Virus Corona mulai masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020. Hal tersebut membuat para siswa yang lulus ditahun 2020 menjadi angkatan Corona pertama karena tidak adanya ujian akibat sekolah diliburkan. Sama halnya dengan tahun 2021 dimana semua pembelajaran dilakukan dari rumah atau daring. Sehingga lulusan diangkatan 2021 menjadi Lulusan Corona kedua. Dan sekarang angkatan 2022 merasakan hal yang sama juga. Akan tetapi angkatan 2022 lebih parah dari angkatan sebelumnya. Itu disebabkan karena dua angkatan sebelumnya masih sempat belajar secara tatap muka. Seperti diangkatan 2020 mereka sudah mulai ujian baru lah sekolah diliburkan.
Di angkatan 2021 mereka lebih kurang satu setengah tahun belajar tatap muka. Sementara angkatan 2022 hanya lebih kurang 7 bulan belajar di tatap muka di sekolah. Lantas apa yang membuat angkatan tahun ini jauh lebih parah?? Sudah pasti karena lamanya mereka belajar dari rumah. Dikarenakan belajar dari rumah memerlukan handphone untuk bisa mendapat materi pembelajaran dan tentu belum semua siswa memiliki handphone. Bahkan mereka harus meminjam dulu ke saudara dan itu belum lagi masalah koneksi jaringan yang tidak sampai ke tempat tinggal mereka. Mereka harus mencari tempat dimana dapat mengakses jaringan.Â
Belajar dari rumah tidak membuat para siswa merasa senang, bahkan ada yang mengeluh karena kebanyakan tugas. Sehingga berdampak pada siswa itu sendiri dan berinisiatif untuk tidak mengerjakan tugas. Ada pun yang karena terlalu pening dengan tugas sekolah, siswa menikah muda agar tidak perlu mengerjakan tugas lagi. Karena selama belajar dari rumah, guru memberikan materi dari aplikasi belajar seperti Classroom. Tapi tidak semua siswa dapat memahami materi yang diberikan, berbeda saat belajar tatap muka yang bisa langsung mengajukan pertanyaan ke guru yang bersangkutan.
Saat belajar dari rumah materi yang diberikan kebanyakan dari internet dan youtube. Jadi ketika ingin bertanya kita disuruh untuk membaca kembali atau pun memutar ulang videonya. Tapi tidak semua guru demikian.
Lantas dari ketidaktahuan inilah para siswa banyak mencari jawaban dari internet. Hal tersebut tidak dapat dihindari lantaran karena tugas yang menumpuk membuat siswa harus cepat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Meskipun ditahun ini sempat melakukan pembelajaran 50 persen dan sampai 100 persen ternyata para siswa sudah terlanjur nyaman belajar di rumah karena dapat mencari jawaban melalui internet dan saat di sekolah mereka kebanyakan bingung dengan soal-soal yang diberikan. Para siswa pun menjadi tidak aktif dalam melakukan aktivitas di sekolah.
Pembelajaran tatap muka tidak berlangsung lama. Kemudian varian baru Corona yaitu Omicron masuk ke Indonesia. Dan banyak penambahan kasus positif di Indonesia karena varian baru ini. Sehingga pemerintah mengeluarkan perintah untuk sekolah kembali melakukan pembelajaran tatap muka 50 persen. Sehingga kesiapan belajar untuk menghadapi ujian sekolah tidak efektif, tetapi ada beberapa siswa yang sudah mempersiapkan dirinya. Ya karena siap atau tidak, kurang dari 2 bulan lagi akan mulai ujian tepat pada bulan April, walaupun tidak ujian nasional.
Kalau terus seperti ini maka kemungkinan akan ada lulusan Corona periode lainnya. Perlu diketahui disinilah kita harus lebih giat lagi belajar dan tetap semangat bukan malah pasrah, meskipun menjadi lulusan Corona semoga tapi tidak menjadi hal buruk untuk kedepannya. Dan ditahun inilah menjadi penutup lulusan Corona. Ditahun depan sudah tidak ada lagi lulusan Corona.Â
Tetap lakukan protokol kesehatan agar pandemi ini cepat usai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H