Mohon tunggu...
Ishaq Mohamad
Ishaq Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Menulis adalah pengabdian, Pena dan goresan kata adalah senjata ampuh untuk membentuk peradaban, Tulisan memiliki kekuatan untuk merubah sesuatu termasuk merubah dunia, dan menulis adalah tugas manusia untuk mengawal zaman, yakusa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi 76 Tahun Himpunan Mahasiswa Islam

5 Februari 2023   20:15 Diperbarui: 5 Februari 2023   20:38 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tema dan Logo milad HMI (Sumber gambar : Detikcom)

Bismillahirrahmanirrahim

Waktu tidak pernah berhenti berbicara sehingga makhluk manapun diatas bumi ini tidak sewajarnyalah menentang waktu, salah satu hal esensial dalam hidup adalah waktu itu sendiri. Sejarah mencatat sejak manusia pertama yang diciptakan bernama Adam, waktu sudah memainkan perannya dalam dinamika hidup manusia. Waktu selalu melahirkan eksitensi anak zaman, rentetan peristiwa yang terjadi membentuk sebuah sejarah & manusia adalah raja pemilik sejarah. Sudah berabad-abad lamanya manusia hidup dalam sejarah dan menciptakan berbagai ragam corak warna, karakter, sifat, ideologi yang berbeda. Ada yang membawa bendera kebenaran dan ada juga yang membawa bendera kebatilan. Tinggal manusia pemegang zaman yang memilih, apakah dia mau mengibarkan bendera kebenaran atau bendera kebatilan. Ibarat sebuah hukum alam, dua hal tersebut tidak bisa dipisahkan dalam perjalanan hidup manusia. Setiap zaman pasti terlahir pahlawan-pahlawan yang dengan nuraninnya mau mengibarkan panji-panji kebenaran, lihat saja Nabi Muhammad SAW, Nuh, Musa, Ibrahim, Isa, Socrates, Confusius, Mahatmah Gandi, Soekarno, Syahrir, Hamka, Lafran Pane, dan lain-lain. Mereka semua adalah sebahagian pahlawan dari sekian banyak pahlawan yang dilahirkan zaman untuk peradaban manusia dalam bingkai pencerahan. Tidak ada yang bisa menyangkal tanpa kehadiran pahlawan-pahlawan tersebut manusia tidak mungkin mencapai titik puncak peradaban.

Dalam lingkup dunia khususnya sebuah wilayah geografis, di negara yang bernama Indonesia sudah terlahir begitu banyak pahlawan zaman yang ikut memainkan peranannya dalam dinamika hidup manusia. Berawal dari zaman purbakala yang belum mengenal pengetahuan, kemudian beralih kezaman dimana manusia Indonesia sudah mulai mengenal yang namanya masyarakat, Ilmu Pengetahuan, dan mulai membentuk sebuah peradaban, setelahnya manusia Indonesia beralih ke zaman kerajaan yang melahirkan raja-raja di Indonesia sampai puncak kejayaannya ketika anak zaman yang bernama mahapatih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit mengikrarkan diri akan mempersatukan seluruh wilayah Nusantara dengan Ikrar yang dikenal dengan nama Sumpah Palapa. Setelah itu lahirlah zaman Imprealisme dan Kolonialisme, zaman dimana setiap negara berperang satu sama lain untuk memperluas kekuasaannya. Indonesia adalah salah satu negara dari sekian banyak negara di dunia yang ikut merasakan dampak dari Imprealisme dan Kolonialisme, sebuah proses pembalikan sejarah dimana kejayaan yang dulu terlahir dengan mental-mental nenek moyang Indonesia yaitu mental yang dikenal dengan mental pelaut, yang telah melakukan berbagai ekspansi wilayah sampai diluar wilayah Nusantara, kini terganti dengan mental-mental kaum terjajah. Indonesia memang sebuah negeri yang subur, kaya akan dengan kekayaan alamnya, negara yang secara geografis dilewati oleh garis Khatulistiwa. Negara Indonesia juga merupakan wilayah strategis jalur perdagangan dunia, di apit oleh dua samudera yaitu samudera pasifik dan samudera hindia. Dengan kondisi alamnya dan letak straegisnya maka sangat tidak menutup kemungkinan Indonesia akan ikut andil dalam proses penaklukan negara-negara didunia yang didasari oleh Gold, Glory, dan Gospel. Dalam sejarah perjalanan bangsa-bangsa di dunia, Indonesia juga ikut andil dalam melahirkan anak-anak zaman yang dengan nuraninya mau mengibarkan panji-panji kebenaran (anti Imprealisme dan Kolonialisme), sebut saja Cut Nyak Dien, Teuku Umar, Panglima Polim (Aceh), Sultan Hasanudin (Makasar), Kapiten Patimura, Cristina Matatiahu (Maluku), Dr. Ratulangi (Manado), Nani Wartabone (Gorontalo), Sultan Suriansyah (Kalimantan), Sultan Hairun (Ternate), Pangeran Diponegoro (Jawa), Imam Bonjol (Sumatera Barat), I Gusti Ketut Jelantik (Bali), dan lain-lain. Mereka adalah pahlawan-pahlawan zaman Indonesia dari sekian banyak pahlawan yang terlahir karena melihat adanya kebatilan dan ketidak adilan, Pahlawan yang dengan ikhlasnya rela mengorbankan tenaga, pikiran, bahkan nyawa demi sebuah cita-cita yang tinggi yaitu menyalakan obor kebenaran, mereka adalah sekian dari banyak pahlawan zaman yang akan terus dikenang sejarah peradaban manusia.

Memang benar kata Ilmuan bahwa bumi ini bulat dan terus berputar pada porosnya serta mengelilingi matahari, sebuah ungkapan bahasa Ilmiah sekaligus mengandung makna filosofis hidup yang dalam, seiring perkembangan zaman  maka zaman imprealisme dan kolonialisme tergantikan oleh zaman kemerdekaan oleh seluruh negara-negara di dunia. Tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Merdeka adalah kata yang mudah untuk diucapkan tapi untuk meraihnya butuh sebuah perjuangan yang panjang, butuh sebuah komitmen dan konsistensi dari anak-anak zaman Indonesia. Tahun 1945 Indonesia telah merdeka namun bibit penjajahan itu masih ada, memang benar tabiat manusia, tidak pernah puas dan ingin mencari sesuatu yang lebih, hanya manusia yang          memiliki Iman dapat terhindar dari sifat-sifat buruk tersebut. Pasca tahun 1945 bangsa asing dalam hal ini bangsa Belanda mau menancapkan lagi kekuasaanya di Indonesia, tidak pelak lagi berbagai elemen baik itu dari golongan muda atau golongan tua bahu membahu bersama-sama mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih dengan semboyan "Merdeka atau Mati".

Tanggal 5 Februari 1947 adalah hari bersejarah bagi pergerakan organisasi Islam di Indonesia, hari lahirnya sebuah organisasi yang membawa misi keumatan dan kebangsaan, organisasi yang lahir karena desakan zaman, dengan melihat berbagai kondisi zaman pada waktu itu, yang pertama kondisi umat Islam yang ada di Indonesia, yang kedua kondisi Mahasiswa Islam di Indonesia dan yang ketiga kondisi kebangsaan. Dari berbagai latar kondisi tersebut lahirlah seorang tokoh yang tersentuh nuraninya melihat kondisi yang terjadi disekitarnya. Lafran Pane seorang Mahasiswa yang memiliki pandangan melampaui zamannya, dengan kemauan dan tekad yang keras dia berhasil mengajak Mahasiswa Islam dikampusnya untuk bersama-sama membentuk sebuah organisasi yang mampu menampung berbagai aspirasi gerakan guna mempresure berbagai kondisi yang terjadi dizamannya. Dengan lahirnya organisasi tersebut diharapkan umat Islam dan Bangsa Indonesia mampu bangkit dari ketertindasan akibat Imprealisme dan Kolonialisme yang terjadi dimasa lalu, mampu mengangkat derajat Umat Islam di Indonesia khususnya Mahasiswa Islam, dalam hal ini tidak perlu malu mengakui diri sebagai Mahasiswa yang beragama Islam, dan menjadi benteng pertahanan dari serangan musuh baik dari dalam maupun dari luar.

Himpunan Mahasiswa Islam atau yang disingkat HMI, itulah nama organisasi yang didirkan oleh tokoh zaman bernama Lafran Pane pada tanggal 5 Februari 1947 M atau 14 Dzulhijah 1366 H. Sebuah organisasi Mahasiswa Islam pertama di Indonesia, sebuah teropong gerakan intelektual-intelektual muda Indonesia yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Sumpah pemuda memang telah di ikrarkan tanggal 28 Oktober 1928, sebuah proses pengulangan sejarah yang sempat dicatat oleh anak zaman yang bernama mahapatih Gajah Mada yaitu ikrar mempersatukan Nusantara. Peristiwa sumpah pemuda memang sebuah momentun bersejarah yang tidak akan pernah terlupakan dalam sejarah pergerakan pemuda di Indonesia, sebuah awal baru paradigma gerakan yang bertumpu pada persatuan dan kesatuan pemuda di Indonesia, tidak ada yang namanya bendera kedaerahan (primodialisme) yang ada adalah bendera nasionalisme Indonesia, sebuah semangat yang perlu ada untuk melawan penjajah yang ada dibumi pertiwi di Indonesia.

Momentum sumpah pemuda tidak akan artinya ketika tidak dibarengi dengan gerakan-gerakan pemuda-pemuda di masa yang akan datang, sumpah tersebut bisa jadi hanya akan jadi sebuah kenangan sejarah dan akan terlupakan oleh generasi-generasi mendatang, perlu sebuah pengawalan generasi pemuda Indonesia untuk mengukuhkan sumpah tersebut dalam diri pemuda-pemuda Indonesia dari zaman kezaman, dan untuk mengefektifkan sumpah tersebut seluruh organisasi bentukan pemuda (OKP), organisasi kedaerahan (Paguyuban) , dan organisasi swadaya masyarakat (LSM) harus siap sedia menjadi wadah dalam proses pengawalan ikrar tersebut. Tidak terkcuali organisasi extra kampus yang dalam perjalanan gerakan kemahasiswaan dari tahun ketahun timbul akibat pergolakan zaman.

 Orde Lama, Orde Baru hinggal reformasi sebuah babak sejarah perjalanan bangsa yang selalu tersentuh oleh gerakan Mahasiswa di Indonesia, hingga peristiwa bersejarah yang tidak terlupakan dalam sejarah pergerakan Mahasiswa di Indonesia yaitu runtuhnya orde Baru. Peristiwa tersebut membuktikan masih kuatnya ikrar sumpah pemuda dalam diri Mahasiswa Indonesia. Sekarang tahun 2023, sebuah tahun yang masih dalam balutan orde reformasi, sebuah era yang penuh dengan kebebasan mengeluarkan pendapat, era yang lebih tepatnya disebut dengan era demokrasi berbeda dengan era pada zaman orde baru yang mana kebebasan mengeluarkan pendapat dikekang. Beriring dengan hilangnya fazar orde baru dan terbitnya fazar reformasi maka organisasi pergerakan  ekstra kampus di Indonesia yang sempat bergerak dibawah tanah muncul kepermukaan, sebut saja Pergerakan Mahasiswa Islam di Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muslim Indonesia (IMM), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).

HMI adalah organisasi yang dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sejak tahun 1947 sudah merasakan manis pahitnya pengalaman dalam dunia pergerakan ke Mahasiswaan di Indonesia. Organisasi yang hidup dalam tiga era yaitu era orde lama, orde baru dan reformasi, organisasi yang sempat pula mengalami beratnya perjuangan menghadapi kaum penjajah asing yang ingin menjajah kembali Indonesia pasca Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya tahun 1945. Kini HMI sudah 76 tahun usianya, organisasi yang sudah melahirkan begitu banyak kader-kader intelektual Bangsa, dari zaman orde lama, orde baru hingga reformasi sekarang. Di usia yang cukup tua jika disamakan dengan usia manusia, tantangan zaman selalu menanti. HMI dituntut untuk mewujudkan tujuannya yaitu "Terbinanya Insan Akademis pencipta pengabdi yang bernafaskan Islam demi terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT".

Seperti kita ketahui bersama, Indonesia pernah mengalami dua masa kejayaan; yakni di zaman Sriwijaya dan Majapahit. Dan kejayaan  tersebut hanya mampu bertahan tujuh puluh tahun. Ada yang mengatakan  bahwa eksistensi segala sesuatu; termasuk manusia di akhir zaman ini, hanya dapat bertahan sekitar tujuh puluh tahun. Hal tersebut merupakan proses alamiah yang telah digariskan oleh Sang Maha Pengatur Kehidupan. Nah kejayaan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit tersebut pun mengikuti siklus tujuh puluh tahunan. Berkaca dari sejarah tersebut, HMI membuktikan dirinya dapat bertahan dari sikslus zaman, tidak seperti halnya dua imperium besar masa lalu yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Bisa dikatakan juga bahwa sebuah pondasi kuat yang dapat mengantarkan HMI terus eksis hingga pada usianya sekarang ini yang semakin senja, selain sebuah proses regenerasi yang dalam hal ini adalah kegiatan pengkaderan yang dilaksanakan oleh seluruh pengurus HMI se Indonesia, saya yakin dan percaya bahwa semuanya itu tidak lepas dari ridho Allah SWT untuk merestui organisasi tercinta ini untuk terus bertahan dan eksis sepanjang zaman.

              Terakhir, di usia HMI yang ke-76 ini, sebuah pertanyaan kemudian kepada para insan muda yang masih ingin disebut aktivis mahasiswa adalah, apakah HMI masih dapat melahirkan pemimpin-pemimpin zaman dari rahim pengkaderan HMI guna menjawab persoalan yang dihadapi umat dan bangsa sekarang ini juga dan masa depan?. Apakah HMI masih akan terus menyandang gelar sebagai pendukung status quo dalam konteks yang negatif sehingga tidak dapat membawa pengaruh bagi kemajuan bangsa?, dan apakah HMI dapat mewujudkan cita-citanya atau malah larut dalam konflik Internal yang berkepanjangan?. Ataukah HMI pun akan lemah dengan sendirinya seiring usianya yang bertambah tua, dan kemudian lenyap sebagai sebuah lokomotif perubahan ?   Sebuah pertanyaan yang perlu dijawab oleh para kader Himpunan, dan alumni. Selamat milad organisasiku, semoga terus mengawal peradaban untuk umat dan untuk bangsa, Yakin Usaha Sampai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun