Presiden Warren Harding adalah gambaran sempurna dari seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan kekuasaan. Ilmu pengetahuan yang beliau miliki tidaklah diragukan, begitu pula dengan kekuasaan yang dimiliki.
Intelektualitasnya tidak diragukan lagi, apalagi kharismanya. Beliau dikenal sebagai pribadi yang vokal, aktif, dan mengundang banyak perhatian. Karena pengaruhnya inilah membuat Warren Harding sangatlah populer di kalangan partai republik, dan menjadi kandidat utama menjadi capres dalam pemilu tahun 1920 melawan Franklin Roosevelt dan James Cox yang pada akhirnya ia pun menang.
Lalu bagaimana seorang intelektual yang memiliki kekuasaan memberikan perubahan dan apa dampaknya bagi rakyatnya? Sayangnya sejarah sudah menjawabnya.
Era pemerintahan presiden Warren Harding tidaklah dikenang dengan baik. Pemerintahan nya dikenal sebagai salah satu pemerintahan dengan angka korupsi yang sangat tinggi dalam sejarah pemerintah Amerika.
Hal ini semakin diperparah dengan kebiasaan Harding yang suka berpesta dan bermain judi. Bahkan Gedung Putih (White House) sekalipun disebut lebih seperti tempat bermain judi daripada kantor presiden.
Lalu apa yang menjadi realita atau paradigma atau construct dari peristiwa ini yaitu bagaimana cara pandang masyarakat terhadap seorang pemimpin. Pemimpin biasanya dilihat dari personal, cara bagaimana mereka mencuri perhatian rakyat, serta bagaimana citra mereka ditampilkan.
Bahkan streotip atau cara berpikir seperti ini masih ada hingga sekarang. Dimana rakyat cenderung memilih seorang pemimpin yang mereka sukai tapi tidak memikirkan bagaimana pemimpin tersebut menggunakan intelektual mereka untuk membuat suatu kebijakan yang mensejahterakan rakyat dan memajukan negara.
Streotip seperti inilah, dalam kasus presiden Warren Harding coba dibongkar oleh teori post-strukturalisme. Bahwa seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan citra diri yang menarik perhatian maka akan mendapatkan kekuasaan, belum tentu menggunakannya dengan bijak.
Lalu bagaimana orang tersebut mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang ia miliki menjadi sebuah perubahan? Presiden Warren Harding berhasil  mengadakan Washington Naval Conference yang bertujuan untuk mencegah perlombaan untuk memiliki senjata perang.
Namun jika dibongkar melalui sudut pandang teori post-strukturalis, maka presiden Harding memiliki banyak sekali skandal kriminal.
Melalui peristiwa ini, analisis melalui sudut pandang teori post-strukturalisme mencoba membongkar pemikiran bahwa belum tentu seseorang yang memiliki citra yang baik dan intelektualitas yang tinggi ketika diberikan kekuasaan akan menggunakan kekuasaan dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk memberikan dampak perubahan yang signifikan dan memberikan maanfaat bagi rakyat.