Kaesang, yang awalnya dikenal sebagai pengusaha kuliner dan konten kreator, kini terjun ke dunia politik dengan segala sorot mata yang tertuju kepadanya. Berbagai pengamat mulai mempertanyakan seberapa besar pengaruh jaringan bisnisnya, yang salah satunya terkait dengan pasar aset digital seperti kripto, terhadap langkah politiknya. Di sisi lain, INDODAX, sebagai bursa aset kripto terbesar di Indonesia, menjadi simbol dari transformasi ekonomi yang sedang berlangsung---memperkenalkan teknologi blockchain dan desentralisasi ke dalam sistem keuangan Indonesia.
Namun, perkembangan ekonomi digital ini tidak sepenuhnya bebas dari risiko.
Bursa kripto global telah beberapa kali disusupi peretas, yang berujung pada kerugian finansial yang sangat besar bagi para pengguna. Apakah INDODAX dan aset kripto secara umum akan berperan dalam membentuk ekonomi Jakarta ke depan, atau justru menciptakan celah baru bagi permasalahan gratifikasi dan korupsi politik? Ketika figur-figur politik seperti Kaesang mulai mengintegrasikan teknologi ini ke dalam narasi politik mereka, ada kekhawatiran bahwa ekonomi digital ini dapat disalahgunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Di Balik Cahaya Bursa Kripto: Celah, Bahaya, dan Kerentanan yang Mengintai Dunia Digital"
Seperti pepatah lama mengatakan, "Air tenang menghanyutkan", bursa kripto tampak tenang di permukaan, namun di bawahnya terdapat arus deras kerentanan yang siap menghanyutkan siapa saja yang lengah. Indodax, sebagai salah satu bursa kripto terbesar di Indonesia, menonjol dalam gemerlap revolusi digital ini. Tetapi di balik pertumbuhan dan kegemilangan itu, tak bisa dipungkiri bahwa ancaman nyata juga terus mengintai.
Dunia kripto, yang dibangun di atas dasar teknologi blockchain dan desentralisasi, dikenal karena kekuatannya dalam keamanan data.
Namun, tidak ada sistem yang benar-benar kebal. Setiap bursa, termasuk Indodax, beroperasi di tengah lanskap yang penuh risiko. Berbagai celah keamanan selalu ada, dan bagi mereka yang paham bagaimana mengeksploitasinya, bursa kripto bisa menjadi tambang emas yang siap digali. Sejarah telah mencatat sejumlah bursa besar yang mengalami peretasan, yang menimbulkan kerugian ratusan juta hingga miliaran dolar. Mari kita telaah lebih dalam kerentanan-kerentanan ini dan apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya.
Celah dan Kerentanan Bursa Kripto
Bursa kripto seperti Indodax menyimpan sejumlah besar aset digital milik para penggunanya, yang menjadikannya target utama para peretas. Salah satu celah terbesar dalam sistem ini terletak pada pengelolaan dompet digital (wallet), terutama yang bersifat hot wallet---dompet yang selalu terhubung dengan internet. Meskipun ini memudahkan transaksi cepat, hot wallet sering kali menjadi sasaran peretasan karena tingkat keterhubungannya yang tinggi.
Kasus-kasus besar telah terjadi di berbagai belahan dunia. Pada tahun 2014, Mt. Gox, salah satu bursa kripto terbesar pada masanya, mengalami peretasan yang mencuri sekitar 850.000 Bitcoin, bernilai lebih dari 450 juta dolar saat itu. Lalu pada tahun 2020, bursa KuCoin juga diretas dan kehilangan sekitar 281 juta dolar. Bahkan bursa yang terkenal ketat seperti Binance pun tak luput dari serangan, kehilangan sekitar 40 juta dolar pada tahun 2019. Semua ini menunjukkan bahwa tidak ada bursa yang benar-benar aman.
Celah-celah keamanan lainnya juga bisa ditemukan pada API (Application Programming Interface) yang digunakan untuk menghubungkan platform perdagangan dengan sistem eksternal. Jika pengamanan API tidak diperketat, peretas dapat mengeksploitasinya untuk mendapatkan akses ke akun-akun pengguna atau bahkan mengendalikan sistem perdagangan.