Mohon tunggu...
davi alfian
davi alfian Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

political science

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Artis dan Politik Sudah Tradisi?

3 Desember 2021   14:24 Diperbarui: 18 Desember 2021   14:25 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak bisa dibohongi bahwa dunia politik begitu menarik bagi sebagian masyarakat Indonesia, tidak hanya untuk mereka yang memiliki latar belakang perpolitikan saja, tetapi bagi masyarakat biasa juga tertarik pada politik bahkan bercita-cita ingin menjadi politikus tak terkecuali para artis.


Akhir-akhir ini artis terjun ke dunia politik mulai menjadi trend lagi, sepertinya fenomena artis ini menjadi agenda rutin lima tahunan atau menjelang pesta-pesta politik tanah air.


Sudah tidak menjadi rahasia umum lagi artis banting stir terjun dalam politik praktis, dan rasanya dunia politik memiliki magnet tersendiri bagi para artis untuk mencicipinya, tak heran para artis yang sudah mantap memilihnya rela meninggalkan dunia hiburan yang sudah membesarkan namanya.


Terjunnya para artis pada politik praktis ini tentu memunculkan pro kontra dan itu sudah biasa, hal tersebut tidak bisa disalahkan karena di dalam demokrasi itu sendiri semua orang mempunyai hak kebebasan berekspresi dan dijamin konstitusi yaitu UUD 1945.


Karenanya tidak ada orang yang boleh melarang atau bahkan mengancam artis terjun dalam politik, apabila ada yang melakukan itu maka dianggap telah melanggar undang-undang dan bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi.


Dalam mewujudkan impiannya itu tentu saja para artis harus memiliki kendaraan politik yaitu partai untuk menunjang karirnya dalam berpolitik. Pertanyaan yang muncul pada fenomena seperti ini yaitu untuk apa artis ikut dalam politik praktis? dan mengapa partai politik mudah percaya memilih artis menjadi calonnya untuk pesta-pesta politik?.


Artis yang terjun dalam politik praktis tentu saja membawa misi, entah itu misi yang mulia untuk berkontribusi membenahi negara atau hanya untuk mengambil keuntungan pribadi semata. Salah satu yang identik dari artis yaitu popularitas yang dimiliki, popularitas tersebut punya daya tarik tersendiri dan menjadi modal para artis selain uang yang dimiliki pastinya.


Hal itu tentu menjadi alasan partai politik untuk mengusung artis-artis sebagai calon dari partainya, karena beranggapan artis yang notabennya sudah memiliki nama akan dengan mudah dalam memperoleh suara masyarakat yang pada akhirnya akan menambah elektabilitas partai itu sendiri.


Tak dapat dipungkiri dalam hal tersebut artis dan partai politik saling menguntungkan satu dengan lainnya, artis mendapat fasilitas untuk mencapai kekuasaan dan partai mendapat ongkos serta suara jika artis yang diusung terpilih.


Beberapa tahun terakhir partai politik lebih memilih jalan instan dan memilih untuk mengutamakan kepentingan pragmatis saja dibanding mengutamakan kepentingan rakyat secara menyeluruh, dengan mengusung para artis ini sangat terlihat bahwa partai politik tidak memiliki kader yang mumpuni untuk diusungnya menduduki pos-pos strategis dalam pemerintahan.


Tidak berhasilnya regenerasi partai politik inilah menjadi penyebab partai politik memilih jalan pintas dengan berlomba-lomba mengusung artis untuk mendongkrak suara dan menyelamatkan partai dari kekalahan bahkan kebangkrutan.


Selain menguntungkan keberadaan artis dalam partai juga dapat mengancam terkikisnya ideologi partai yang dianut meski itu adalah hak partai politik, tetapi partai politik yang memilih artis tidak berlatar belakang politik dan tidak memiliki pengalaman dalam organisasi baik masyarakat maupun politik justru akan mencoreng citra partai politik itu sendiri.


Bermodalkan popularitas saja sepertinya tidak cukup dan bukan jaminan untuk para artis, contohnya pada Pemilu Legislatif tahun 2019 banyak artis yang mengalami kekalahan dan gagal merasakan nyamannya kursi Senayan untuk menjadi anggota dewan.


Nama-nama seperti Ahmad Dhani dari Dapil Jateng dan Giring Nidji dari Dapil Jabar harus mengurungkan niatnya untuk duduk di Senayan, faktor-faktor yang membuat artis-artis ini tidak lolos karena kurangnya waktu kampanye dan berbedanya nama artis tersebut di surat pemilihan.


Selain banyaknya artis yang gagal tak sedikit artis yang berhasil dalam Pemilu 2019 ini, terdapat nama artis seperti Tommy Kurniawan, Krisdayanti berhasil menduduki kursi Senayan.


Membanjirnya nama-nama artis yang dipilih partai politik dalam Pemilu Legislatif 2019 memunculkan berbagai tanggapan salah satunya datang dari pengamat politik Syamsuddin Haris dalam akun Twitternya beliau menyampaikan kekecewaan pada kondisi partai politik sekarang ini yang seperti event organizer untuk dia yang memiliki kepopuleran, modal, dan kedekatan dengan ketua umum partai ketimbang menjadi wadah mendidik pemimpin.


Ia juga menambahkan bahwa artis boleh-boleh saja maju sebagai calon anggota parlemen namun tindakan itu tidak mencerminkan peran partai politik yaitu sebagai lembaga kaderisasi calon wakil rakyat dan pemimpin terbaik.


Sudah waktunya partai politik kembali kepada peran utamanya yaitu menjalankan kaderisasi yang efektif dan efesien,  partai politik harus mengedepankan idealismenya agar tidak mudah mempertimbangkan calonnya hanya sekedar popularitas untuk kepentingan jangka pendek saja tetapi juga mempertimbangkan kualitas yang dimiliki.


Karena masyarakat sekarang ini sudah cerdas mereka tidak mudah tergiur dengan nama-nama besar artis yang diusung oleh partai politik, hal itu sangat penting dilakukan agar partai politik tidak kehilangan kepercayaan dan tempat di masyarakat.


Berlomba-lombanya artis dalam kontes politik bukan merupakan sebuah jawaban, karena lebih jauh dari itu memberi kebebasan kepada setiap warga negara untuk terjun ke dalam dunia politik dapat menjadi boomerang karena kualitas demokrasi juga dipertaruhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun