Mohon tunggu...
DAVID CHANDRA
DAVID CHANDRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Mercubuana

Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak NIM 55521110001 David Chandra Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Mercubuana

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB2_ Semiotika Kajian Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (Trans_substansi Charles Sanders Peirce)

25 Mei 2022   01:25 Diperbarui: 25 Mei 2022   01:39 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1) tanda terdiri dari penanda (signifier) dan petanda (signified) yang hubungan pemaknaanya didasari oleh konvensi sosial;

2) karena itu bahasa merupakan gejala sosial yang bersifat arbitrer serta konvensional dan terdiri dari parangkat kaidah sosial yang didasari bersama (langue) praktik sosial (parole);

3) hubungan antar tanda bersifat sintagmatis (In-praesentia) dan asosiatif (in-absentia);

4) bahasa dapat didekati secara diagkronis (perkembanganya) atau sinkronis (sistemnya pada kurun waktu tertentu) dan;

5) sebagai gejala sosial, bahasa terdiri dari dua tataran, yakni kaida sistem internal (langue) dan praktik sosial (parole).

Semiotik menurut Ferdinand De Saussure membahas kajian tentang tanda dalam kehidupan sosial dan hukum yang mengaturnya. De Saussure lebih menegaskan bahwa tanda memiliki makna karena dipengaruhi peran bahasa. De Saussure membagi 4 konsep semiotiknya menjadi 4 konsep, yaitu:

  • Konsep pertama adalah tentang signifier dan signified. Signifier atau penanda merupakan hal-hal yang dapat diterima oleh pemahaman kita seperti gambaran kasat mata asli dari objek. Signified aatau petanda adalah arti yang kita pikirkan setelah kita menerima sebuah tanda.
  • Konsep kedua adalah bagian dari bahasa, yang terbagi dalam parole dan langue. Menurut De Saussure, langue ialah pemahaman yang dimiliki oleh masyarakat akan suatu hal tertentu. Langue dapat diartikan sebagai suatu contoh dari tanda atau kode itu sendiri. Sedangkan untuk parole adalah aktivitas yang dilakukan secara individual dari dorongan hati dan kecerdasan berpikir. Contoh parole adalah 'pulpen', 'pena', 'ballpoin'. Yang merupakan bentuk dari langue alat untuk menulis. Contoh lain misalnya yaitu kolam renang adalah bentuk parole dari langue tempat untuk berenang.
  • Konsep ketiga adalah synchronic dan diachronic, merupakan telaah yang mempelajari bahasa dalam jangka waktu tertentu. Synchronic dalam bahasa adalah penjelasan yang mengenai keadaan tertentu yang berkaitan dengan suatu masa. Sedangkan diachronic ialah penjelasan tentang perkembangan setelah suatu hal yang terjadi disuatu masa tertentu. Synchronic berkali-kali disebut sebagai peneliti linguistik deskriptif. Karena analisis didalamnya banyak mengkaji hal yang bertujuan untuk menerangkan bahasa apa yang digunakan pada suatu masa tertentu. Sementara diachronic lebih bersifat pada peneliti historis dan komparatif, yang bertujuan untuk mengetauhi tentang sejarah, perubahan dan perkembangan umum suatu bahasa pada masa yang tak terbatas.
  • Konsep keempat adalah syntagmatic dan paradigmatic. Syntagmatic adalah hubungan unsur dari ilmu bahasa yang berisikan susunan atau rangkaian kata, bunyi dalam suatu konsep. Sementara paradigmatic adalah unsur suatu kalimat yang dapat diubah atau diganti dengan unsur lainnya dengan syarat harus memiliki makna yang sama. Hubungan syntagmatic dan paradigmatic ini dapat terlihat pada susunan bahasa di kalimat yang kita gunakan sehari-hari. Jika kalimat tersebut ada hubungan syntagmatic, maka terlihat adanya kesatuan arti dan hubungan pada kalimat yang sama pada setiap kata didalamnya. Sedangkan hubungan paradigmatic memperlihatkan kesatuan makna dan hubungan pada satu kalimat dengan kalimat lainnya yang mana hubungan tersebut belum terlihat jika melihat satu kalimat saja.

Berdasarkan konsep pertama, pemaknaan tanda bahasa menurut de Saussure terjadi apabila manusia mengaitkan penanda dengan petanda. Karena yang dibicarakan adalah tanda bahasa, kaitan antara penanda dan petanda didasari oleh konvensi sosial. Bahasa terdiri dari tanda-tanda yang tersusun secara linear dan berdampingan. Susunan antar tanda dikatakan didasari oleh relasi sintagmatik linear. Tanda bahasa juga dapat dilihat dalam rangka asosiatif. Sebuah kata seperti murid dapat menimbulkan asosiasi secara spontan pada kata lainnya, seperti guru, sekolah, buku, kelas, dan lainnya.

Relasi antar tanda ini tidak hanya dilihat pada tanda bahasa, tapi juga pada lukisan, atau lagu, puisi. Dalam relasi singtagmatis seperti pada lukisan pemandangan sawah dan gunung, kita akan mendapati unsur-unsur dalam lukisan tersebut misal posisi sawah, rumah, pepohonan, dan gunung biasanya diatur dengan perspektif. Relasi sintagmatis pada lukisan tidak linear. Pada lagu kita mendengar urutan tanda dan kata yang diciptakan oleh pengarangnya. Pada dasarnya relasi sintagmatis pada lagu bersifat linear. Relasi asosiatif pada lukisan dan lagu bisa menimbulkan asosiasi pengalaman pada seseorang. Dalam semiotik berbagai relasi itu diterjehmahkan dalam pengertian "makna".

Dalam kebudayaan, pemaknaan terbentuk secara sosial. Ini didasari antara lain oleh apa yang disebut "ingatan kolektif suatu masyarakat". Ingatan kolektif atau kesadaran kolektif merupakan langue dan pelaksanaanya merupakan parole. Secara struktural ini disebut dengan relasi asosiatif. Berdasarkan pemisahan yang tegas antara langue dan parole dan keterbatasan kemampuan ilmu pengetahuan dalam penelitian langue maka penelitian mengenai pengetahuan tentang tanda umumnya terdiri dari penelitian-penelitian tentang signifier dan signified. Tanda adalah kesatuan antara signifier dan signified yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, seperti dua sisi dalam satu lembar kertas. Oleh karena itu, model tanda dalam versi de Saussure dapat digambarkan sebagai berikut:

Model tanda versi de Saussure, sumber: dokpri
Model tanda versi de Saussure, sumber: dokpri

Semua yang diuraikan diatas dikenal dengan teori semiotik struktural. Pertama, karena menyangkut tanda dan pemaknaannya secara dua pihak. Kedua karena makna di identifikasi melalui relasi antar tanda. Ketiga karena pemaknaan tidak hanya individual tapi juga sosial. Teori tanda de Saussure disebut juga model dyadic karena menggunakan model dua pihak seperti signifier-signified, dan langue-parole.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun