Makanya tak heran jika perempuan memiliki kesan tersendiri atas pria bersarung. Misalnya Bu Rini -- teman satu rombongan haji dengan adik. Bu Rini diperkenalkan dengan paman sahabatnya saat berkunjung ke rumah sang sahabat. Paman yang usianya sebaya itu belum pernah dilihatnya padahal sudah bertahun dia saling berkunjung dengan sahabatnya.Â
Hati bu Rini langsung berdebar kencang saat diperkenalkan dengan pak Tauhid, bukan karena ketampanannya namun karena pak Tauhid bersarung. Bu Rini yakin sekali jika pak Tauhid orang yang alim dan taat beragama. Ternyata firasatnya benar, sudah 22 tahun mereka membina rumah tangga, pak Tauhid orang yang sangat religius dan sabar, mampu meredam ledakan-ledakan emosi bu Rini yang rada temperamental.
Namun tak semua perempuan senang dengan pria bersarung. Kali ini tentang Lulu -- konsultan proyek-proyek pembangunan termasuk yang ada di suatu Kementerian.Â
Dimana pimpinan proyek di Kementerian itu sebut saja namanya Wawan yang tampan ternyata duda. Lulu yang single tentunya tak membuang waktu untuk mendekatinya. Suatu hari dia mengajak saya dan Deden untuk mengintip rumah Wawan. Jadilah sore itu kami meluncur ke rumahnya dibilangan Kebayoran Baru.
"Keren ya, Dee." Puji Lulu melihat rumah Wawan.
Tak berapa lama keluar Wawan untuk mengunci pintu pagar, Lulu langsung lemas, "Oh no."
Kata-kata yang membuat heran, "Kenapa?"
"Dia sarungan, kayak Bapakku (almarhum). Mana bisa aku pacaran ma orang yang seperti Bapakku," jelas Lulu.
"Loh kan hampir tiap lelaki pasti pakai sarung. Lagian kan paras Wawan beda dengan paras Bapakmu," kilah saya.
"Emoh ah," Lulu bersikeras yang membuat saya dan Deden tertawa.
Mengajari Bocah Memakai Sarung