Mohon tunggu...
Dave Thomas
Dave Thomas Mohon Tunggu... -

Going with the wind blows

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

PSSI versus Sopir Bajaj

15 Agustus 2014   07:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:30 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepak bola indonesia adalah market yg cukup potensial di kawasan ASEAN, animo masyarakat yg cukup tinggi dalam memberikan dukungan, baik untuk timnas ataupun klub kesayangannya, hal tersebut menjadikan sepak bola indonesia sangat dinamis, semakin kedepan semakin semarak, tapi sayang seribu kali sayang saudara saudara.. hal ini tidak di barengi oleh kinerja organisasi yg profesional layaknya menjalankan organisasi seperti di eropa sonoh, disini sepakbola indonesia cuma di jadikan ajang komoditas untuk  mengangkat pamor salah satu figur sebagai ajang batu loncatan ke level yang lebih tinggi berulang dan terus berulang. Sudah turun temurun alias TRADISI..
Contoh sample sederhana aja,
Layaknya sebuah kompetisi Tidak ada aturaran  yg pasti, yg di jadikan pedoman Baku  sebagai teks book peraturan yg tidak bisa di ganggu gugat alias konsisten, semuanya serba dinamis  tergantung dari kepentingannya politik yg saat itu sedang terjadi, "anginnya lagi kemana nih, sambil clingak clinguk ngibas kaen nyari angin " sepak bola di jadikan sebagai alat tawar yg sangat sakti mandra guna, ajib hehehehe..
Gak sadar sadar atau sedang koma, hampir 20 tahun lama nya saudara saudara liga semiprofessional indonesia berjalan, pengabungan GALATAMA DAN PERSERIKATAN ( liga dunhill 1994 setelah ajang piala Dunia USA berlangsung) dan sampai detik ini.
masih segar dalam ingatan  saat itu ketika kompetisi di mulai dalam dua wilayah yang di ikuti oleh 34 klub terbagi dalam dua wilayah. " aye masih unyu unyu saat itu saudara "
Animo masyarakat begitu tinggi tingginya ingin menyaksikan kompetisi di stadion kesayangan,  maklum lah saat itu di bukanya kran bagi legiun asing untuk mentas, sedikit cerita pengalaman pribadi saudara,
karna gak punya duit aye sempet manjat pohon bersama kawan kawan di sekitar stadion lebak bulus walau harus berjuang melawan ganasnya semut rang rang, kita tetap bertahan nangkring di ranting yang satu saat bisa patah, wal hasil setelah pertandingan usai badan kita pada bentol bentol, tapi tak mengapa karna sudah senang melihat aksi atraktip ROGER MILLA dgn goyang pinggulnya saat dia mincetak goal.
Sampai dengan saat ini, entah sudah ke berapa kalinya kompetisi di otak atik sesuai kehendak kebijakan politis mereka dan di tahun ini setelah era konflik berakhir dan menghasilkan pssi rekonsiliasi ( katanya ) masih juga dalam kegalauan yang tak ber ujung.
Imbasnya adalah prestasi timnas yg kagak ketahuan juntrungannya "klo Kate orang betawi mah " hehehhe

Kaga tau aye sama pola pikir para pengurus pssi, seolah oleh sepakbola indonesia di buat seperti ajang sirkus kemana mau dia bawa kaga jelas..
Seperti pengalaman aye naik bajaj tempo hari,  kayaknya perumpamaan ini tepat di sangkutkan dgn mereka..
Apakah saudara saudara pernah naik  BAJAJ,,,, ?
ya,, Bajaj kendaraan Roda tiga itu
Saat saat di tengah tengah kemacetan lalu lintas, kita gak pernah tau dengan jalan pikiran sang SOPIR, pasrah aja ( sama seperti kita pencinta sepak bola indonesia )  sopir akan BELOK kanan atau kiri kagak ngarti aye, paling clingak clinguk ama berdoa dikit " mau kemana bang tanya aye"" nyantai aja Mas kata si sopir yg penting nyampe widih dalem banget hehehehe...
Hanya Tuhan dan sang Sopir bajaj lah yg tau kemana dia akan berkendara,  Persis seperti pssi kita ini saudara saudara

Sekian  dulu ah, permisi
Selamat pagi hehehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun