Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ini Cerita Paskahku! Kamu Mana? Iya...Kamuuuuu...

12 April 2020   05:51 Diperbarui: 12 April 2020   11:03 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja Katedral St.Christopher-Canberra (dokumen pribadi)

Abu di dahi.. 

Hanya debulah aku...di alas kaki-Mu Tuhan.. Hauskan titik embun..sabda penuh ampun...

Demikian penggalan syair lagu yang biasanya dilantunkan saat Rabu Abu, mengawali masa prapaskah. Selalu saja saya merinding dibuatnya, pun tanpa terasa air mata jatuh menitik. Betapa saya orang berdosa di hadapan Tuhan.

Saya mengawali masa prapaskah dengan menerima abu di dahi, di  St. John the Evangelist Chapel, gereja kecil dalam komplek Australian National University, Canberra. Abu yang 'ditempelkan' di dahi ini selalu mengingatkan, dari sana kamu kuciptakan, dan kesana jua lah kamu nanti. 

Ibadah online..

Kemudian masih sempat menghadiri dua misa pertama masa prapaskah di Gereja Katedral St. Christopher-Canberra, sebelum adanya pembatasan social distancing, semua ibadah pun dilangsungkan secara online, hingga saat puncaknya perayaan Paskah. Pertama kali mengikuti misa online ini, memang merasa kurang pas. Tidak lengkap rasanya jika tidak menyambut hosti kudus. Tidak biasa. Aneh. Itu yang awalnya saya rasakan. 

Mungkin ini hal yang juga murid-murid-Nya rasakan dulu. Saya mencoba membayangkan masa-masa yang dialami pengikut Yesus. Mereka juga pasti merasa ketakutan, kuatir, kecewa, marah.  Ketika gurunya, Sang Yesus disalibkan, wafat, dan dimakamkan. Tidak menerima kenyataan.

Refleksi diri..

Ini juga yang belakangan ini kita rasakan. Ketakutan dengan merebaknya wabah Corona Virus Diseases (Covid-19). Kuatir mengikuti berita di Media, menampilkan angka kematian yang terus bertambah. Gelisah karena terpisah dari orang-orang terkasih, yang jauh dari kita, tidak bisa menjaga secara langsung. Apakah mereka baik-baik saja, apakah makanan mereka cukup, apakah mereka menuruti protokol kesehatan. 

Kecewa dan marah juga melihat orang-orang yang bertamengkan agama, merasa hidup pasrah saja pada takdir tidak perlu takut dengan Covid-19, tetap keluyuran, senam bersama, berkumpul ramai-ramai, tidak ikut berusaha mencegah. 

Namun lambat laun, saya mulai menerima, ya beginilah keadaan saat ini. Saya mulai memahami bahwa Tuhan selalu punya cara.  Jangan kita salahkan Tuhan, mengapa ada wabah Covid-19 ini? 

Tuhan mungkin ingin bilang ke saya. David, Aku pun bisa engkau temui tanpa harus mendatangi rumah ibadah. Tanpa harus datang ke Gereja, pun engkau bisa merasakan kehadiranKu. 

Aku ingin melihat para keluarga rekat kembali, berada di rumahnya, saling mengenal kembali. Para Bapak, dengan berada di rumah seharian, memahami pekerjaan ibu rumah tangga yang tidak ringan. Sehingga lebih mengasihi istrinya. Orangtua mengenal anak-anaknya lebih dalam. Anak mengenal orangtuanya lebih dekat. Dan seterusnya. 

Iya benar Tuhan, tapi saya kan jauh dari rumah. Malahan harus berbeda negara. Betul David, Aku ingin engkau lebih pasrah dan makin percaya kepada -Ku. Aku pun mengasihi dan menjaga mereka, istri dan anakmu, keluarga mu, orang-orang yang kau kasihi. Siap Tuhanku, namun jika boleh bermohon, biarlah pandemi Covid-19 cepat berlalu. Kami pun bisa merayakan ibadah seperti semula, tanpa harus memikirkan kuota, menyediakan power bank, menyalakan televisi, menyalakan laptop. Kami ingin datang dan berdoa dalam rumah-Mu yang Kudus, Gereja-Mu yang Kudus.

Ucapan selamat Paskah yang tulus..

Setiap kali mendekati hari raya keagamaan Kristen, terutama Hari Raya Natal, Hari Raya Paskah, saya selalu berpikir, jangan pernah berharap bahwa sahabatmu yang beda agama akan memberikanselamat. 

Saya pernah beberapa kali mendapat kiriman pesan singkat, ucapan dari seorang teman, sebetulnya bukan ucapan mungkin maksudnya. Menyampaikan suatu ayat yang menurut keyakinannya. Yang isinya bertentangan dengan keyakinan agama kami. Saya hanya berpikir, betapa egois orang ini. Mengirim pesan singkat yang tidak tulus, hanya sekedar untuk mengatakan hei ajaran mu itu salah, yang bener gini loh dalam agama kami. Stop sudah. Jangan ajari saya, percuma, yakini saja ajaran mu. 

Bayangkan situasi begini, pada saat kamu merayakan ulang tahun, lalu ada seseorang yang menyapa kita, mengatakan begini... Selamat Ulang Tahun ya, tapi kamu tahu gak, kata si anu kamu sebenarnya bukan anak kandung.. betapa ucapan itu bisa merusak sukacita hatinya, walaupun belum tentu benar. 

Sadarilah sahabat, kita itu sesama ciptaan-Nya. Apakah wabah covid-19 ini hanya menjangkiti agama tertentu? Tidak kan ya, semuanya kena, tanpa peduli apapun agamamu.

Namun tidak sedikit juga teman yang berbeda agama, memberi ucapan yang saya yakin tulus. Setidaknya dia menghargai saya sebagai sahabat, sebagai manusia, meskipun berbeda keyakinan. Banyak juga yang tidak memberikan ucapan apa pun, karena ajaran keyakinannya. Ini lebih baik bagi saya. 

Saya pun tidak mempermasalahkan ini dalam pertemanan maupun dunia pekerjaan profesional. Tidak lantas karena sahabat, bawahan atau atasan tidak memberi ucapan, lantas saya membencinya. Tidak sama sekali. Kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri, itu ajaran yang ada dalam keyakinan kami. 

Rasa sukacita itu, kita yang menentukan, rasa gembira itu ada dalam hati. Tidak berkurang rasa sukacita saya saat merayakan hari besar Paskah ini, meskipun tidak mendapatkan banyak ucapan selamat. Saya pun mengajak teman-teman Kristiani yang membaca ini untuk juga demikian.

Paskah 2020 ini memang berbeda, namun perlu tetap disyukuri. Akhirnya, saya mengucapkan Selamat merayakan Paskah bagi para teman se-iman, umat Kristiani di Indonesia, dan pembaca setia kompasiana. Kita sama-sama mendoakan korban-korban terinfeksi Covid-19, kita semua aman dalam lindungan Tuhan, dan supaya pandemi Covid-19 ini segera berakhir. Tuhan memberkati kita semua. Amin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun