Peserta Dialog Terbuka umumnya datang dengan tujuan untuk mengadu gagasan karena ingin menemukan solusi terbaik. Silahkan kritik disampaikan dengan bijak. Tantang pihak yang dikritik untuk menjelaskan hal yang disoal.
Jika penjelasan dirasa kurang konkrit, maka tawarkan solusi yang lebih baik. Diskusikan, musyawarah untuk mencapai mufakat solusi. Â Jika Bhima punya ide yang lebih aktual, mudah dilaksanakan, maka tawarkan pada Belva.Â
Tidak ada manusia yang sempurna. Usia muda memang bukan alasan untuk boleh melakukan 'kesalahan'. Namun usia tua pun tidak luput dari kesalahan. Saling koreksi boleh, asal tujuannya membangun.
Untuk konteks Bhima vs Belva ini. Rasanya lebih tepat jika diksi yang dipilih adalah Dialog Terbuka. Saya meyakini tidak ada kepentingan elektabilitas antara Bhima maupun Belva.
Terlintas dibenak saya, Bhima ayo tuliskan saja sepucuk surat. Kirimkan pada Belva, bila perlu tembuskan pada Presiden Jokowi. Atau tulis saja surat terbuka untuk Belva. Tetap saja pesan atau ide tadi sampai pada Belva.
Sekali lagi, jika memang harus beradu argumen di depan publik, lakukanlah dalam forum dialog terbuka. Yang penting tetap mengerucut pada satu tujuan yang sama. Perbaiki jika memang implementasi kebijakan Pra Kerja itu dirasa salah dan belum sesuai amanat konstitusi.
Tunjukkan bahwa kita semua berada dalam gerbong yang sama, gerbong Merah Putih. Kami akan mengingat kalian sebagai darah muda Pancasilais, dengan adanya 'musyawarah untuk mencapai mufakat' dalam dialog terbuka nanti. Â Buatlah masyarakat Indonesia bangga, punya darah muda cemerlang seperti kalian.Â
Yuk kita dendangkan lagi...Â
Darah muda..
Biasanya para remaja..
Berpikirnya sekali saja..
Tanpa menghiraukan akibatnya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H