Pendahuluan
Pilkada 2024 di Indonesia semakin dekat, dan perubahan besar terlihat di cakrawala politik, terlebih lagi di Daerah Khusus (DKJ) Jakarta. Salah satu perubahan signifikan yang mencuri perhatian adalah dominasi digital dalam kampanye politik.
Teknologi telah mengubah wajah demokrasi kita, dan dalam "pesta demokrasi" kali ini menjadi bukti nyata bagaimana alat digital memegang peranan penting dalam strategi kampanye.
Peran Teknologi dalam Kampanye Politik
Penggunaan teknologi dalam kampanye politik bukanlah hal baru. Namun, di Pilpres/Pileg/Pilkada 2024, kita menyaksikan peningkatan yang luar biasa dalam penggunaan platform digital untuk menjangkau pemilih.
Media sosial, aplikasi perpesanan, dan platform streaming langsung menjadi senjata utama bagi kandidat untuk meraih simpati dan dukungan rakyat. Tegas Fahmi aulia salah satu praktisi sosial media di DKJ yang sempat berbincang-bincang dengan penulis sore hari ini. Sambil mengobrol tentang perangkat keras yang sedang di gandrungi para video editor dengan kapasitas untuk memproses "video berbasis kecerdasan buatan".
Di Jakarta, sebuah kota yang dikenal dengan konektivitas internet yang tinggi dan populasi muda yang melek teknologi, dominasi digital semakin terlihat jelas. Kampanye tidak lagi hanya berpusat pada baliho besar di jalan-jalan utama atau iklan di media cetak; sebaliknya, kini sebagian besar kampanye dilakukan melalui platform digital.
Data dan Analisis: Strategi Digital Kandidat
Penelitian kami mengungkapkan bahwa sebagian besar kandidat gubernur Jakarta mengalokasikan lebih dari 50% anggaran kampanye mereka untuk strategi digital. Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2023 menunjukkan bahwa 89% penduduk Jakarta memiliki akses internet, dan 74% dari mereka aktif di media sosial. Ini menjadi lahan subur bagi kampanye digital.
Salah satu kandidat, misalnya, berhasil meraih dukungan signifikan di kalangan pemilih muda dengan mengadakan sesi tanya jawab secara langsung di platform Instagram dan TikTok. Kandidat ini juga menggunakan data demografis untuk menargetkan pesan kampanye yang spesifik dan relevan bagi kelompok usia tertentu, menjadikannya lebih efektif dalam meraih suara.
Tantangan dan Kontroversi
Meskipun dominasi digital menawarkan banyak keuntungan, ada juga tantangan yang perlu dihadapi.
Salah satunya adalah penyebaran informasi yang salah atau hoaks.
Platform digital dapat dengan cepat menyebarkan berita palsu yang dapat mempengaruhi opini publik.
Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menunjukkan bahwa selama tahun 2023, terjadi peningkatan kasus penyebaran hoaks politik sebesar 35% dibanding tahun sebelumnya.
Selain itu, isu privasi dan keamanan data juga menjadi perhatian serius, mengingat banyaknya data pribadi pemilih yang digunakan untuk menargetkan iklan kampanye.
Investigasi kami menemukan beberapa kasus di mana data pribadi pemilih digunakan tanpa izin untuk keperluan kampanye.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang perlindungan privasi dan etika dalam penggunaan data.
Dampak pada Pemilih
Dominasi digital dalam Pilkada tidak hanya mengubah cara kampanye dilakukan, tetapi juga mempengaruhi perilaku pemilih.
Akses informasi yang cepat dan luas memungkinkan pemilih untuk lebih terinformasi tentang kandidat dan isu-isu politik.
Namun, hal ini juga berarti pemilih harus lebih kritis dalam memilah informasi yang mereka terima.
Pemilih di Jakarta, khususnya generasi milenial dan Gen Z, cenderung lebih terhubung secara digital dan mengandalkan media sosial sebagai sumber utama informasi politik mereka.
Survei dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan bahwa 68% pemilih muda di Jakarta mendapatkan informasi politik dari media sosial.
Oleh karena itu, kemampuan kandidat untuk beradaptasi dengan teknologi dan menggunakan platform digital secara efektif akan menjadi faktor penentu dalam meraih kemenangan.
Kesimpulan
Pilkada 2024 di Jakarta memperlihatkan bagaimana dominasi digital menjadi faktor kunci dalam kampanye politik.
Teknologi telah mengubah cara kita berinteraksi dengan kandidat dan bagaimana kandidat berinteraksi dengan pemilih.
Meskipun ada tantangan yang harus diatasi, potensi teknologi untuk meningkatkan partisipasi dan keterlibatan pemilih tidak dapat diabaikan.
Sebagai warga Jakarta, penting bagi kita untuk tetap kritis dan bijaksana dalam menyikapi informasi yang kita terima.
Dominasi digital memang menawarkan banyak peluang, tetapi kita harus memastikan bahwa demokrasi tetap berjalan dengan transparan dan adil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H