada pilot project ini frekuensi SRD 925 - 935 MHz digunakan. Pita frekuensi yang dapat digunakan tanpa harus bayar. Namun kini pilot project ini terhenti, karena tidak ada kejelasan kelanjutannya. Padahal biaya nya hanya sekitar Rp. 2000 per pelanggan per bulan. Lebih hemat jika dibandingkan dengan petugas baca meter, yang dibayar sekitar Rp. 3000 per meter yang dibaca.
Manfaat Penerapan Teknologi LoRa
Dengan penerapan kWhmeter yang mampu berkomunikasi dua arah akan menguntungkan bagi PLN maupun pelanggannya. Ada beberapa manfaat.
Manfaat bagi Pelanggan, antara lain:
- Nyaman : Bisa mengurangi kesalahan menginput. Misalnya jika token habis di malam hari, maka dengan minimnya cahaya akan kesulitan mengisinya. Atau letak kWhmeter yang tinggi, memerlukan tangga atau kursi pijakan untuk bisa menjangkau keypad kWhmeter. Selain potensi salah input, juga ada risiko jatuh dari tangga misalnya. Dengan adanya smartmeter yang bisa diakses melalui smartphone, maka pelanggan akan bisa mengisikan token melalui smartphone, tanpa memencet keypad pada kWhmeter.
- Pemantauan kualitas dan kompensasi: Pelanggan berhak menerima kompensasi apabila mutu listrik yang sampai ke rumah pelanggan tidak sesuai standar. Misalkan drop tegangan, atau malah padam listrik. Semua ini akan tercatat secara digital oleh kWhmeter pintar ini. Sehingga tidak ada perdebatan antara PLN dan pelanggannya. Tinggal dilihat sama-sama, misalkan padam berapa lama, lalu dihitung kompensasi yang menjadi hak pelanggan.
- Hemat: Dengan aplikasi pada smartphone, maka pelanggan bisa memantau penggunaan listriknya. Dan dengan mudah mengetahui apakah ada penggunaan yang tidak normal, sehingga memboroskan listrik.
Manfaat bagi PLN, antara lain:
- Mengurangi komplain pelanggan : Dengan pencatatan secara digital, maka kesalahan tagihan akan bisa dihindari. Atau komplain pengaduan akibat drop tegangan atau padam listrik dengan mudah diketahui, apakah sifatnya setempat atau padam meluas.
- Memantau secara real penggunaan listrik pelanggan, apabila ada ketidaknormalan penggunaan, dengan mudah dipantau. Misalnya adap pelanggan yang curang, mengakali meternya sehingga listrik tidak terukur.
- Memudahkan membaca pola beban (load profile), bahkan per pelanggan, akan memudahkan PLN dalam perencanaan pembangkitan listrik.
- Menghemat biaya catat meter. Dengan otomasi pencatatan, tidak perlu mengirim petugas baca meter ke rumah atau bangunan pelanggan. Bayangkan jika pelanggan pascabayar yang sekitar 40 juta pelanggan tidak perlu didatangi, maka besar potensi penghematan yang diperoleh.
- Tagihan ke pelanggan, sesuai dengan hari bulan kalender. Karena dicatat real time, maka tidak ada selisih hari pemakaian. Misalnya tagihan Juni, ya ditagihkan untuk pemakaian 1 Juni - 30 Juni.Â
- Menertibkan pelanggan dengan mudah. Apabila ada pelanggan yang menunggak pembayaran tagihan melalui batas waktu, PLN dapat mematikan secara jarak jauh, tanpa harus mendatangi instalasi pelanggan. Tidak perlu petugas 'tusbung' (putus sambung). Tentu menghemat biaya operasional juga.
- Mampu melakukan perubahan naik atau turun daya secara jarak jauh. Batas daya dapat diubah secara elektronik oleh PLN tanpa mendatangin instalasi pelanggan. Tidak perlu bongkar segel dan segel ulang. Tidak perlu mengganti fisik Circuit Breaker. Lebih hemat biaya operasi juga.
Peluang sinergi dengan utilitas lainnya
Teknologi LoRa ini telah banyak digunakan oleh utilitas (layanan publik) pada negara lain seperti Taiwan, Jerman, Belanda, Korea, China, Jepang, Swiss, Thailand, dan Malaysia.Â
Umumnya perusahaan listrik, perusahaan gas, menggunakan teknologi Lora dalam pengukurannya. Sistem otomasi industri, pertanian modern, otomasi penerangan jalan, pengelolaan pengangkutan sampah kota, memanfaatkan teknologi berbiaya murah ini.Â
Ini artinya ada peluang sinergi, memanfaatkan fasilitas bersama, sehingga efisiensi dicapai. Misalnya PLN menerapkan pertama kali, misalnya melalui anak usahanya PT Indonesia Comnet Plus (ICON+), membangun infrastruktur BTS. Peralatan BTSnya pun cukup ditumpangkan di tiang listrik PLN, sehingga hemat investasi.Â
Lalu bekerjasama dengan PGN atau PDAM misalnya. Toh rata-rata pengguna jasa PDAM atau PGN kan juga pelanggan PLN. Artinya semisal PGN atau PDAM menggunakan meter pengukur yang berteknologi LoRA ini, mereka tidak perlu berinvestasi membangun BTS sendiri. Bisa menumpang atau menyewa BTS milik PLN tadi.Â
Dengan sinergi model ini, pasti akan lebih hemat biaya bagi PDAM atau PGN. BTS LoRa yang dimiliki PLN pun bisa optimal penggunaannya, investasinya cepat kembali karena ada revenue dari sewa tadi.
Semoga rekomendasi ini sampai pada pemangku kepentingan, agar digitalisasi kWhmeter PLN ini lekas terwujud.Â
Kualitas layanan tentu meningkat, pengaduan pelanggan pun bisa jadi nihil. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H