Beliau jelaskan begini. Betul dik, disini masih ada TKA nya dan itu terpaksa sebetulnya. Loh kok bisa pak, saya gali terus.Â
Begini, awalnya kami merekrut anak-anak muda, sarjana dari kampus ternama di Jawa. Mereka hanya tahan sebentar bekerja disini. Ada yang satu bulan, ada juga yang cuma seminggu. Mungkin karena lokasi perusahaan ini jauh dipelosok. Milenial jarang ada yang tahan.Â
Upaya menyiapkan tenaga lokal
Lalu saya tanya lagi. Rekrut tenaga lokal lah Pak! Iya dik, saya setuju sekali. Tetapi tidak ada orang nya dik. Sementara pabrik sudah siap beroperasi. Makanya untuk sementara ini, masih didatangkan operator dari China sana. Tetapi ini tidak selamanya. Kami mewajibkan satu TKA menjadi mentor bagi dua tenaga lokal. Transfer ilmunya, supaya ketika tenaga lokal sudah mampu. TKA tadi dipulangkan. Begitu dik.
Kami juga bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat juga Kementerian Perindustrian terkait kebutuhan tenaga kerja disini. Kerjasama apa pak? Jadi kami bangun sekolah tinggi disini, kami rekrut lulusan sekolah menengah lokal. Kami juga mendatangi kampus-kampus untuk roadshow merekrut sarjana-sarjana lulusan dalam negeri. Ternyata tidak cukup juga.
Melalui dibangunnya Politeknik Industri Logam ini, kami harapkan dapat mencetak sarjana lokal yang terampil dan siap pakai untuk perusahaan ini. Pun sekolahnya kami biayai, diberikan beasiswa. Enak kan!
Tetapi perlu disadari bahwa mereka itu juga kan baru lulus dua tiga tahun lagi. Makanya mohon dimaklumi jika ada TKA asal China yang wara-wiri kesini.Â
Mereka itu datang jauh-jauh juga dari China. Terpisah dari keluarga. Maka dibuatlah shift bergantian. Setiap beberapa bulan bertukar orangnya. Pantas saja tidak terlihat raut ceria TKA pikir saya. Mungkin jenuh, kangen rumah dan keluarganya.
Perusahaan kan harus tetap jalan produksinya, toh bahan yang diolah juga Nickel yang ditambang di daerah sana juga. Tentu sambil menunggu tenaga Indonesia yang sedang mentoring, menyedot semua ilmu si TKA. Dan yang masih mahasiswa tadi lulus dan  siap bekerja. Percayalah, kami juga kawal merah putih. Kalau ada anak bangsa, pastilah kami utamakan.
Langsung semua pikiran negatif di otak saya luntur, terkoreksi. Malah saya salut dengan keberadaan pabrik itu. Masyarakat asli disana juga sangat mendukung kehadiran pabrik itu.Â