Pertemanan dalam dunia nyata biasanya diawali dengan berjabat tangan, berkenalan singkat, bertukar kartu nama, lalu dilanjutkan ngobrol-ngobrol santai. Intinya mengenalkan diri satu sama lain. Dan biasanya akan menjadi akrab jika menemukan kesamaan-kesamaan.Â
Bisa karena hobi yang sama, bidang pekerjaan yang sama, asal daerah yang sama, atau hanya karena sekedar nyambung ketika ngobrol. Atau malah ada yang menjadi pasangan hidup, ketika sama-sama status single dan menemukan kecocokan. HeheÂ
Pertemanan dunia maya
Berbeda halnya dengan pertemanan di dunia maya. Biasanya kalau sudah saling kenal sebelumnya. Misalnya teman sesama alumni satu sekolah atau teman semasa kecil atau tetangga atau rekan kerja.Â
Ketika mengawali koneksi di media sosial misalnya facebook, cukup dengan klik request atau invite. Ketika yang dimintai pertemanan pasti dengan mudah meng-approve atau accept permintaan tersebut. Jika sudah lama tidak bertegur sapa, biasanya say hello, menanyakan kabar. Teman yang dituju biasanya dengan mudah menyetujui koneksi tadi.
Namun bagaimana jika belum saling kenal, atau hanya sepihak yang mengenal. Misalkan si A tertarik untuk memulai koneksi karena mengenal si C dari karya tulisnya di media berita online. Atau saat si C menjadi pembicara yang mengisi dalam suatu pertemuan seminar. Tentu hal ini berbeda dengan yang sudah saling kenal tadi.
Bagaimana etika memulai pertemanan untuk orang yang baru dikenal?
Tentu memulai koneksi perlu tata krama mengenalkan diri. Untuk yang sama sekali belum kenal. Misalnya mengirim pesan perkenalan lalu ajukan koneksi atau request pertemanan.Â
Pesannya cukup sederhana saja. Mungkin mengenalkan diri secara singkat, lalu kenal dimana dengan orang dimaksud atau sampaikan maksud ingin berdiskusi lebih lanjut.Â
Ini siapa ya? Kenal pun tidak. 'Say hello'pun tidak. Bisa jadi request itu ditolak saja. Ya kan.
Jika kita mengirim permintaan pertemanan pada orang lain yang baru kita temui sekali akan lebih baik jika kita mengingatkannya kapan dan di mana kita bertemu dengannya. Dengan demikian, orang  yang dimintai pertemanan tersebut tidak bingung.Â
Ini siapa ya? Kenal pun tidak. 'Say hello'pun tidak. Bisa jadi request pertemana itu ditolak saja. Ya kan.
Hal lain adalah hindari asal kirim permintaan. Misalnya platform LinkedIn sepertinya menginginkan agar kita memang kenal dengan orang-orang yang saling terhubung.Â
Walaupun terkadang kita tergoda untuk mengirim permintaan hubungan pada orang yang pekerjaannya kita kagumi. Akan lebih baik jika kita mengenali secara personal orang tersebut. Maka sangat penting perkenalan awal tadi.
Pengalaman pribadi saya sendiri. Pernah beberapa kali ada permintaan terhubung dengan media sosial, sebut saja Linkedin. Notifikasi pada gadget bahwa ada permintaan koneksi media sosial profesional tersebut.Â
Lalu saya buka, namun tidak kenal orang yang dimaksud. Akhirnya saya kirimi pesan, intinya menanyakan apakah pernah bertemu sebelumnya? Ini sekedar basa-basi karena saya tidak punya ide, ini siapa ya? Jangan-jangan cuma 'stalker' alias kepo dengan profile saya. Hehe
Saya menganggap platform Linkedin itu media sosial profesional yang memang tujuannya networking pekerjaan atau kebidangan ilmu yang bersesuaian.Â
Tidak sama dengan media sosial lainnya yang cuma gaya-gayaan. Punya teman sekian ratus atau sekian ribu. Tetapi yang benar kenal hanya sekian puluh orang. Hehe
Kembali ke pokok bahasan, bahwa mengenalkan diri itu sangat penting untuk pertemanan di dunia maya. Jangan biarkan orang yang anda tuju mengabaikan permohonan koneksi atau pertemanan hanya karena tidak disertai pesan singkat perkenalan. Udah gitu aja. Hehe
Salam dan selamat pagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H