Awal Mei saya sudah mengulas mengenai melonjaknya tagihan listrik pelanggan PLN "Boom" Tagihan PLN, Strategi Pembuktian Terbalik? Tulisan ini mengulas hal-hal yang mungkin menyebabkan lonjakan tagihan tadi.
Teknik menghemat listrik pun sudah saya ulas pada 'Daripada Dompet Ambyar, Kuy Berhemat Listrik!'. Kecerewetan seorang istri atau ibu lebih manjur dalam upaya mengontrol tagihan listrik. Hehe
Lalu dijudul berikutnya pun saya mengulas bagaimana memahami hak dan kewajiban pelanggan listrik. 'Yuk Cerdas Jadi Konsumen Listrik! Sudah Tahu Hakmu? Poin penting bahwa memang konsumen berhak mendapat penjelasan mengapa tagihannya melonjak.
Ketiga tulisan itu sederhana tujuannya. Untuk memberi wawasan bagi publik yang hampir semuanya pelanggan PLN.
Bias diksi hemat listrik
Saya cukup terusik dengan bias narasi yang muncul di media yang menggunakan diksi menghemat tagihan listrik. Ini sesuatu yang aneh menurut saya.Â
Bila katakan berhemat itu basisnya adalah angka yang tinggi. Atau kondisi boros.
Yang masyarakat umumnya pahami saat ini adalah membandingkan rekening sebelum PSBB dengan rekening tagihan listrik selama adanya PSBB. Padahal ini biar bagaimana caranya, tagihannya tidak akan kembali ke tagihan sebelum PSBB. Ini sesuatu yang 'apple to orange'. Alias tidak nyambung.Â
Tagihan listrik itu ya jumlah listrik yang digunakan dikalikan harga bandrol atau tarif. Jumlah listrik naik, meski tarifnya tidak naik. Ya wajar, tagihan naik.
Pola pemakaiannya saja sudah berbeda. Jadi kenaikan tagihan listrik ini normal saja. Tagihan listrik itu ya jumlah listrik yang digunakan dikalikan harga bandrol atau tarif. Jumlah listrik naik, meski tarifnya tidak naik. Ya wajar, tagihan naik. Itu saja rumusannya.
Rekening nya hanya akan normal kembali, jika pola pemakaiannya sama. Listrik yang digunakan sama banyaknya.