Henry Setiawan sendiri menyiasati hal ini dengan melakukan selang seling ( waktu ) Â penanaman palawijaya dan padi selain untuk meningkatkan pendapatan, ternyata juga untuk memelihara kultur tanah agar tetap subur. Untuk beras sendiri, ia menanam padi secara organik dan mengolah hasil panen serta menempatkan beras organik dalam kemasan plastik 1 kg yang ternyata bisa meningkatkan harga beras.
Demikianlah petani milenial berusaha hidup berkecukupan dari pertanian sembari mengusahakan tetap selaras dengan alam.
Penutup
Organisasi pangan dan pertanian yang berdiri di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), FAO, telah membunyikan lonceng peringatan atas potensi krisis pangan yang mungkin akan dihadapi oleh seluruh umat manusia. Krisis tersebut tidak terlepas dari adanya pandemi Covid-19 yang tengah melanda seluruh dunia. Untuk itu Jokowi telah menunjuk Menteri Pertahanan Prabowo untuk memimpin proyek lumbung pangan nasional demi mengantisipasi krisis pangan yang mungkin terjadi.
Kawasan pangan ini rencananya akan dikembangkan di atas lahan seluas 600.000 hektare. Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas sengaja dipilih karena lokasinya yang strategis di tengah wilayah Indonesia dan dekat dengan calon ibu kota baru di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.Â
Jika menyimak penjelasan Jokowi ini terlihat betapa ambisius langkah membentuk lumbung pangan nasional, "Tahun ini Insya Allah akan kita selesaikan kurang lebih 30.000 hektare terlebih dahulu. Kemudian berikutnya akan dalam 1,5 tahun sampai maksimal 2 tahun akan ditambah lagi 148.000 hektare, baik itu di Kabupaten Pulang Pisau maupun di Kabupaten Kapuas."
Seandainya proyek ini melibatkan para petani baik yang tradisional maupun milenial terbayang betapa dahsyatnya kesejahteraan yang bisa digapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H