Jakarta Menyala berarti kota yang adil, penuh dengan kedamaian, dan keadilan sosial terlebih lagi dengan ape yang bang Doel sebut: "Berkepribadian dalam berbudaya!".
Melalui penegakan hukum yang tegas terhadap eksploitasi adat dan KKN, pasangan Pram dan Bang Doel menjanjikan Jakarta yang bebas dari neo-kolonialisme adat---di mana kekuasaan tidak lagi diberikan berdasarkan garis keturunan, tetapi atas kompetensi dan kontribusi nyata kepada masyarakat.
Shubuh berjamaah menjadi langkah pertama, menghidupkan kembali nilai-nilai adab, moralitas, dan ketaatan kepada Allah SWT. Dari sini, Jakarta akan menyala dalam setiap langkah, setiap kebijakan, dan setiap upaya untuk menciptakan kota yang inklusif, adil, dan bermoral tinggi.
Jakarta menyala bukan hanya slogan, tetapi adalah panggilan bagi setiap warga untuk bangkit dari krisis multidimensi dan ikut serta dalam kebangkitan kota ini. Jakarta menyala mulai dari shubuh, bersama Pram dan Bang Doel, menuju Jakarta yang lebih baik untuk semua.
Bangkitnya Jakarta: Melawan Neo-Kolonialisme Adat demi Keadilan dan Kemanusiaan"
Gambaran Ilmiah dan Definisi Situasi Saat Ini:
Neo-Kolonialisme Adat: Fenomena di mana kekuasaan atau pengaruh diberikan kepada individu atau kelompok berdasarkan garis keturunan (nasab), tanpa mempertimbangkan kompetensi atau kontribusi nyata kepada masyarakat (sanad). Ini bisa mengakibatkan ketidakadilan struktural, di mana masyarakat merasa tertindas oleh pihak-pihak yang memanfaatkan posisi mereka.
Krisis Multi-Dimensi: Merujuk pada kerusakan yang terjadi secara bersamaan dalam berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial, budaya, hingga moral. Anak-anak terpapar konten kekerasan dan kehilangan pedoman moral, menyebabkan meningkatnya kasus kekerasan oleh anak di bawah umur.
Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN): Menjadi faktor utama yang menggerogoti pemerintahan, memperparah ketimpangan sosial, dan melemahkan kepercayaan publik terhadap institusi pemerintah.
Data dan Statistik:
- Tingkat Kemiskinan di Jakarta: Berdasarkan data BPS 2023, tingkat kemiskinan Jakarta tercatat sebesar 4,67%. Meskipun rendah dibandingkan daerah lain, ketimpangan ekonomi terus memburuk.
- Indeks Persepsi Korupsi: Transparansi Internasional Indonesia melaporkan bahwa indeks persepsi korupsi Indonesia pada tahun 2023 adalah 34 dari 100, menunjukkan korupsi masih menjadi masalah serius.
- Kasus Kejahatan oleh Anak di Bawah Umur: Dalam laporan KPAI, terjadi peningkatan kasus kejahatan oleh anak-anak, seperti pencurian, kekerasan, dan kekerasan seksual, yang menunjukkan adanya degradasi moral di kalangan generasi muda.
Solusi Praktis: