Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Perang Opini Kubu "Renewables" dan "Fossil": Film "Sexy Killers" Versus "Planet of The Humans"

17 Mei 2020   11:38 Diperbarui: 18 Mei 2020   05:20 1269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Semua itu diambil dari tanah, dari bumi kita. Tidak ada peradaban tanpa adanya tambang-tambang mineral. Listrik dihasilkan dari batubara yang dikeruk dari bumi. Saya yang latar belakangnya bukan tambang 'terhenyak' waktu itu. Benar juga ya. So damn true!

Saya menyadari bahwa kerusakan lingkungan tidak bisa dihindari untuk kemajuan peradaban dunia. Yang bisa dilakukan adalah berdamai dengannya, meminimalkan dampak lingkungan yang muncul. Ilmu lingkungan hadir untuk itu, untuk mengoreksi agar kerusakan lingkungan masih dalam batas daya dukung lingkungan itu sendiri. 

Mana ada teknologi pembangkitan listrik yang benar-benar zero carbon!

Itu fakta nyata bahwa 'renewables' tidak sepenuhnya hijau, tidak sepenuhnya bebas emisi karbon. Mana ada pembangkit listrik yang benar-benar 'zero carbon'. Kita harus akui itu, baik kita yang pro energi inkumben 'fossil energy' maupun pihak yang mendukung 'renewable energy'. 

Secara tinjauan life cycle analysis, selalu ada jejak karbon yang timbul. Untuk lebih adil, mestinya film Planet of The Human juga memotret bagaimana jejak karbon atau kerusakan lingkungan yang diakibatkan pembangkit fosil. Tetapi bisa jadi 3 jam filmnya.Hehe. Karena tidak diulas, saya ulas sedikit, agar tidak berat sebelah.  

Sebetulnya pembangkit fosil pun dalam perjalanan hidupnya, mulai dari bahan mentah hingga jadi pembangkit utuh yang beroperasi, ya sama saja. Ada proses mengeruk logam dan mineral untuk bahan pembuatan turbin, boiler, baja untuk strukturnya, dan kelengkapan lainnya. 

Lalu peralatan ini dibawa ke site dimana dia akan dibangun. Truk yang membawa, kapal yang membawa dari luar negeri sana, juga menghasilkan emisi karbon dari mesin penggeraknya. Bahkan pekerja yang membangun, datang dengan mobil atau sepeda motor. Ada juga emisi karbon disana. 

Belum berhenti disana. Saat dioperasikan, batubara dibakar oleh PLTU, gas dibakar oleh PLTG, solar disel dibakar oleh PLTD. Polusi karbon juga muncul. 

Bahkan sampai dengan menjadi rongsok, sisa dari pembangkit ini dilebur kembali misalnya, untuk diambil logamnya. Juga dibutuhkan energi yang tidak sedikit. 

Renewables memang tidak zero carbon!

Sekarang kita beralih ke pembangkit energi terbarukan. Kita ambil contoh PLTS atau PLTB atau PLTA. Kurang lebih sama dengan pembangkit fosil. Ada emisi karbon dalam perjalanan pembuatannya hingga dibangun di lapangan dan akhirnya beroperasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun