Indofarma saat ini sedang menghadapi isu strategis terkait restrukturisasi perusahaan. Perseroan harus melakukan upaya restrukturisasi untuk mengatasi masalah keuangan dan memperbaiki kinerja perusahaan. Saat ini, kegiatan operasional perseroan masih berjalan meskipun dalam status PKPU-S 2.
Indofarma juga harus memperkuat posisi di pasar farmasi Indonesia yang semakin kompetitif. Persaingan di pasar farmasi semakin ketat karena adanya persaingan dari perusahaan farmasi asing dan domestik. Oleh karena itu, Indofarma harus meningkatkan inovasi produk dan memperkuat branding untuk memenangkan persaingan di pasar farmasi
Sama halnya untuk Studi Kasus dengan Kimia Farma
Kimia Farma: Kesulitan Beradaptasi Kimia Farma, pemain besar lainnya dalam industri farmasi Indonesia, menghadapi tantangan serupa. Perusahaan melaporkan penurunan besar dalam laba bersih, kesulitan beradaptasi dengan dinamika pasar yang berubah setelah pandemi.
1. Adaptasi Pasar: Ketidakmampuan Kimia Farma untuk dengan cepat beradaptasi dengan permintaan pasar yang berubah setelah pandemi merupakan masalah signifikan. Penurunan permintaan produk terkait COVID-19 tanpa peralihan ke sumber pendapatan lain telah merugikan profitabilitas perusahaan.
2. Tata Kelola Perusahaan: Masalah terkait tata kelola perusahaan juga menjadi sorotan. Pengawasan efektif dan panduan strategis sangat penting dalam menghadapi tantangan finansial dan operasional, dan setiap kekurangan di sini dapat memperburuk masalah yang ada.
3. Manajemen Pemangku Kepentingan: Kedua perusahaan kesulitan dalam mempertahankan hubungan positif dengan pemangku kepentingan, termasuk karyawan, kreditor, dan pasar yang lebih luas. Komunikasi dan manajemen pemangku kepentingan yang efektif sangat penting di masa krisis, dan kekurangan dalam area ini telah memperparah masalah mereka.
Penanganan Produk
Kimia Farma adalah salah satu BUMN farmasi terbesar di Indonesia. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam produk kesehatan, mulai dari obat-obatan hingga alat kesehatan. Namun, pada 2023, Kimia Farma mengalami kerugian sebesar Rp 1,82 triliun. Perusahaan ini membeberkan sejumlah penyebab kerugian tersebut, salah satunya adalah penanganan produk yang kurang baik.
Kimia Farma harus memperbaiki penanganan produknya agar dapat meminimalkan kerugian dan mempertahankan kepercayaan pelanggan. Perusahaan ini harus meningkatkan kualitas produk dan memastikan bahwa produk tersebut aman dan efektif digunakan.