Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kuliah Tanpa Skripsi atau Tesis, Bisakah Menjadi Bagian dari "New Normal"?

6 Juni 2020   16:23 Diperbarui: 6 Juli 2020   05:50 3452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langkah cerdas pengelola program. Mungkin ini menjadi bagian dari strategi untuk menarik mahasiswa internasional. Secara agregat, revenue minimal 70% berasal dari mahasiswa asing yang berkuliah. Tak heran banyak sekali program master disediakan bagi mahasiswa asing. Dan tanpa skripsi/tesis tadi.

Dunia kerja pun ya seperti itu juga. Dibutuhkan karyawan yang mampu membuat analisis pekerjaan yang ditugaskan padanya, dan mempresentasikan dalam bentuk laporan. That's it. 

Kasus bunuh diri mahasiswa karena stress skripsi

  • Oktober 2014: Seorang mahasiswa Universitas Sumatera Utara ditemukan tewas dengan posisi tergantung di pintu kamar kosnya di Medan. Korban bunuh diri diduga karena stres karena laptop hilang dan skripsi yang tak kunjung selesai.

Ilustrasi (bengkulutoday.com)
Ilustrasi (bengkulutoday.com)
  • April 2017: Seorang mahasiswa Universitas Kapuas di Kalimantan Timur, ditemukan tewas menggantung diri dengan menggunakan kabel. Korban diduga bunuh diri karena stres memikirkan skripsi yang ditolak dua kali.
  • Maret 2018: Seorang mahasiswa semester akhir Universitas Sriwijaya ini nekad mengakhiri hidupnya diduga karena depresi soal skripsi.
  • Januari 2020: Ditemukan seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Yogyakarta, bunuh diri karena depresi, diduga karena kesulitan menyelesaikan skripsi. 

Deretan berita-berita ini membuat miris dan sangat disesalkan. Kita kehilangan generai penerus potensial gegara stress kuliah dan skripsi.

Terkonfirmasi oleh survei
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Teddy Hidayat menganalisis hasil survei 2019 yang dilakukan pada mahasiswa semester satu perguruan tinggi di Bandung. 

Hasilnya, ditemukan 30,5% mahasiswa depresi. Di antaranya 20 persen berpikir serius untuk bunuh diri, sedangkan 6 persen telah mencoba bunuh diri seperti cutting, loncat dari ketinggian, dan gantung diri. Tindakan mencoba bunuh diri merupakan puncak dari berbagai permasalahan yang dihadapi mahasiswa.

Bisa jadi mahasiswa merasa tak berguna. Hanya menjadi beban biaya bagi orangtua karena molor kuliahnya, akhirnya nekat mengakhiri hidupnya.

Mengurangi beban bimbingan bagi dosen
Tidak semua mahasiswa S1 menginginkan studi lebih lanjut ke jenjang tinggi. Ini juga menjadi alasan tidak begitu penting skripsi bagi mereka. Dengan adanya pilihan untuk lulus tanpa skripsi, tentu mengurangi beban dosen untuk bimbingan skripsi.

Dosen pun tidak perlu stress menghadapi mahasiswa yang setengah hati mengerjakan skripsi. Tidak perlu ada ungkapan skripsi 'sampah' atau membuang draft tulisan si mahasiswa ke tempat sampah. Mengurangi pula niat nakal mahasiswi atau dosen nakal yang terlibat affair atau pelecehan seksual ketika bimbingan skripsi.

Skripsi 'sampah' yang sempat viral (suara.com)
Skripsi 'sampah' yang sempat viral (suara.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun