Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lelaki, Perempuan Bahkan Anak-anak Suka Memakai Sarung

29 Maret 2022   16:14 Diperbarui: 29 Maret 2022   16:22 1504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat mengisi survey bertema Menjelang Ramadan yang diselenggarakan Kompasiana beberapa waktu lalu dan tiba pada pertanyaan mengenai benda apa yang paling diingat saat Ramadan, kok yang muncul di benak saya adalah Sarung.

Memang kebanyakan iklan di televisi atau media online yang muncul saat Ramadan biasanya sirup, mie instan, kue kaleng, vitamin/ suplemen, obat kumur. Karena saya membatasi konsumsi gula serta makanan instan jadi preferensinya tidak ke arah itu. Vitamin rutin dikonsumsi sejak pandemi demikian juga obat kumur karena bisa membasmi kuman.

Atau mungkin karena saya memang suka dengan sarung?

Well memangnya saya sudah memakai sarung sejak lama, bukan hanya sebagai perlengkapan sholat melainkan juga sebagai bagian dari fashion. Sepertinya saya merupakan generasi pertama wanita Indonesia yang memakai jilbab sebagai busana muslim "modern." 

Memakai tanda kutip karena penutup kepala sudah ada sejak zaman inyiak-inyiak di Sumatera, Nyai di Jawa Timur maupun bulek di Jawa Tengah. Semacam selendang lebar yang dikenakan Ibu Negara Fatmawati.

Nah ketika saya mulai memakai busana muslim itu, dunia fashion muslim rasanya belum ada. Jadi para pemakai busana muslim berkreasi sendiri, serombongan teman lebih memilih gamis lebar berwarna hitam.

Namun yang lain memilih memanjangkan bagian tangan serta bagian bawah blus, menghilangkan jahitan yang membentuk badan. Sesimpel itu. 

Sedangkan untuk jilbab, kebanyakan menjahitkan bagian luar/ pinggiran kain segi empat yang kemudian cukup dilipat dua jadi segitiga, Dan dikenakan sebagai penutup kepala dengan bagian kain yang menutupi dada.

Namanya juga wanita, pasti tetap ingin tampil stylish walaupun ada pagar-pagar syari'i. Saya mencoba menterjemahkannya melalui desain tunik maupun setelan blus dan rok dari sarung. 

Yup, corak sarung yang penuh warna dan ornament ditambah adanya tumpal ( bagian tengah ) yang berbeda namun tetap cantik membuat saya jadi kreatif. Di bawah ini  foto berbusana muslim dari sarung 25 tahun lalu yang masih tersimpan.

Dok.Pribadi
Dok.Pribadi

Malam harinya, terbaca status Whatsapp Rini - ART tetangga, "Lembur."

Ada foto selembar sarung yang besar sekali tergeletak di atas meja setrikaan, di sebelahnya masih ada setumpuk sarung baru yang belum disetrika.

Oh rupanya, pak Wali (kota) majikan Rini mulai mempersiapkan busana untuk shalat tarawih dan acara-acara lain selama Ramadan. Saya berani menyimpulkan demikian sebab pak Wali yang bertubuh besar dan rendah hati ini rajin shalat wajib di masjid kompleks. Bahkan saat Subuh, beliau selalu tinggal di masjid  hingga waktu syuruq.

Dikatakan mempersiapkan busana untuk Ramadan karena biasanya beliau  maupun para lelaki yang sholat ke masjid umumnya lebih memilih memakai gamis/ baju putih atau warna netral lain untuk ke masjid. 

Jangan salah kira, kenapa saya paham banget masalah kebiasaan para lelaki tersebut. Ini tidak lepas dari kebiasaan saya tiap usai Subuh menyirami tanaman di halaman. Saya lebih senang melakukannya saat masih temaram karena sebisa mungkin saya tidak terlihat oleh  jamaah lelaki sepulang sholat Subuh.

Nah kembali ke foto sarung pak Wali yang begitu lebar dan akan disetrika Rini, saya jadi berpikir memangnya ada sarung ukuran jumbo? Lantas saya jadi teringat tukang jahit keliling yang bersepeda parkir berjam-jam kemarin sore di depan pintu pagar rumah pak Wali.....ooo rupanya sedang melakukan pelebaran sarung, mungkin dengan menggabungkan 2 sarung dengan motif yang sama.

Tumpukan sarung berwarna cerah dengan motif kotak-kotak dipadu dengan garis hitam, namun sarung yang terbentang di meja setrika berwarna sejuk dengan motif batik. Menurut Rini, sarung tersebut Sarung Al-Hazmi, sarung khas Kudus -- Jawa Tengah.

FB AlHazmi
FB AlHazmi

Tak hanya pak Wali yang memakai sarung, rasanya hampir semua lelaki di Indonesia paling tidak memiliki selembar sarung. Pak Jokowi saat berkemah di Penajam, Ibu Kota Negara juga memakai sarung. Lelaki Lombok menonton MotoGP Mandalika juga memakai sarung.

Perempuan juga suka pria bersarung atau tidak?

Makanya tak heran jika perempuan memiliki kesan tersendiri atas pria bersarung. Misalnya Bu Rini -- teman satu rombongan haji dengan adik. Bu Rini diperkenalkan dengan paman sahabatnya saat berkunjung ke rumah sang sahabat. Paman yang usianya sebaya itu belum pernah dilihatnya padahal sudah bertahun dia saling berkunjung dengan sahabatnya. 

Hati bu Rini langsung berdebar kencang saat diperkenalkan dengan pak Tauhid, bukan karena ketampanannya namun karena pak Tauhid bersarung. Bu Rini yakin sekali jika pak Tauhid orang yang alim dan taat beragama. Ternyata firasatnya benar, sudah 22 tahun mereka membina rumah tangga, pak Tauhid orang yang sangat religius dan sabar, mampu meredam ledakan-ledakan emosi bu Rini yang rada temperamental.

Namun tak semua perempuan senang dengan pria bersarung. Kali ini tentang Lulu -- konsultan proyek-proyek pembangunan termasuk yang ada di suatu Kementerian. 

Dimana pimpinan proyek di Kementerian itu sebut saja namanya Wawan yang tampan ternyata duda. Lulu yang single tentunya tak membuang waktu untuk mendekatinya. Suatu hari dia mengajak saya dan Deden untuk mengintip rumah Wawan. Jadilah sore itu kami meluncur ke rumahnya dibilangan Kebayoran Baru.

"Keren ya, Dee." Puji Lulu melihat rumah Wawan.

Tak berapa lama keluar Wawan untuk mengunci pintu pagar, Lulu langsung lemas, "Oh no."

Kata-kata yang membuat heran, "Kenapa?"

"Dia sarungan, kayak Bapakku (almarhum). Mana bisa aku pacaran ma orang yang seperti Bapakku," jelas Lulu.

"Loh kan hampir tiap lelaki pasti pakai sarung. Lagian kan paras Wawan beda dengan paras Bapakmu," kilah saya.

"Emoh ah," Lulu bersikeras yang membuat saya dan Deden tertawa.

Mengajari Bocah Memakai Sarung

Dok.Tokopedia/AL Hazmi
Dok.Tokopedia/AL Hazmi

Menjelang Ramadan, para ibu sudah mempersiapkan sarung untuk jagoan kecilnya, sarung yang berbeda dengan sarung yang dipakai bapaknya. Produsen sarung mendesain sarung instan untuk mereka hingga tak gampang mlorot. 

Namun beberapa jagoan kecil selain memakai sarung instan masih menyampirkan biasa karena usai terawih, mereka akan main sabet-sabetan sarung. 

Yang tadinya terlihat lucu jadi mengerikan karena anak lelaki yang remaja mengajari mereka untuk mengisi dengan batu yang cukup besar sehingga sarung jadi senjata yang mengerikan. Ini terjadi tahun lalu, untung para bapak langsung menangkapi anak-anak kecil berbahaya itu dan mengantarkan ke rumah mereka agar orangtuanya bisa mengawasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun