Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Potensi Wisata Girpasang Terhambat Truk Odol, Begini Win-Win Solution agar Semua Sejahtera

15 Maret 2022   08:15 Diperbarui: 31 Maret 2022   21:42 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar 10 -- 20 Februari 2022 lalu, kami tiga saudara kandung mengunjungi 2 sekandung lain yang mukim di Klaten dan Jogja demi melepas rindu dan menengok ipar yang sakit berat, setelah lebih dari 5 tahun tak pernah berjumpa. Ke Klaten pada tanggal itu bisa dibilang  ngeri-ngeri sedap karena ternyata Omicron sedang dalam puncaknya. Padahal ketika rencana perjalanan dibuat, Omicron baru menyapa Amerika, belum sampai Indonesia.

Apa boleh buat perjalanan tetap dilanjutkan karena tiket sudah dibeli dan rindu ini sudah begitu membuncah. Apalagi rencana perjalanan sudah dibuat dengan cukup detail penuh rasa excited mengingat rentang waktu yang cukup lama dari kunjungan kami terakhir, tentunya ada berbagai perkembangan Klaten yang menarik untuk dicermati.

Termasuk dalam ittenary adalah mengunjungi jembatan gantung Girpasang. Sebuah jembatan gantung dari baja yang baru selesai dibangun pada bulan Januari 2022 untuk menghubungkan kawasan desa terpencil Girpasang yang terletak di lereng Gunung Merapi dengan desa-desa sekitarnya. Ini karena desa Girpasang dibatasi oleh jurang sedalam 150 meter dengan jarak membentang sepanjang 120 meter yang  membuat Girpasang sulit berhubungan dengan kawasan lain.

 

Penduduk yang akan bepergian atau yang akan datang ke desa itu harus menuruni dan menaiki jurang yang amat dalam. Mereka akhirnya membuat anak tangga yang jumlahnya tidak tanggung-tanggung, seribu anak tangga. Bisa dibayangkan betapa lelah dan tidak efisiennya perjalanan yang terjadi, Belum lagi jika ada barang dalam jumlah banyak atau hewan yang akan dibawa, sungguh sebuah perjuangan yang melelahkan.

Akhirnya mereka mengeluhkan kondisi ini pada Pemerintah yang segera ditanggapi oleh Kementerian PUPR dengan membangun jembatan dari baja senilai Rp. 4 milyar. Sebuah jembatan baru yang tadinya berfungsi sebagai sarana transportasi penduduk desa Girpasang menarik perhatian para penikmat wisata alam. Tentunya setelah mengunjunginya, mereka membagikannya melalui akun sosial media hingga membuat yang melihatnya jadi berdecak kagum, lantas ingin mengunjunginya.

dok.pribadi
dok.pribadi

Jadilah hari itu kami berlima ( termasuk pengemudi ) meluncur dari wilayah Ponggok menuju Girpasang. Begitu kami keluar dari Ponggok memasuki jalan yang membelah alam semacam hutan, namun hanya sebentar karena selanjutnya jalan mulai bergelombang. Gelombang makin besar dan dalam membuat pengemudi harus hati-hati dan cermat memilah jalan. Kanan-kiri jalan ada usaha pemecahan batu. 

Batu-batu besar dipecah dengan peralatan berat menjadi pecahan kecil dan diangkut dengan truk-truk besar. Muatan ditumpuk sebanyak-banyaknya bahkan tingginya melebihi tinggi bak truk membuat truk berjalan miring. Ini membuat kami cukup ngeri saat akan melewatinya, apalagi pernah melihat berita di televisi ada penumpang motor yang menyalip malah tertimpa muatan truk.

Pengemudi serta penumpang sama-sama menajamkan mata karena untuk melewati truk lamban bermuatan overdosis selain harus melihat adakah kendaraan lain di depan truk juga adakah kendaraan lain dari arah berlawanan, masih ditambah mengamati jalanan yang bergelombang besar.

dok.Merdeka.com
dok.Merdeka.com

Akhirnya setelah 2 jam lebih perjalanan yang menurut pengemudi harusnya bisa ditempuh dalam waktu 45 menit jika jalannya mulus, kami sampai ke kawasan jembatan gantung Girpasang.

Kami langsung menahan napas karena takjub demi melihat pemandangan jembatan gantung Girpasang yang fenomenal itu. Berlatar belakang pemandangan Gunung Merapi, jembatan dari baja yang sisi kanan dan kirinya dipenuhi bendera kecil segitiga merah-putih. Jembatan yang menghubungkan desa Girpasang dengan berbagai wilayah Klaten lainnya terbentang sepanjang 120 meter dan berada di atas jurang yang memiliki kedalaman 150 meter. Pemandangan yang luarbiasa dan membuat kami kompak mengatakan,

"Melihat pemandangan ini rasanya worthed ya perjalanan ajrut-ajrutan yang kita tempuh."

dok.pribadi
dok.pribadi

Kami sungguh terpesona pada paduan pemandangan hamparan gunung Merapi berpadu dengan bentangan jembatan gantung Girpasang. Perasaan segar dan bebas membuat kami melompat sembari membentangkan tangan.

dok.pribadi
dok.pribadi

Akhirnya kami mengisi perut di salah satu tempat makan yang bertebaran di sekitar dengan tarif yang jelas dan ramah di kantong serta rasanya yang layak santap sembari memandang gondola yang menyeberangi jurang.

Pemandangan indah serta fenomenal jelas membuat jembatan gantung Girpasang bisa menjadi tempat wisata favorite. Apalagi tariff masuk hanya Rp. 10 ribu berlima, tariff gondola Rp. 60 ribu pulang-pergi sungguh bersahabat dengan kantong.

dok.pribadi
dok.pribadi

Akibat tingginya Traffic Truk ODOL

Sayangnya perjalanan dirusak oleh banyaknya truk ODOL ( Over Load Over Dimension ) yang lalu lalang dengan muatan yang melebihi kapasitas. Ketika pulang, kami minta petunjuk petugas agar tidak lagi melewati jalan rusak itu. Petugas memberi arahan yang kami sinkronisasikan dengan Google Map yang sayangnya gemar memutar-mutar kami, jadilah kami beberapa kali melewati ruas jalan yang sama. Untung jalannya mulus. Namun jalan ini kurang dikenal para wisatawan hingga dalam review Google banyak ditemui keluhan mengenai jalan rusak menuju Girpasang.

Melihat kehadiran begitu banyak wisatawan yang menyambangi jembatan Girpasang di saat hari kerja, bisa dibayangkan potensi kehadiran wisatawan saat hari libur. Sungguh sayang jika mereka sampai mengurungkan niatnya ke Girpasang gegara jalanan rusak.

Jalanan rusak tersebut selain mengakses ke kawasan Girpasang juga merupakan jalur evakuasi saat Merapi erupsi apalagi meletus. Kebayang sulitnya evakuasi dengan jalan yang demikian hancur.

Seharusnya Pemerintah Kabupaten dan Provinsi menertibkan truk-truk ODOL ini agar perjalanan ke Giripasang lancar, nyaman dan aman. Saat itu saya berpikir bagaimana seandainya pada beberapa ruas jalan ada petugas yang menertibkan dan mengenakan biaya atas over load dan over dimension yang terjadi. Jika demikian tentunya harus ada parameter yang jelas. Agar tak terjadi pelanggaran atau semacam kolusi antara petugas dan pengemudi/ pemilik truk.

Saya lantas teringat kembali akan jembatan timbang yang pada masanya jadi semacam alat wajib yang harus dilewati oleh truk pengangkut barang namun akhirnya karena rawan pelanggaran, alat tersebut tidak dipakai lagi.

Tak hanya pemerintah daerah Klaten yang menanggung beban kerusakan jalan,  tak lama setelah kejadian ke Girpasang, Gubernur Sumatera Utara minta pembagian pajak untuk Sumatera Utara ditingkatkan karena Sumut memerlukan dana perbaikan jalan.  

Bahkan masalah kerusakan jalan akibat peredaran ODOl juga dialami secara nasional. Adalah Danang Parikesit - kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPTJ) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyampaikan bahwa peredaran truk ODOL sampai saat ini masih menjadi salah satu kontributor kerugian Negara. Kondisi tersebut karena setiap tahunnya, negara harus melakukan perbaikan permukaan jalan tol yang rusak karena ODOL dengan estimasi biaya sebesar Rp 1 triliun. 

Kerusakan jalanan secara nasional akibat truk ODOL

Akibat tingginya kerusakan jalan yang ditimbulkan oleh truk ODOL, Negara memutuskan akan  menerapkan sejumlah sanksi pada truk ODOL mulai tahun 2023. Kebijakan ini yang menyebabkan protes keras dari para supir  bahkan para pengemudi truk ODOL di Jawa Timur melakukan demo ke kantor Dishub Pemprov Jawa Timur tanggal 9 -- 11 Maret lalu.

Menteri Perhubungan Budi Karya menyatakan bahwa tiap tahun Negara rugi Rp. 43 trilyun akibat jalanan yang rusak.

Dan statement menteri Perhubungan ini menjadi semacam AHA moment bagi saya, bahwa dibalik kerusakan ada kesempatan. Rp. 43 trilyun itu jumlah yang luar biasa besar, kenapa dana tersebut tidak disisihkan sebagian kecil untuk biaya perbaikan dan peremajaan truk ODOL.

Taruhlah Rp. 2- 3 Trilyun dialokasikan sebagai dana yang dipinjamkan pada pengusaha truk ODOL untuk memperbaiki dan meremajakan armadanya. Truk harus beroperasi sesuai dengan dimensi dan kapasitasnya serta tidak membahayakan kendaraan lain. Karenanya truk yang over dimensi dan muatan harus ditertibkan kalau perlu diganti. 

Dana Rp. 2-3 trilyun itu disalurkan secara bertahap  dengan memakai jasa lembaga keuangan semacam BRI untuk menyalurkannya tentunya dengan mensyaratkan adanya izin operasi dari perusahaan serta truk terkait.

Agar tidak memberatkan dan demi kepentingan bersama, dana yang dialokasikan sebagai dana pinjaman itu kiranya bisa dalam bentuk  soft loan ( pinjaman lunak dengan bunga rendah).

Saya yakin armada truk yang baru dan sesuai dimensi akan menjaga jalanan agar layak pakai hingga nantinya tidak akan ada lagi jalan yang rusak.

Dok.Liputan6
Dok.Liputan6

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun